Siang ini saya membaca berita di sebuah situs, seorang aktor sekaligus merangkap sebagai sutradara video porno meninggal dunia. Hebohnya aktor tersebut bukan aktor layar kaca ataupun aktor layar lebar yang namanya wara-wiri di dunia artis.Â
Almarhum adalah seorang aktor video seks lokal dari hasil karya yang diskenario sendiri bersama istrinya Vina. Biar seru diajaklah beberapa figuran dalam video tersebut. Luar biasanya, dua atau tiga minggu sebelum berpulangnya sang aktor, video tersebut viral di dunia maya dan netizen melabelinya "Video Vina Garut".
Kasus ini mencuat lantaran ada unsur pemaksaan oleh Rayya, nama aktor tersebut yang juga suami Vina, terhadap istrinya untuk melakukan adegan hubungan suami istri dengan para pelanggan pria yang tertarik dengan promosi mereka berdua via media sosial.Â
Ending dari kasus pasangan muda ini adalah keduanya akhirnya bercerai dan sang suami menghadap ke Yang Maha Kuasa karena sakit HIV yang di deritanya.Miris memang!!Sudah tahu sakit HIV ditularkan melalui darah dan cairan kelamin, bukannya memperbanyak ibadah dan bertobat, malah menyebarkan ke pelanggan lain.Â
Pengguna dan Penikmat
Pengguna jasa mereka berpotensi tertular. Bila para user itu berhubungan (seks) lagi dengan pasangan yang sah ataupun tidak sah, betapa slogan indahnya berbagi menjadi arti yang negatif di kalangan mereka.Â
Dan tanpa kita sadari, ditengah rutinitas kita bekerja pergi pagi pulang sore (atau malam), ditengah rutinitas rapat-rapat meeting dan kunjungan para pejabat di daerah atau di pusat dari satu tempat ke tempat lain, di tengah acara siraman rohani yang hampir semua stasiun TV siarkan dari minggu ke minggu, ,masih ada dan selalu ada sebagian 'generasi millenial" anak-anak bangsa yang  memproduksi hasil karya seks , entah untuk konsumsi sendiri atau konsumsi publik.Â
Penikmat hasil karya mereka alias yang mengunggah dan menonton adalah mayoritas anak muda dalam usia milenial produktif juga. Motto dari kita untuk kita sepertinya cocok disematkan pada pembuat dan penikmat lantaran rentang umur nya tidak jauh berbeda. Satu generasi,Kalau diketahui sama orang tua bagaimana?Â
Mereka pun pernah muda, itu kata Bunga Citra Lestari dalam lagunya beberapa tahun lalu. Jaman sudah berubah, teknologi sudah merasuk. Tahun tujuh puluhan atau delapan puluhan, bahkan hingga pertengahan 90 an, betapa susahnya anak -anak muda dijaman itu mendapatkan akses ke tontonan  porno. Bandingkan dengan sekarang. Tak terbendung.Â
Penikmat video seks amatiran hasil karya lokal memang bukan untuk yang berusia lima puluh tahun ke atas. Target pasarnya beda. Pada umumnya orang tua usia segitu sudah pada fokus ke karir, terus nanti pensiun mau ngapain, sudah mulai diet dan berpantang makanan atau minuman tertentu, ngemong cucu, perbanyak ibadah dan bagaimana agar tetap sehat di usia senja.Â
Apa mungkin lantaran prioritas nya ke situ, peran kontrol sebagai orang tua atau wali jadi nya berkurang dan menganggap anak sudah dewasa? Wallahualam...Yang pasti bila anak terkena kasus video seks, orang tua dan keluarga juga ikut susah.Â