Selalu ada pelajaran baik yang bisa diterapkan, dari sebuah tayangan olahraga sekalipun
Setiap menyaksikan suatu tayangan di televisi,saya selalu cooba tuk mengambil sisi menarik. Bisa berupa nilai inspiratif, menemukan strategi baru, pelajaran hidup dan nilai edukasi.
Intinya menemukan insight berguna yang bisa diterapkan dalam kehidupan, baik di pekerjaan, keluarga, komunitas maupun untuk pertumbuhan pribadi.
Bagi saya tidaklah bijak meluangkan waktu sekian jam di depan TV menonton program yang tidak berkontribusi positif terhadap diri sendiri. Tayangan selain menghibur, harusnya “mencerahkan”
Minggu siang saya menonton siaran langsung final voli putri proliga 2015. Disiarkan oleh salah satu TV swasta. Ya selain sepakbola, saya juga (lumayan) mengikuti perkembangan kompetisi bola voli ini .
Voli adalah salah satu olahraga rakyat di tanah air. Seperti halnya sepakbola, olahraga ini bisa dimainkan siapa saja baik pria maupun wanita. Mulai dari yang tinggal di desa atau dusun sampai yang tinggal di kota.
Mungkin karena masyarakat ‘dekat’ dengan olahraga ini, kalau ada pertandingan bola voli, biasanya banyak penontonnya.
Final proliga 2015 mempertemukan tim putri Jakarta Electic PLN dan Jakarta PGN Popsivo Polwan. Dua klub asal Jakarta yang setia meramaikan kompetis proliga dari tahun ke tahun.
Nama tim boleh sama, tapi pemainnya tidaklah sama dari tahun ke tahun. Hanya beberapa yang terus berkostum sama di kompetisi tertinggi bola voli ini di tanah air.
Sebut saja Rita Kurniati di Popsivo Polwan yang uga berkarir sebagai polwan di kepolisian. Selain itu, Berliana Marsheila, mantan pemain nasional yang sepanjang saya tahu, setia di klub Jakarta Elektrik PLN.
Saya mencatat 5 hal yang menarik dari jalannya pertandingan final di sector putri ini yang dimenangkan oleh Tim Jakarta Elektrik PLN dengan skor akhir 3-1 atas Jakarta PGN Popsivo Polwan.
Bagi saya ini berguna untuk bisa diterapkan dalam kehidupan. Apa saja?
1. N1. No One Man Show
Tidak ada pemain bintang dalam suatu tim . Kalaupun ada, apalah artinya dia tanpa pemain lain di dalam tim.
Apalah artinya seorang Aprilia Manganang open spiker Jakarta Elektrik yang bermain luar biasa dalam pertandingan kali ini, tanpa seorang tosser muda Mutiara, libero Berlian Marsheila dan pemain lain yang mendukung performance seorang Aprilia.
Di akhir kompetisi, bisa saja terpilih MVP (most valuable player) atau pemain terbaik, tapi gelar tersebut bagi pemain tersebut tidaklah lebih besar nilainya dibanding kemenangan yang diraih seluruh tim.
Tidaklah berbeda jauh di pekerjaan dimana mungkin kita ditempatkan di dalam suatu tim. Tidak ada karyawan ‘super’ atau pegawai “bintang di dalam suatu tim atau divisi.
Masing – masing adalah bintang di posisinya sesuai porsi tanggung jawab yang diemban. Saat masing – masing melakukan yang terbaik di bagiannya, hasil positif akan dirasakan oleh semua di dalam tim atau divisi tersebut.
2. B2. Beri Talenta Muda Untuk Berkembang
Tidak banyak yang mengenal Mutiara, Tosser muda di tim Jakarta Elektrik yang masih berusia 17 tahun. Apalagi untuk level proliga. Tapi seorang pelatih Tian Mei bisa melihat potensi itu.
Ibarat melihat seonggok kayu jati. Yang lain hanya melihat sebagai kayu, tapi seorang perajin kayu jati bisa melihat bahwa kayu itu dibuat jadi kursi, jadi souvenir, atau jadi apa saja yang lebih mahal harganya.
Ambil pemain muda yang potensial. Taruh dia dalam tim yang kuat. Dan lihat dia akan mengembangkan potensinya di dalam tim tersebut.
Dibidang pekerjaan,banyak pelamar muda bergabung bekerja. Miskin pengalaman dengan keinginan yang menggebu untuk berkarir, Dari sekian banyak lihat yang paling berpotensi.
Tarik dia bergabung di tim inti. Berikan kepercayaan dan tantangan untuk mengembangkan potensinya. Orang muda biasanya memberi atmosfer baru di pekerjaan.
Biar ngga yang itu itu saja..Atau yang itu itu saja sudah mentok kali atau yang lama mungkin strateginya sudah ngga up to date atau ngga sesuai tantangan yang ada…hehe
3. Y3.Yang dibayar lebih harus bekerja lebih
Di pekerjaan sekuler, ada pepatah kita digaji sesuai apa yang kita berikan.Ya wajarlah, mana rela perusahaan membayar lebih untuk karyawan tapi kinerjanya tidak maksimal.
Demikian pula yang diharapkan manajemen klub yang mengontrak mahal pemain asing untuk berlaga di proliga 2015. Menyaksikan dua jam pertandingan final voli putri ini, saya menghitung poin demi poin yang diberikan pemain asing di kedua tim.
Di Jakarta PGN Popsivo ada Ana Paula pemain nasional asal Brasil dan si jangkung Vesna Citakovic pemain nasional asal Serbia. Kedua pemain ini berjuang lebih memenangkan tim yang dibelanya kendati harus kalah.
Demikian juga di Jakarta Elektrik ada Maria Jose asal Venezuela dan Liu Mengya asal Tiongkok. Para pemain asing ini yang dibayar mahal oleh klub, mereka diharuskan punya stamina lebih, punya kualitas di atas pemain lokal dan jarang diistirahatkan oleh pelatih atau diganti oleh pemain lapis kedua
Ya inilah yang dinamakan professional. Itu sudah hukumnya. Siapapun yang dibayar lebih, ataupun diberi jabatan lebih, suka tidak suka, mau tidak mau harus bekerja ekstra dan berkontribusi lebih dibandingkan yang lainnya.
4. B4. Bersiaplah karena umur dan stamina tidak bisa dilawan
Ini berlaku bagi siapa saja. Kita manusia adalah makluk yang berproses. Lahir bayi, bertumbuh dari anak anak menjadi dewasa dan akhirnya menjadi tua. Demikian juga stamina.
Mencapai puncak di usia 20 tahunan dan mulai menurun memasuki usia 30 an. Terlebih atlit wajib punya stamina yang prima. Tapi apa daya umur tidak bisa dilawan.
Sebagian besar pemain di tim putri Jakarta PGN Popsivo umur nya sudah diatas 30 an. Sebut saja bloker Rianita Panirwan, Tosser Rita Kurniati, Open spiker Asing Vesna citakovic dan Ana Paula juga mantan pemain voli pantai Ayu Cahyaningsiam.
Mereka seperti kedodoran melalui set demi set menghadapi kuatnya stamina pemain Jakarta Elektrik yang rata – rata berusia dibawah 25 tahun seperti Aprilia Manganang, Yola Yuliana, Wilda, Berlian Marsheila dan lainnya. Pevoli muda ini lagi dipuncak stamina, sementara lawan mereka para pemain senior ini sudah ‘ngos – ngosan’.
Apa hubungannya dengan pekerjaan sekuler? Dimanapun kita bekerja, pasti ada yang namanya jenjang atau struktur jabatan. Makin ke atas, kerja fisik berkurang kerja otak bertambah.
Demikian juga sebaliknya. Staf atau pekerja lapangan, diharuskan lebih banyak kerja fisik dilapangan dibandingkan memikirkan bagaimana strategi yang tepat untuk memajukan perusahaan atau divisi yang biasanya dipikirkan oleh para manager atau managing direktur.
Memang sih ada orang muda yang langsung melejit ke posisi atas, tapi itu karena factor khusus. Normalnya dengan bertambah masa kerja, bertambah usia, bila kinerja baik, kita akan terus dipromosikan untuk naik.
Saat di atas, dengan usia yang sudah tidak muda lagi, kita sadar pengalaman kita bertambah tapi stamina dan tenaga sudah tidak seperti dulu lagi. Pada akhirnya, bila waktu terus berjalan, kita akan pensiun juga, seperti halnya para atlit senior di tanah air.
Yang penting adalah mempersiapkan datangnya masa itu. Berinvestasilah sewaktu di usia puncak dengan hasil tabungan dari prestasi yang diraih sehingga tidak kekurangan di usia senja dan malah ada anggapan pemerintah tidak memperhatikan atlit di masa tua.
Ya apa yang didapat di usia puncak diinvestasilah, ditabung, dikelola sebagai modal usaha di bisnis yang menguntungkan sehingga bisa berguna dikemudian hari.
5. J5. Jadikan kekuranganmu sebagai kekuatan
Menjadi pemain voli baik pria maupun wanita postur tinggi itu wajib kecuali mungkin berposisi sebagai tosser ataupun libero. Kalau dulu – dulu,waktu SD ataupun SMP, saya perhatikan pemain voli itu ada yang ngga tinggi – tinggi amat.
Bila cewek tinggi 165 cm sudah bisa jadi tukang smes, kalo cowok 173 cm bisa jadi tukang bloker. Tapi sekarang kayanya ngga lagi. Mungkin karena factor gizi, disiplin olahraga dan tuntutan kompetisi baik diluar maupun di dalam negeri, syarat menjadi atlit voli lebih tinggi pula untuk diposisi tertentu.
Spiker minimal 175 cm cewek dan cowok minimal 185 cm. Tapi menyaksikan jalannya pertandingan final putri tadi sore, saya terkagum sama open spiker Aprilia Manganang di Jakarta Elektrik.
Dengan tinggi badan hanya 175 cm, jauh dibawah open spiker asing yang rata – rata diatas 180 cm, pukulan smes nya mampu melewati bloker dan selalu masuk.
Apa rahasianya? Ternyata dia melompat (jump shoot) lebih tinggi di atas lompatan bloker lawan yang bertinggi badan di atas tinggi badan dia. Ini pemain cerdas namanya.
Menambah tinggi badan susah, tapi menambah tinggi lompatan kan bisa. Ibarat kata, saya memang ngga setinggi kamu, tapi saya bisa ngakalin supaya menang dari kamu.
Punya competitor yang lebih bermodal dari perusahaan mu? Punya competitor yang punya produk lebih laris dari produk perusahaanmu? Kenapa tidak gunakan strategi yang berbeda untuk bisa unggul.
Tidak selamanya yang dibawah rata – rata itu selalu kalah.
Just sharing…
Maju terus dunia olahraga di tanah air
Sumbawa, NTB, 19 April 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H