Mohon tunggu...
Ajang Dodi
Ajang Dodi Mohon Tunggu... -

Be a Creative because Writing is Idealism (waduh bener ga yah??)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalah oleh Politik [A]nak [N]akal

2 Oktober 2011   09:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siang hari disaat panitia tengah melakukan persiapan akhir menejelang Musyawarah Mahasiswa, beberapa pamplet baru sekaligus kampanye mulai terpasang di beberapa sudut kampus. Salah satunya, "Kami HIMA AN dan HIMA HI berkoalisi untuk menyukseskan Mumas 2011 demi terciptanya BEM dan BPM baru. Siapapun yang menang kami dukung".

Terlintas tujuan dari pamflet itu sangat dan amat baik. Begitu meringankan panitia [yang notabene berada di luar dua hima tersebut] ketika acara terbesar mereka diprediksi bebas dari pengacau-pengacau Anak Nakal. Juga begitu menyenangkan bagi pihak yang mengincar posisi BEM dan BPM di kampus.

Sesuai prediksi Hima dengan kuantitas terbesar menguasai persidangan awal Mumas. Dengan masa yang begitu banyak mereka mampu membuat Pimpinan Sidang untuk melanjutkan Mumas ketika pengacau-pengacau Anak Nakal mengajak tiga himpunan lain untuk walk out. Sidang pun terus berjalan karena legalitas 50 persen+1 masih terpenuhi.

Menjelang malam politik [A]nak [N]akal mulai menggeliat. Kembali memasuki forum persidangan. Mengacak-mengacak presidium dengan menyembunyikan palu persidangan saat break. [perbuatan yang tidak terpuji dilakukan salah satu ketua Hima]. Mempropokasi dan yang paling penting berhasil membuat tidak nyaman Hima yang menguasai 60% persidangan. Hingga pada akhirnya porsi kuantitas mereka sama menjelang pemilihan pertama.

BPM atau jika negara diibaratkan sebagai DPR dilakukan pemilihan pertama. Sesuai rencana awal Hima terbesar tetap mencalonkan jagoannya untuk maju. Dan sungguh politis sekali saat Anak Nakal pun [memaksakan] calon dari orang yang tidak tahu apa-apa tentang BPM. Tujuan mereka adalah untuk memperlama proses pemilihan sehingga bisa mereka membuat porsi kuantitas mereka menang saat pemilihan utama : Presiden BEM!

Politik Anak Nakal! Begitulah, ketika terjadi deal Anak Nakal dengan calon dari Hima terbesar tapi mereka malah melanggarnya dengan membuat hal-hal yang membuat kuantitas "Hima Demokrat" tergerus.

Akhirnya BPM tetap dimenangkan oleh "Pak kumis berkacamata" dari HIMA 60% lebih. Namun BEM berhasil dikuasai oleh [A]... [N].... dengan politik Anak Nakal mereka. Gimana nggak nakal? Mereka terus memakasa presidium untuk melanjutkan persidangan dengan qourum yang tersisa hanya 10% dengan 9% adalah para anggota Anak Nakal. Padahal di tata tertib jelas disebutkan "Persidangan dinyatakan sah apabaila dihadiri oleh 50 peersen + 1 dari jumlah mahasiswa yang terregistrasi".

Satu lagi, pesan terakhir yang saya baca dari Presiden BEM terpilih Hasil MUMAS KBM eh Mumas [A]nak [N]akal kemarin adalah, "Saya tidak ingin menang dengan cara seperti ini. Saya ingin menang dengan demokrasi yang sehat", padahal dalam hatinya ia tersenyum puas karena politiknya sukses!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun