ibuku berbeda dengan ibu kebanyakan, yah boleh di bilang super galak sejak umurku masih 8 tahun dia melatihku untuk jadi anak mandiri, setiap pulang sekolah selalu mencari keong di sawah dan paginya bisa di jual,di samping itu juga tiap malam mebuat besek untuk di jual ke pengumpul, hasilnya lumayan 4 ribu satu kodi untuk 40 besek,waktu itu sekitar akhir tahun 90an, ibuku memandang anak anaknya harus di beri pelajaran sejak dini bagaimana susahnya mencari duwit untuk makan, hampir tiap lebaran aku ga pernah di beliin baju lebaran seperti anak anak kebanyakaan, untuk mendapatkan baju lebaran aku harus bekerja keras, di umurku yang ke 15 tahun pas hari puasa ramadhan selalu aku mencari peluang untuk bekerja seperti di pabrik genteng dengan upah 1 hari hanya 4000 rupiah dengan bekerja dari jam 7 sampai jam 4 sore , cukup berat jg karena harus membawa genteng paling ga sekali jalan 7 atou 10 genteng sedangkan tiap hari harus berkali kali membawa genteng untuk di jemur dengan jarak bisa 100 hingga 200 meter dari pabrik sampai tempat penjemuran genteng, sampai lulus smk aku selalu memanfaatlkan libur untuk bekerja dari pelayan rumah makan di lestari karanganyar kebumen sampai jadi pembersih toilet,
setiap ada masalah atau aku melakukan kesalahan ibuku tak segan segan menampar pipiku kadang aku mikir aku anaknya bukan yah, tapi aku ambil positifnya saja, ibuku orang yang sangat keras mendidik anak anaknya, kadang aku iri dengan teman temanku yang sangat di manja minta ini itu di turuti, walaupun orang tuaku mampu tapi mereka tak gampang kasih duwit se enaknya kita minta,
setelah lulus dari sekolah aku berangkat ke cikarang dan ternyata kegalakan ibuku bermanfaat karena aku bisa mandiri dan tak gampang menyerah , buat ibuku aku ucapkan terima kasih kau pahlawanku yang pengajarkan apa arti hidup
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H