Jendela kayu mahoni setengah lapuk dengan teralis berkarat seakan menjadi pemandangan terindah sebulan terakhir, tak kan pernah lupa saat sepeda motor dengan plat nomor AD 2312 WS itu dengan membabi buta menyeruduk apapun didepannya, tak luput kaki Kholis, tiada angin tiada hujan saat menikmati es krim berbentuk semangka seharga dua ribu rupiah, tiba-tiba diseruduk tanpa permisi oleh seorang pemudi sepeda motor dengan panjang rabut setinggi bahu bibir menggunakan lipstik dengan warna semerah darah burung unta, alis matanya dipertegas dengan sepidol kantor dan pipinya seakan dicat dengan Decolith merek cat yang cukup terkenal itu.
Kholis tak mengingat apapun selain es nya yang masih separuh, mata Kholis terbuka, ruang berukuran 3x4 dengan tirai berwarna biru tosca, cat ruangan berwarna putih, tanpa ada hiasan dinding seperti lukisan monalisa, kaligrafi berlafal Allah, atau patung bunda maria yang terpajang, hanya ada tulisan Bangsal Mawar-K3a begitulah satu satunya benda yang tergantung didalam ruangan itu.
Sakit bukan kepalang saat ia mengerakan kakinya, terdapat perban coklat dari ujung lutut sampai dengan pangkal pinggangnya.
"Kholis kholis bagaimana?"
"Apanya yang bagaimana?"
"Tugas praktek uji bahan bangunan besuk, kata mu kemarin nanti malem kamu mau lembur jadi tidak bisa melihat teater Buto Galak?"
"Brengsek!!, kamu tidak lihat aku?"
"Ya maksudku itu, BTW tadi aku menghubungi orang tuamu yang di kampung mereka katanya mau naik pesawat jam 9 nanti malam, karena penerbangan ditunda akibat..."
"Akibat apa?"
"Akibat tuhan mengirim rezeki, disertai peringatan"
"Ha??"