Eat Sambel Mas Yanggun adalah bisnis kuliner yang berfokus pada sambal dengan cita rasa khas dan pedas. Sejak didirikan, bisnis ini telah berupaya untuk memperluas jangkauan pasarnya melalui berbagai kanal pemasaran, termasuk media sosial. Salah satu platform yang memberikan dampak signifikan adalah TikTok. Dengan memanfaatkan TikTok, Eat Sambel Mas Yanggun berhasil meningkatkan visibilitas produknya dan menjangkau lebih banyak pelanggan potensial.
Keberhasilan Eat Sambel Mas Yanggun di TikTok tidak lepas dari strategi konten yang menarik dan interaktif. Konten-konten yang dibagikan mencakup resep masakan menggunakan sambal mereka, tantangan pedas, ulasan pelanggan, dan video di balik layar produksi sambal. Kombinasi dari konten yang menarik dan pendekatan interaktif ini berhasil menarik perhatian pengguna TikTok, yang kemudian diubah menjadi pelanggan setia.
Metode FRM digunakan untuk mengelompokkan pelanggan berdasarkan tiga dimensi utama:
- Frequency (Frekuensi) Frekuensi mengukur seberapa sering pelanggan melakukan pembelian dalam periode waktu tertentu. Dalam konteks TikTok, frekuensi bisa diartikan sebagai seberapa sering pengguna yang melihat konten TikTok Eat Sambel Mas Yanggun akhirnya melakukan pembelian.
- Recency (Keterkinian) Recency mengukur berapa lama sejak pembelian terakhir dilakukan. Pada TikTok, ini dapat dilihat dari seberapa cepat pelanggan merespons promosi terbaru dan melakukan pembelian setelah melihat konten baru.
- Monetary (Moneter) Monetary mengukur total nilai pembelian yang dilakukan oleh pelanggan dalam periode waktu tertentu. Untuk Eat Sambel Mas Yanggun, ini berarti menghitung total pengeluaran pelanggan setelah terpapar konten di TikTok.
Contoh Segmentasi
- Pelanggan Premium: Pelanggan dengan frekuensi tinggi, recency rendah, dan nilai moneter tinggi. Mereka adalah pelanggan yang sering membeli produk dalam jumlah besar dan baru-baru ini melakukan pembelian.
- Pelanggan Loyal: Pelanggan dengan frekuensi dan recency sedang, tetapi nilai moneter tinggi. Mereka sering membeli produk dan mengeluarkan uang dalam jumlah besar, tetapi tidak sesering pelanggan premium.
- Pelanggan Baru: Pelanggan dengan recency rendah, tetapi frekuensi dan nilai moneter belum signifikan. Mereka baru saja melakukan pembelian pertama mereka.
- Pelanggan Potensial: Pelanggan dengan frekuensi dan nilai moneter sedang, tetapi recency tinggi. Mereka belum lama ini melakukan pembelian setelah jeda waktu yang panjang.
Pengumpulan Data dan Analisis Awal
Untuk memulai implementasi metode FRM, Eat Sambel Mas Yanggun mengumpulkan data berharga mengenai perilaku pembelian pelanggan di platform TikTok. Data tersebut mencakup:
- Frekuensi Pembelian: Jumlah pembelian yang dilakukan oleh setiap pelanggan dalam rentang waktu tertentu, biasanya satu bulan.
- Recency Pembelian: Waktu dalam hitungan hari sejak pelanggan terakhir kali melakukan pembelian setelah terpapar konten TikTok.
- Nilai Moneter: Total pengeluaran per pelanggan dalam periode waktu yang sama.
Analisis data ini dilakukan menggunakan alat analitik yang memungkinkan Eat Sambel Mas Yanggun untuk memetakan dan memahami pola pembelian pelanggan dengan lebih baik. Dari sini, mereka dapat mengidentifikasi pelanggan yang paling berharga dan menentukan strategi pemasaran yang sesuai.
Hasil Implementasi
Dampak dari implementasi metode FRM sangat signifikan bagi Eat Sambel Mas Yanggun:
- Peningkatan Penjualan: Dalam tiga bulan pertama setelah penerapan, bisnis ini mencatat peningkatan penjualan sebesar 25%. Penjualan didorong oleh strategi yang mengutamakan pelanggan premium dan loyal, yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan.
- Peningkatan Interaksi di TikTok: Interaksi dengan konten TikTok mereka meningkat sebesar 30%. Konten yang disesuaikan dengan segmen pelanggan berhasil menarik perhatian lebih banyak pengguna, meningkatkan likes, comments, dan shares secara signifikan.