Baru-baru ini, lembaga riset asal Inggris, Institute for Quality of Life merilis Happy City Index atau daftar 250 kota paling bahagia di dunia.
Hasilnya adalah kota Aarhus di Denmark menempati ranking satu sebagai kota yang paling bahagia di dunia, disusul Zurich (Swiss), Berlin (Jerman), Gothenburg (Swedia), Amsterdam (Belanda), dan seterusnya. Â
Bagaimana dengan kota-kota di Indonesia?
Ternyata hanya ada satu kota di Indonesia yang masuk dalam daftar 250 kota paling bahagia itu, yaitu Kota Makassar. Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan itu berada di ranking 234, di atas Wroclaw (Polandia), Kalamata (Yunani), Portland (Amerika Serikat), Kuwait City (Kuwait), Saint Petersburg (Rusia), Antalya (Turki), dan Johannesburg (Afrika Selatan) yang berada di ranking 250.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan dan pro-kontra, baik oleh warga Makassar sendiri, apalagi yang bukan warga Makassar.
Warga Jakarta, Bandung atau Bogor bisa saja mengklaim warga di kota mereka jauh lebih bahagia daripada warga di Makassar.
Bahkan bisa jadi ada warga Makassar sendiri yang selama ini merasa tidak bahagia hidup di Makassar akan menganggap hasil riset itu hanya lelucon.
Hal itu tentu tidak bijak jika kita tidak melihat apa saja yang menjadi alasan terpilihnya Makassar sebagai kota yang paling bahagia di Indonesia.
Ada 5 (Lima) indikator yang dinilai oleh Institute for Quality of Life sebelum menentukan 250 kota yang paling bahagia tersebut, yaitu kotanya, pemerintah daerahnya, pertumbuhan ekonomi, lingkungan, dan mobilitas warganya.
Kota Makassar memperoleh nilai 207,1 untuk kondisi kotanya, 225,8 untuk pemerintah daerahnya, 322,9 untuk pertumbuhan ekonominya, 230,6 untuk lingkungannya, dan 244,3 untuk mobilitas warganya, sehingga setelah ditotal, Kota Makassar memperoleh nilai 1230,7.