Belum lama ini saya dikejutkan oleh ucapan seorang pendakwah yang sangat populer di negeri ini yang mengibaratkan istrinya sendiri yang telah melahirkan ketujuh anak-anak mereka dengan istilah "Turun Mesin."
Kutipan kalimatnya adalah sebagai berikut, "Ini adalah istri yang sudah 19 tahun mendampingi saya. Sudah 7 kali turun mesin."
Benarkah seorang wanita yang melahirkan dapat dipersamakan dengan turun mesin? Apa itu turun mesin?Â
Istilah "turun mesin" adalah istilah yang lazim digunakan dalam dalam dunia otomotif. Turun mesin atau overhaul adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh montir untuk melepaskan mesin pada sasis dari mobil atau kendaraan bermotor.Â
Jadi istilah "turun mesin" hanya diperuntukkan bagi mesin kendaraan bermotor, bukan untuk manusia atau wanita yang melahirkan. Istilah itu hanya dikenal di dunia otomotif dan tidak dikenal di dunia medis dan persalinan.Â
Oleh karenanya sangat tidak tepat, jika istilah turun mesin dipersamakan dengan persalinan atau seorang ibu yang melahirkan anaknya.Â
Menurut Komisioner Komnas Perempuan, Bahrul Fuad, istilah "turun mesin" merupakan istilah peyoratif, yaitu sikap yang merendahkan, menghina atau mencemooh dan merendahkan harkat kemanusiaan kaum wanita.
Apapun alasannya, walaupun dalam konteks bercanda sekalipun, ucapan yang menyamakan proses ketika seorang ibu melahirkan anaknya dengan turun mesin adalah perbuatan yang sangat keterlaluan. Ucapan yang tidak pantas diucapkan oleh seorang pria kepada istrinya, apalagi oleh pendakwah yang ucapannya didengar dan diikuti oleh jamaahnya.
Menyamakan seorang wanita, apalagi istri sendiri dengan mesin, bukan hanya menghina sang istri, namun juga menghina seluruh wanita yang pernah mengandung dan melahirkan, termasuk ibu kandungnya sendiri yang telah melahirkannya.Â
Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wa sallam pernah berkata kepada para sahabatnya, "Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita."Â
Dalam kesempatan yang lain, nabi juga pernah berkata, "Sebaik-baik laki-laki diantara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya."
Perintah nabi untuk memuliakan wanita itu tidak sekedar dalam ucapan, namun Beliau contohkan dalam kehidupan rumah tangganya sehari-hari.Â
Nabi sangat mencintai dan memuliakan istri pertamanya Khadijah Radiallahu Anha (RA). Tak pernah sekalipun nabi menyakiti perasaan istrinya itu. Bahkan, nabi tidak pernah berpoligami selama berumah tangga dengan Khadijah RA. Nabi baru menikah lagi setelah istri pertamanya itu wafat. Â
Ajaran Islam sangat memuliakan kaum wanita, apalagi seorang ibu yang melahirkan, oleh karenanya ucapan "turun mesin" kepada istrinya tidak mungkin keluar dari mulut seorang muslim yang taat dan memiliki hati yang bersih. Ucapan itu hanya bisa keluar dari mulut orang yang memiliki hati yang kotor karena dipenuhi oleh keangkuhan dan kedengkian yang akut. Wallahualam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H