Mohon tunggu...
Adnan Abdullah
Adnan Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pembaca dan penulis aktif

Membaca, memikir dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Hebron, Kota Suci yang Terlupakan

17 Januari 2019   16:06 Diperbarui: 17 Januari 2019   16:54 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Hebron (Koleksi pribadi)


Hebron atau al-Khalil adalah salah satu kota di Tepi Barat, Palestina yang diduduki Israel. Kota ini berada di sebelah selatan Yerusalem. Nama Hebron berasal dari kata "Habar" yang dalam bahasa Ibrani artinya dipersatukan. 

Mayoritas penduduk kota ini adalah warga Arab Palestina yaitu sekitar 120.000 orang, sementara warga Yahudi hanya sekitar 600 orang. Kota ini merupakan penghasil batu kapur, keramik, susu dan buah anggur.

Foto : Salah satu sudut Masjid al-Ibrahimi, Hebron (koleksi pribadi)
Foto : Salah satu sudut Masjid al-Ibrahimi, Hebron (koleksi pribadi)
Meskipun kota ini kecil, namun sangat penting bagi Palestina maupun Israel, bahkan umat Islam, Yahudi dan Nasrani. Bagi umat islam, selain karena kota ini mayoritas penduduknya memang warga Arab Palestina, di kota ini juga terdapat Masjid al-Haram al-Ibrahimi dan makamnya Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS) dan keturunannya yang juga nabi, yaitu Ishaq AS, Yakub AS, dan Yusuf AS. 

Bahkan bagi kaum Yahudi, kota ini disebut sebagai Kota Leluhur karena di kota ini terdapat Gua Makhpela, tempat dimakamkannya Abraham dan istrinya Sarah, serta keturunannya yang merupakan leluhur kaum Yahudi. bagi umat Islam, kota ini adalah kota suci ke-4 setelah Mekah, Madinah, dan al-Quds, sedangkan bagi kaum Yahudi, kota ini adalah kota suci ke-2 setelah Yerusalem. Itulah mengapa sejak dulu kota ini menjadi rebutan antara warga Arab dan Yahudi. 

Bahkan menurut guide lokal, Pemerintah Israel menempatkan 3.000 tentara untuk menjaga kota ini. Setelah peristiwa pembantaian keji yang dilakukan oleh seorang Yahudi Radikal yang bernama Baruch Goldstein pada tahun 1994, penjagaan di kota ini semakin ketat. 

Meskipun UNESCO telah menetapkan kota ini dan situs bersejarah yang ada di kota ini sebagai warisan dunia milik Palestina, namun Pemerintah Israel tetap bersikukuh tidak mau angkat kaki dengan dalih untuk melindungi kepentingan umat ketiga agama di kota suci itu.  

Penulis berkunjung ke kota ini tepat pada Hari Raya Idul Adha setelah sebelumnya melaksanakan shalat Id di Masjid al-Aqsa di Yerusalem. Meski suasana nampak sepi dibandingkan di Yerusalem, namun anak-anak yang ada di kota itu merayakan hari raya dengan suka-cita. 

Rupanya tradisi lebaran anak-anak di kota ini mirip-mirip dengan kita di Indonesia, pakai baju baru dan keliling minta sedekah. Kami sempat membagi-bagikan uang dan makanan kepada anak-anak itu. Penulis yang memang sengaja membawa oleh-oleh biskuit, coklat dan dodol Garut disambut antusias oleh anak-anak itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun