Indahnya Silahturahmi: Satukan Tangan, Satukan Hati, Eratkan Persaudaraan.
Anshori dalam Ghufron dan Risnawita (2010, hal. 167) membedakan antara istilah religi atau agama dengan religiusitas. Jika agama menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan kewajiban, maka religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati. Religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya internalisasi agama tersebut ke dalam diri seseorang. Agama adalah hubungan antara makhluk dengan Khalik (Tuhan) yang berwujud ibadah yang dilakukan dalam sikap kesehariaannya.
Arti agama secara detail bahwa agama sebagai suatu sistem credo (tata keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak dan suatu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya, sesuai dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut (Ghufron dan Risnawita, 2010, hal. 167).
Agama menunjuk pada tingkat keterikatan individu terhadap agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya. Toleransi beragama menurut M. Nur (2016) adalah kesadaran seseorang untuk menghargai, menghormati, membiarkan, dan membolehkan pendirian, pandangan, keyakinan, kepercayaan, serta memberikan ruang bagi pelaksanaan kebiasaan, perilaku, dan praktik keagamaan orang lain yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri dalam rangka membangun kehidupan bersama dan hubungan sosial yang lebih baik.
Pertama kecerdasan emosi adalah salah satu kunci keberhasilan hidup, orang yang cerdas secara emosi sadar akan keadaan diri dan orang lain, memiliki motivasi dan optimisme. Kedua, Orang yang cerdas secara emosi mampu mengelola emosi dalam diri sehingga tidak saja dapat memuaskan gejolak dan kebutuhan yang ada pada dirinya tetapi juga ekspresi emosi itu dapat diterima secara sosial. Ketiga, Orang yang cerdas secara emosi senantiasa mampu melihat situasi yang krisis sebelum merespon secara emosional yang pada gilirannya mampu memutuskan dengan tepat apa yang harus dilakukan.
Seharusnya kemampuan individu dalam menggunakan aspek kecerdasan emosi yang tercermin dalam kemampuannya untuk mengenali, memahami, menghargai, mengekpresikan, menggunakan dan mengendalikan emosi diri dan emosi orang lain sudah ada dalam setiap individu.Â
Kecerdasan emosi adalah kemampuan individu dalam menggunakan aspek kecerdasan atau kognitif dalam mengelola emosi yang tercermin dalam kemampuannya untuk mengenali, memahami, menghargai, mengekpresikan, menggunakan dan mengendalikan emosi diri mengenali, memahami, menghargai, emosi orang lain. Kemampuan ini selanjutnya akan berpengaruh pada kemampuan lainnya, yaitu penyesuaian diri, ketekunan, motivasi, kerja sama, dan kemampuan untuk menjalin hubungan yang produktif.
Kepala sekolah perlu membangun hubungan yang baik dengan orang lain serta melakukan berbagai kegiatan yang menggambarkan kekompakan dan kebersamaan warga sekolah (Mataputun, 2021).
Kepala sekolah SMP Negeri 9 adalah seorang pemimpin dengan kecerdasan emosional yang stabil. Dalam sebuah acara halal bi halal beliau juga memberikan pidato singkat bahwa dalam halal bi halal warga sekolah menjalin tali silahturahmi antara guru dengan guru, bahkan guru dengan siswa dan diantara seluruh iklim warga sekolah. beliau juga berpesan agar saling menjunjung tinggi toleransi beragama di lingkungan sekolah agar terciptanya suasana sekolah aman, damai, dan nyaman bagi semua pihak.
Sesuai dengan tema Satukan tangan, satukan hati untuk menjalani tugas sebagai guru, sebagai staf TU , serta tugas sebagai siswa. Juga beliau menegaskan tidak ada perbedaan diantara kami seluruh lingkungan enternal sekolah.