Mohon tunggu...
Admin Eviyanti
Admin Eviyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga, Pendidik Generasi dan Pegiat Literasi

aktivitas sebagai ibu rumah tangga, pendidik generasi dan pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kapitalisme Merampas Naluri Para Ibu

17 September 2024   17:17 Diperbarui: 17 September 2024   17:18 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Sumiati

Pendidik Generasi

"Surga di bawah telapak kaki ibu." Ungkapan ini cukup masyhur, walaupun dari segi dalil berbagai komentar, ada yang mengatakan hadis dhaif bahkan palsu. Namun, sejatinya rida sang ibu bagi seorang anak sesuatu yang sakral.

Dikutip oleh kumparan.com, Nasib pilu dialami seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Dia dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandungnya yang juga seorang PNS berinisial E. Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti, mengatakan kepala sekolah dan ibu korban telah diamankan polisi. Kasus ini pertama kali dilaporkan ke polisi pada 26 Agustus lalu. "Pelaku yang merupakan Kepala Sekolah Dasar, diamankan anggota Resmob Polres Sumenep pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2024 sekitar pukul 15.00 WIB, di Rumahnya, Desa Kalianget Timur," kata Widiarti, Jumat (30-08-2024).

Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama, justru melakukan kekejian luar biasa. Ini menunjukkan bahwa naluri keibuannya telah mati. Dan jiwanya telah terkikis. Dan tentunya hal ini menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu dan rusaknya masyarakat, akibat penerapan sistem kapitalis.

Penomena ini menunjukkan adanya persoalan sistemik dan bukti kegagalan sistem yang diterapkan, khususnya sistem pendidikan dan sanksi. Sehingga di ranah pendidikan, guru tak mencerminkan guru. Namun, penampakannya seperti monster yang siap menerkam mangsa, saat mangsanya lengah. Jangankan digugu dan ditiru, melainkan para pendidik yang demikian wajib ditinggalkan.

Selain masalah besar itu, dengan diterapkannya sistem kapitalis ini, menyebabkan umat muslim fokus di dunia luar mengejar karier, mereka lupa ada hablum binafsi, atau hubungan ia dengan dirinya. Yang mengharuskan ia memenuhi hak dirinya, mendidiknya dengan pemahaman agama, sehingga mereka terhindar dari pribadi-pribadi yang kotor. Sehingga tak akan lagi ditemui para ibu yang hilang naluri keibuannya, atau para guru yang hilang jiwa teladan gurunya.

Lalu bagaimana dengan Islam? Islam menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama.

Sebagaimana perkataan penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan "al Ummu Madrasatul ula, iza a'adadtaha al'dadta sya'ban thayyibal a'raq", artinya: ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya, jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

Islam juga menyediakan suporting sistem di tempat kerja. Ketika pun para ibu bekerja, Islam tetap mewajibkan para ibu tunai dulu kewajibannya, dan pekerjaan bagi para ibu pun disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Kemudian diterapkan aturan yang ketat dalam proses pekerjaannya. Terpisah antara laki-laki dan perempuan. Juga mereka diwajibkan menutup aurat dengan sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun