Membaca arsip berita di Tempo.co melansir apa yang diungkapkan oleh Duta Besar Indonesia untuk Argentina, Uruguay, dan Paraguay, Kartini Nurmala Sjahrir, yang mengatakan bahwa, " anak buah kapal (ABK) asal Indonesia disukai oleh para pemilik kapal Argentina. Meski demikian, mereka tidak luput dari perlakuan semena-mena," “ABK kita disukai karena sopan, tidak perhitungan jam kerja, misalnya harusnya 10 jam, 11-12 jam tidak dihitung lembur tidak apa-apa,” Sebagai orang yang menjalani profesi Pelaut saya sangat bangga dengan pernyataan Ibu duta besar tersebut, karena memang pada saat saya masih bekerja diatas kapal dulu sebagai Dinning Room staff diperusahaan pelayaran P & O Holliday Australia dan Holland America Line, saya merasakan sekali betapa besarnya kontribusi Pelaut Indonesia untuk perusahaan tempat mereka bekerja, karena banyak sekali penumpang kapal pesiar yang ikut Cruise hanya untuk mendapat pelayanan Istimewa dari para crew Indonesia. Selain mengerjakan kerjaan utama para Crew Indonesia yang bekerja dikapal pesiar khususnya untuk jabatan Dinning Room Staff dan Cabin Steward mereka juga berusaha untuk bisa membuat para tamu kapal pesiar tersebut merasa senang dan bahagia dengan pelayanan serta kemampuan entertain para crew Indonesia. Sebagai contoh di setiap kapal Perusahaan kapal pesiar Holand America Line, para tamu disuguhi hiburan yang dinamakan "Indonesia Crew Show" dimana show ini para aktor dan artisnya adalah Crew Indonesia yang bekerja diatas kapal tersebut.
[caption id="attachment_306995" align="aligncenter" width="320" caption="Penulis Saat Menjadi MC dan Crew Show Director di MS. Veendam - Holland America Line"][/caption]
Dalam acara Indonesian Crew Show ditampilkan berbagai macam atraksi kesenian maupun budaya Indonesia, dari lagu-lagu Indonesia, Tari-tarian Indonesia seperti Tari Saman dari aceh dan Tari Kecak dari bali disuguhkan dalam acara Indonesia Crew Show.
[caption id="attachment_306996" align="aligncenter" width="320" caption="Tari Kecak yang disuguhkan Crew Indonesia dalam Indonesian Crew Show"]
[/caption]
The Indonesian Crew Show biasanya digelar di Main Lounge kapal pesiar Holland America Line yang ditonton oleh 1500 sampai dengan 3000 penumpang tergantung dari kapasitas penumpang kapal pesiar tersebut. Biasanya puncak dari acara Crew Show diakhiri dengan Pagelaran Angklung Bamboo Orchestra, yaitu pertunjukan Angklung yang melantunkan lagu-lagu favorite yang sangat familiar dengan para penumpang yag berasal dari berbagai suku bangsa, bahasa dan agama.
[caption id="attachment_306997" align="aligncenter" width="320" caption="Angklung Bamboo Orchestra"]
[/caption]
Salah satu lagu favorite para tamu tersebut adalah My Way dan God Bless America dan biasanya saat menjadi MC diacara Crew Show penulis turun kepanggung untuk mengajak dua atau tiga penumpang untuk memainkan Angklung bersama dan saat angklung bamboo Orchestra dilantunkan, tanpa dikomando para penumpang yang menyaksikan acara Indonesian Crew Show tersebut berdiri, bertepuk tanggan dan ikut bernyanyi bersama.
[caption id="attachment_306998" align="aligncenter" width="320" caption="Saman Dance Pertunjukan Budaya Indonesia Dikapal Pesiar"]
[/caption] Yang paling mengesankan adalah biasanya sehari setelah acara Indonesian Crew show tersebut, para tamu kapal pesiar mencari para Dining Staff ataupun Cabin Steward mereka untuk meminta tandatangan di bekas undangan Crew Show yang biasanya dibagikan sehari sebelum pertunjukan Indonesian Crew Show berlangsung, tentu saja apresiasi para tamu kapal pesiar tersebut membuat hati Crew Indonesia yang bekerja dikapal tersebut jadi berbunga-bunga bak artis terkenal dan menambah semangat dan motivasi mereka dalam bekerja dan memberikan pelayanan yang terbaik. Cerita pengalaman penulis diatas merupakan bukti kebenaran pernyataan yang dikeluarkan oleh Ibu Kartini Nurmala Sjahrir, memang pelaut Indonesia sangat disukai para pemilik kapal, bukan saja pemilik kapal Argentina tetapi pemilik kapal diseluruh dunia, khususnya untuk Cruise Ship Industry Crew Indonesia sedikit banyak mempunyai andil dalam mengisi jumlah penumpang kapal yang otomatis akan menghasilkan keuntungan yang cukup berarti bagi si pemilik kapal . Namun disatu sisi seperti yang dikatakan oleh Ibu Duta Besar tersebut bahwa memang terkadang Pelaut Indonesia diperlakukan semena-mena khususnya untuk pelaut kapal-kapal Ikan, banyak dari mereka yang bekerja melebihi batas jam kerja yang sudah ditentukan dan bahkan ada sebagian perusahaan tidak membayarkan gaji mereka bahkan menelantarkan mereka seperti yang baru-baru ini terjadi pada awak Kapal Ikan Indonesia di Trinidad dan Tobago. [caption id="attachment_307000" align="aligncenter" width="400" caption="Awak Kapal Indonesia sering menjadi korban kesemena-menaan para pemilik kapal"]
[/caption] Sebenarnya setelah 20 Agustus 2013 para pelaut Indonesia yang bekerja diluar negeri maupun didalam negeri hak-hak mereka sudah dilindungi oleh konvensi Internasional yang disebut dengan Maritime Labour Convention 2006, jadi aksi semena-mena para pemilik kapal atau agen pelayaran bisa sedikit demi sedikit dihentikan, hanya saja sayangnya pemerintah Indonesia belum meratifikasi konvensi tersebut kedalam undang-undang maupun peraturan pemerintah Negara Republik Indonesia. MLC 2006 sebenarnya bukan saja menjamin hak-hak profesi dan payung hukum Pelaut secara Internasional tetapi MLC 2006 juga menjamin kualitas kerja Pelaut yang diinginkan oleh para Pemilik kapal dalam negeri maupun Luar Negeri, memang disatu sisi alasan utama pemerintah Indonesia belum meratifikasi Konvensi tersebut adalah para pelaku bisnis perkapalan Indonesia belum siap untu memberikan fasilitas - fasilitas dan standar gaji Pelaut yang ditentukan dalam MLC 2006, namun jika kita liat beberapa kasus kecelakaan kapal yang terjadi kebanyakan disebabkan oleh Human Error atau kelalaian dari awak kapal yang bekerja dan bertanggung jawab diatas kapal yang terkena musibah.
[caption id="attachment_307004" align="aligncenter" width="576" caption="Awak Kapal Indonesia Korban Kesemena-menaan Pemilik Kapal di Trinidad dan Tobago"]
[/caption] Human Error memang mungkin saja memang disebabkan oleh kelalaian para awak kapal, namun jika kita coba meneliti lebih dalam kemungkinan kelalaian tersebut juga bisa disebabkan karena kurangnya fasilitas ataupun jam istirahat bagi awak kapal, bahkan bisa jadi karena gaji yang diterima para awak kapal dibawah standar sehingga konsentrasi kerja dan tanggung jawab mereka tidak maksimal. Lewat tulisan ini Indonesian Seafarers Communication Forum sebagai Non Government Organization menghibau kepada Pemerintah Indonesia dan para pelaku bisnis perkapalan ditanah air untuk bisa segera meratifikasi MLC 2006 agar Pelaut Indonesia yang bekerja didalam maupun Luar Negeri bisa dilindungi dan mendapat hak-hak mereka yang kosekwensinya adalah kualitas dan loyalitas mereka akan lebih besar sehingga bisa lebih memajukan bisnis dipelayaran didalam negeri yang berdampak besar untuk kemajuan perekonomian bangsa dan negara Indonesia. Keep Move On Pelaut Indonesia... Pelaut Jaya, Indonesia Jaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya