Mohon tunggu...
Adlin Minosra
Adlin Minosra Mohon Tunggu... Mahasiswa - (Mahasiswa Kesejahteraan Sosial, UIN Ar-Raniry)

Menulis,musik,sajak

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Resiko Etnis Rohingya Jika Tak Ada Kebijakan

6 Desember 2023   07:30 Diperbarui: 6 Desember 2023   07:47 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opini : Adlin Minora

Fenomena kedatangan pengungsi rohingya di Aceh menjadi berita yang sangat populer dan trending di media sosial berita Aceh, lantaran pengungsi rohingnya yang terus berdatangan dalam waktu sepekan di beberapa titik daerah di Aceh, alasan utama yang membuat warga masyarakat Aceh ini menolak kedatangan rohingya karena imigran Rohingya yang pernah terdampar sebelumnya berperilaku kurang baik dan tidak patuh pada norma-norma masyarakat setempat sehingga membuat masyarakat Aceh geram dan merasa tidak nyaman dengan tingkah laku mereka.

 Selain itu, banyak beredar di media sosial sikap dan prilaku pengungsi rohingya yang tidak menghargai belas kasihan dari warga Aceh, diantaranya mereka memberikan bahasa isyarat bahwa porsi makanan yang diberikan sangat sedikit dan ditemukan juga nasi yang dibuang oleh pengungsi rohingya tersebut, Tentunya hal ini cukup memprihatinkan karna warga masyarakat Aceh sendiri hingga saat ini menjadi provinsi termiskin di pulau sumatera, bencana allam (banjir) pun sedang melanda Aceh di beberapa kabupaten kota, seperti di Aceh Selatan, Aceh Tenggara dan Aceh Barat.

Banyak komentar netizen dalam postingan instagram @infobandaaceh dan @kabaraceh yang berkomentar " Masyarakat kita saja hanya makan bantuan indomie disini, sedangkan mereka diberikan makanan yang enak, nasi yang banyak dan lauk ayam, jika sudah habis ayam diganti dengan ikan, terus masih tidak bersyukur karena porsinya sedikit, usir saja mereka dan pulangkan ke negara asalnya. Tentunya ini mengundang kecemburuan sosial warga asli dan menjadi kritik keras bagi pemerintah Aceh untuk lebih mengutamakan warga asli dibandingkan imigran. Hingga Juli 2023, tercatat bahwa Myanmar menduduki posisi ke 3 dengan jumlah pengungsi terbanyak di indonesia, peningkatan ini menjadi kekhawatiran masyarakat Aceh dengan fenomena yang terjadi di negara Malaysia, yaitu demo yang dilakukan oleh imigran myanmar yang meminta untuk diberikan kesamaan hak sebagai warga negara dan meminta hak tanah. Akankan ini akan menjadi hal yang sama ketika belanda datang dengan alasan ingin berdagang?

Kedatangan pengungsi rohingnya ini menjadi masalah besar bagi masyarakat Aceh, hasil wawancara dengan etnis rohingya juga mengatakan bahwa mereka bukan terdampar, melainkan sengaja di eksporitasi manusia, hal ini dibuktikan dengan adanya pengungsi yang kabur dan dijemputm bahkan ada yang sampai membayar kapal agar bisa sampai ke tujuan. Beredar video yang memperlihatkan masyarakat sabang yang dengan paksa membongkar tenda yang telah dipasanga dan seorang ibu - ibu yang marah karena petugas tak kunjung datang untuk memindahkan para pengungsi ini, yaitu tepatnya di Gampong Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya, Sabang. "Kalau Hari ini tidak ada pemindahan, berarti akan ada hal-hal yang anarkis, apa kita gebukin aja pengungsinya biar dia pindah sendiri" ujar Pj Keuchik Gampong Ie Meulee, Doffa Fadhil, Kepada Haba Aceh.id, Minggu (3/12/23).

Hal ini juga jadi boomerang bagi masyarakat Aceh jika menolak bersikap anarkis kepada pengungsi rohingya akan liputan berita internasional yang mengimingi agama bahwasannya islam anarkisme. Propaganda pun sempat terjadi dimana pengungsi rohingya mengiringi opini warga Aceh yang tidak baik, banyak tanggapan warga Aceh yang menyatakan mereke berprilaku buruk dengan warga Aceh, padahal masyarakat sudah merawat pengungsi ini dari 2015, tapi prilaku mereka yang membuat masyarakat Aceh sekarang enggan menerima mereka lagi

Dalam hal ini sudah seharusnya pemerintah mengkondisikan emosional warga Aceh sebelum terjadinya krimanal, masyarakat mempertanyakan bagaimana bisa semudah itu masuk wilayah perbatasan laut indonesia? Apakah mereka tidak terdeteksi? Apakah ada kerja sama dengan pihak lain atas kedatangan mereka ini? Apakah benar mereka dibangladesh sudah disediakan tempat? Lantas apa tujuan mereka disini?

Dinamika masyarakat ini harus segera dituntaskan, disebabkan hampir semua pernyataan masyarakat Aceh menolak untuk menerima pengungsi rohingnya di wilayah mereka, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) menjadi sasaran utama masyarakat dalam permasalahan ini, dikarenakan mereka yang selama ini terlibat aktif memberi bantuan dan memfasilitasi entis rohingya. Sudah seharusnya ada kebijakan preventif dari pemerintah sebelum terjadinya hal yang tidak diinginkan, Aksi demo mahasiswa, pembubaran pengungsi secara paksa sudah dilakukan oleh masyarakat, Salah satu warga Aceh juga mengatakan tidak akan melakukan Pemilu 2024 sebelum etnis rohingya dipindahkan dari Aceh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun