Negara kita, Republik Indonesia. Lahir dari sebuah perjalanan sejarah. Perjalanan sejarah itu terbentang dari yang membanggakan hingga memilukan. Salah satu perjalanan sejarah yang terkenal di kalangan pelajar Indonesia adalah saat masa penjajahan kolonialisme mengerogoti wilayah kita. Masyarakat pada masa itu saling bahu-membahu untuk melawan kolonialisme. Saat itu kebanyakan masyarakat bersatu dalam satu wadah besar untuk melawan.
Apakah wadah tersebut? Wadah tersebut ialah kerajaan-kerajaan besar yang tersebar luas di nusantara. Kewajiban kita sebagai generasi muda, penerus tonggak kehidupan bangsa untuk mengenal dan melesatrikan jejak historis dan semangat moral yang telah dibangun para pendahulu kita dalam wadah pemersatu tersebut. Sejalan juga dengan kata-kata Sang Proklamator Bapak Ir. Soekarno, "Jas Merah! Jangan sesekali melupakan sejarah.
Bagaimana tidak, sejarah bangsa mengajarkan kita banyak hal yang bermanfaat untuk mengarunggi samudera kehidupan berbangsa dan bernegara, secara khusus untuk melindungi integritas negara dari ancaman. Jika kita melupakan sejarah, maka akan berdampak buruk. Di masa revolusi industri 4.0 seperti ini banyak masyarakat yang terjebak ke dalam bentuk kolonialisme baru. Contoh sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari saja, seperti banyak golongan masyarakat kita yang sekarang sangatlah bangga ketika mengunakan barang-barang asing, walaupun ia tau bahwa barang tersebut palsu dan tak jarang juga itu merupakan barang bekas pakai orang lain.
Kebanggan semu menggunakan produk-produk perusahaan asing tersebut lambat laun akan menciptakan ketergantungan secara ekonomi yang buruk. Kita hanya akan menjadi pasar bagi produk-produk kapitalis perusahaan asing. Dan bukan menjadi produsen untuk barang-barang yang akan dipakai oleh masyarakatnya sendiri. Jebakan ketergantungan tersebut sejatinya membuat bangsa Indonesia masuk kembali dalam bentuk penjajahan baru yang lebih halus, yaitu neo-kolonialisme (penjajahan secara ekonomi).
Sebelum terlambat, saatnya kita, para generasi muda, bersama bergerak untuk melesatrikan nilai luhur sejarah kerajaan-kerajaan yang terbangun di Nusatara lebih dari umur negara kita sendiri. Gerakan ini dapat dimulai dari diri sendiri dengan mempelajari dan mengambil nilai-nilai luhur dari sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah ada dan hingga kini masih tersebar di wilayah Indonesia. Selanjutnya, untuk meperluas dampak positf,kita sebagai generasi muda perlu melesatarikan peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan tersebut, terutama dalam merevilitalisasi (menghidupkan kembali dengan konteks saat ini) budaya, peningalan historis (benteng, istana dan lainya), supaya generasi selanjutnya akan paham bagaimana keberlangsungan bangsanya sebelum munculnya Republik ini.Â
Terkait dengan itulah, saatnya kita, para generasi muda, bersatu padu dan memulai revolusi pendidikan yang didalamnya menciptakan kesadaran masyarakat tentang bagaimana kolonialisme masa lampau telah membuat lumpuh bangsa kita, dan selajutnya menumbuhkan sikap melestarikan jejak nilai sejarah bangsa yang mulai terkikis dari kehidupan sehari-hari. Kita masih mempunyai waktu untuk menghindari jebakan neo-kolonialisme di depan sana. Sebagai generasi muda yang terpelajar dan berintelektual, kita akan selalu belajar dari sejarah masa lalu yang kelam karena kolonialisme bangsa asing. Bagaimana pencegahan ini bis di lakukan kalau generasi muda tidak paham dengan nilai sejarah bangsanya sendiri?
Upaya awal bagi generasi muda yang masih belum tersentuh ialah dengan melaksanakan gerakan literatur mandiri, dan kemudian memperluas jangakauannya. Dengan menyebarluaskan pengetahuan kepada khalayak di luar sana untuk meperluas pengetahuan dan dampak akan acaman kolonialisme baru, yang akan mengahantui Indonesia kedepannya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H