Mohon tunggu...
Agung Dwi Laksono
Agung Dwi Laksono Mohon Tunggu... peneliti -

Seorang lelaki penjelajah yang kebanyakan gaya. Masih terus belajar menjadi humanis. Mengamati tanpa menghakimi. Mengalir saja...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biarkan Berbeda!

6 Juni 2016   08:46 Diperbarui: 6 Juni 2016   09:05 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

...kita terlahir berbeda, jangan paksakan menjadi sama. untuk itulah kita diperintahkan untuk saling mengenal...

Hari Minggu kemaren, saat saya menjalankan prosesi rutin liburan akhir pekan… browsing mall! hihihi…
saya menemukan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang istimewa yang laen dari biasanya… setidaknya menurut saya! Betapa tidak, di mall yang megah dan sarat dengan pengunjung, terselip satu populasi orang2 penggemar lagu mandarin yang membentuk komunitas sendiri.

Bertempat di salah satu pojokan food court lantai 3 ITC Surabaya, mereka berkumpul, karaoke, bernyanyi bergantian… sebagian lagi tanpa malu2 turun melantai… berdansa di depan, ditengah2 komunitas mereka. 

Jangan membayangkan macam acara megah yang biasa tayang di teve! mereka hadir dengan peralatan seadanya… teve 21 inchi, michrophone, sound system sederhana, dan… kursi plastik!

dokumentasi penulis
dokumentasi penulis
Anggota komunitas yang hadir ini tidak melulu warga keturunan tionghoa, terselip juga beberapa warga pribumi, tidak termasuk saya tentunya. Hehehe…

Meski didominasi warga keturunan, jangan membayangkan penampilan mereka yang serba wah dan kinclong! Sandal jepit justru mendominasi alas kaki mereka, meski juga tak menampik ada yang berdandan bak peragawati di atas catwalk.

dokumentasi penulis
dokumentasi penulis
Satu lagi yang saya perhatikan yang jadi ciri khas komunitas ini, anggotanya didominasi oleh manula, yang kebanyakan sudah beruban, bungkuk, bahkan jalan tertatih. 
Dan hebatnya… mereka juga turun melantai dengan wajah sumringah, meski juga kadang gerakannya kaku karena usia... tapi jadi lebih asik, karena lebih mirip break dance! Hehehe…

Apapun itu… saya jelas2 cemburu berad dengan keberadaan mereka!
Bukan karena mereka warga keturunan, juga bukan karena mereka bukan pribumi! 
tapi saya cemburu lebih karena ‘campursari’, jenis musik jawa kelangenan saya, tidak bisa unjuk gigi seperti jenis musik komunitas mereka.
Tampil di mall dengan gamelan lengkap, ato setidaknya vcd player karaoke macam mereka… 
ahh.. cuman bisa ngayal to!

***
Tapi… 
sebagai seorang muslim pada akhirnya saya jadi lebih bisa memahami keberagaman manusia sebagai sebuahsunatullah! Pernah denger nggak… ‘sesungguhnya manusia diciptakan dalam bermacam suku yang berbeda, supaya kalian saling mengenal’!

Pada akhirnya saya bisa memahami sebuah keberagaman, 
saya lebih memahami prinsip yang diterapkan mbah dur (KH. Abdurrahman Wahid), yang selalu 'ada' dimanapun kaum minoritas berada, 

saya jauh lebih bisa tolerans dalam kehidupan dunia, 
saya jadi lebih ingin mengenal budaya mereka, 
dan pada akhirnya juga… 
saya lebih bisa menikmati alunan suara merdu Teresa Teng…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun