Sahabat, apakah kalian sudah mengenal saya? Pertanyaan tidak penting ini akan saya jadikan sebagai pembuka pada tulisan perdana di blog ini. Agar senantiasa terjalin silaturrahim ada baiknya jika kita saling mengenal. Saya adalah seorang lelaki tangguh dengan berperawakan sedang, tinggi 168 cm dan berat badan 70 kg. Sahabat bisa memanggil dengan sebutan Dicky. Saya termasuk orang yang senang dengan kegiatan sosial. Sampai saat ini saya masih aktif menjadi anggota relawan pemadam kebakaran dan bencana di kota bogor, atau biasa di sebut BALAKAR. Pengalaman menjadi amil zakat Sebelum sampai kepada usia saya yang 25 th sekarang, ada sedikit pengalaman saat berkecimpung dengan zakat. Terutama adalah zakat fitrah, zakat yang dikumpulkan dan dibagikandisetiap bulan ramadhan. Kurang lebih sudah 4 kali saya didapuk (baca: ditunjuk) sebagai amil zakat, seseorang yang tugasnya mengelola zakat mulai dari mengumpulkan, menghitung, hingga membagikannya. Pekerjaan tersebut tentunya tidak saya lakukan sendiri. Ada tim amil zakat yang terdiri dari 5 orang. Sebagai seorang amil zakat, saya harus bisa menjaga amanat dari warga muslim setempat. Zakat yang sudah dikumpulkan harus disalurkan kepada yang berhak mendapatkannya, atau biasa disebut mustahiq. Pada saat pengumpulan seorang amil harus rela untuk menjemput zakat ke rumah wajib zakat. Karena tidak semua wajib zakat dapat mengantar langsung kepada kami. Hal ini menuntut amil untuk melatih kesabaran dan jiwa besar. Tidak jarang rumah wajib zakat letaknya kian jauh dan ada pula yang di dalam gang sempit. Namun, hal itu tidak mematahkan semangat saya. Mereka yang sudah niat baik untuk ingin berzakat tentunya perlu disambut dengan baik. Kebaikan yang ditanamkan saat ini pasti akan melahirkan berkah dan hikmah dikemudian hari, itulah moto yang selalu saya pegang. Indahnya zakat Subhanalloh..lafadz itulah yang spontan keluar dari bibir saya seusai membagikan zakat. Ternyata dibalik segala kesulitan yang saya alami, terdapat keindahan yang muncul setelah zakat itu terbagikan. Wajah bahagia yang alami terlihat pada raut penerima zakat. Mereka adalah warga miskin yang memang membutuhkan uluran tangan kita.
Tidak semua orang bisa makan ketupat dan opor ayam saat lebaran. Tidak semua orang bisa mengenakan pakaian serba baru untuk merayakan hari raya idul fitri. Disanalah belai kasih kita untuk saling berbagi melalui zakat diperlukan. Sebuah senyuman tulus akan terlihat indah. Namun akan lebih indah lagi jika kita mampu menciptakan senyuman-senyuman tulus itu di wajah mereka.
Walaupun hanya sedikit yang saya sampaikan kepada mereka, namun kalimat syukur dan tanda terima kasih berkali-kali mereka ucapkan. Mungkin bagi sebagian orang pemberian itu tidak akan berarti. Tapi bagi yang membutuhkannya tentu akan sangat berarti. Mari berzakat