Mohon tunggu...
Aisah Apridayani
Aisah Apridayani Mohon Tunggu... -

Seorang wanita yang menyukai kesederhanaan, kemandirian, dan slalu berusaha menghargai sgla sesuatu meskipun terhadap hal2 yg sepele...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Paksa Aku untuk Segera Menikah

4 November 2011   13:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:03 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Cha udah dengar kabar blm?” Mei memberi pertanyaan spontan yang membuatku penasaran.

“Kabar apa?” Tanyaku

“Ve dan Tari sedang hamil sekarang”, kata Mei dengan nada gembira.

“Subhanallah, Alhamdulilah, berarti kita bakal punya keponakan donk”, aku pun menjawab dengan penuh bahagia

“Iya cha, senangnya mereka ya cha? Kita kapan ya? Married aja belum”, terdengar suara Mei yang merendah.

“Sabar Mei sayang, semua kan indah pada waktunya”, aku mengingatkannya.

“Icha sih enak, udah punya calon. Nah mei ni?”

“Ntar mei juga pasti akan ketemu”

“Tapi kapan ya cha?”

“Sabar donk friend”

“Gak ada yang suka sama mei”, katanya seperti orang yang berputus asa.

“Masa sih? Mei kan manis dan berpendidikan tinggi lagi, calon master gitu lho”, aku berusaha menenangkan perasaannya.

“Icha ni bisa aja menghibur mei,by the way sudah dulu ya cha mei mau berangkat ke kampus dulu, assalamualaikum”, Mei pun menutup teleponnya.

“Iya, waalaikumsalam”, jawabku.

*

Ve, Tari, dan Mei adalah sahabat- sahabatku semasa kuliah. Ve dan Tari telah menikah pertengahan tahun yang lalu dan betapa bahagianya mendengar kabar tentang kehamilan mereka. Mei sekarang sedang menempuh pendidikan S2 nya di salah satu universitas di Padang. Sejak Ve dan Tari mengakhiri masa lajangnya, hanya aku dan mei yang masih sering berkomunikasi baik via telepon maupun facebook. Kami sering berbagi cerita dan selalu ada selipan cerita tentang pernikahan. Aku bisa memaklumi bagaimana perasaannya karena sudah banyak dari teman kami yang telah menikah. Bahkan beberapa orang telah dikaruniai momongan.

Sebenarnya kegalauan yang dia rasakan juga pernah aku rasakan. Apalagi ketika menghadiri resepsi pernikahan teman. Bertemu dengan teman-teman lama, yang selalu ditanyakan,

“Kapan married?” atau “Udah ada rencana married belum?”

“ Icha kan udah ada calon tu, jangan lama-lama nanti gak jadi lho”.

Ketika bersalaman memberi ucapan selamat kepada sang pengantin, pesan yang disampaikan pun “Cepat nyusul ya?”

Terkadang ada juga rasa bosan mendengar pernyataan atau pertanyaan – pertanyaan itu, tapi aku selalu ber-positif thinking, semua itu adalah bentuk perhatian dari mereka. Namun, semua itu juga bisa menjadi beban jika terlalu dipikirkan. Seperti cerita salah satu rekan kerjaku yang bilang pada saat kumpul keluarga, yang ditanyakan kapan dia mau menikah?

“Siapa sih yang gak mau menikah? Yang menyakitkan mereka membandingkanku dengan sepupu-sepupuku yang telah menikah. Padahal usia kita masih 24-an, masih muda juga kan cha?”, dia bercerita padaku.

“Ya udah maklumi saja, cara pandang tiap orangkan beda-beda. Kalau ditanya lagi, ya jawab aja, mohon doanya saja. Bereskan”, aku mencoba menghilangkan rasa jengkelnya.

“Iya sih cha, tapi akhirnya jadi malas ikut kumpul keluarga lagi”, katanya masih dengan nada kesal.

“Sudah jangan terlalu dipikirkan”, aku menasehatinya.

*

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pertanyaan atau pernyataan tentang pernikahan itu. Ya, seperti yang ku katakan sebelumnya, mungkin semua itu adalah sebagai wujud perhatian mereka. Bisa juga hal itu muncul, awalnya hanya sekedar untuk mengisi obrolan. Mungkin sebenarnya tak bermaksud untuk menyinggung perasaan atau membuatnya menjadi suatu beban pikiran. Namun, tanpa kita sadari ada juga orang-orang yang sensitif dengan hal-hal itu. Jadi, kita juga harus melihat-lihat dulu kepada siapa kita bertanya karena tiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda dan tentunya tingkat sensitifitasnya beragam pula, apalagi untuk masalah – masalah yang pribadi. Semoga kita dapat saling memahami satu sama lain dalam kehidupan sosial kita.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun