Mohon tunggu...
Adji Pranoto
Adji Pranoto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Executive Staff of PT. THAMADITA Shipping

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jargon Sesat Jokowi

17 September 2012   10:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20 2923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13478768831239126952

JARGON SESAT JOKOWI

Setelah Jargon yang menghebohkan “Lebih baik pemimpin yang Kafir tapi baik, daripada pemimpin yang Muslim tapi korupsi”, tiba-tiba Team Ses Jokowi-Ahok meluncurkan Jargon barunya yaitu “Jokowi-Ahok akan berkoalisi dengan Rakyat, bukan berkoalisi dengan Partai. SebuahJargon cerdik yang mungkin sudah dipikirkan masak-masak oleh Team Pencitraan Jokowi-Ahok.

Seperti yang kita tahu pada putaran kedua Pilkada DKI, tak ada satupun Partai yang kalah dalam Pilkada DKI Putaran 1 berpihak pada Jokowi-Ahok… Ini tentu saja adalah pukulan telak bagi pihak Jokowi-Ahok sebagai pihak yang ‘pertama kali’ mendekati PKS begitu selesainya putaran pertama.

Langkah untuk mendekati PKS dilakukan oleh Jokowi-Ahok karena sejarah menunjukkan bahwa PKS pernah menjadi ‘Penguasa Terkuat’ di DKI Jakarta pada Pemilu 2004 lalu... Kedua, kader-kader PKS mempunyai ‘Militansi Kuat’ yang mampu melintasi banyak hambatan karena didasari oleh ‘Perjuangan demi Agama’. Ketiga, kader-kader PKS yang terdiri dari kumpulan-kumpulan Pengajian mempunyai resistensi (resiko) yang kecil menjadi ‘Penghianat’ bagi partainya sehingga prosentase pemilihnya sudah dapat dipastikan keberadaanya. Seperti yang kita tahu kata ‘Penghianatan’ adalah kata yang umum dalam dunia Politik… Tapi tidak berlaku pada partai yang satu ini. Betapa terpukulnya team Jokowi-Ahok ketika ahirnya PKS memutuskan untuk ikut mendukung Foke dan Nara.

Sepanjang yang saya tahu, kekuatan PKS melemah karena banyak kader-kader Potensial PKS yang lebih memilih Jalur Dakwah untuk kemaslahatan Umat Islam (Musyarakah Siyasiyah) daripada Jalur Politik... Jargon menyesatkan : “Lebih baik pemimpin yang Kafir tapi baik, daripada pemimpin yang Muslim tapi korupsi” yang mengada-ada dan bertentangan dengan Al Qur’an telah membangkitkan para Ulama untuk ikut berjuang di jalur Politik. Jargon berbahaya yang telah membangunkan Harimau tidur... Jargon yang telah menyatukan kembali 2 Divisi kuat dalam tubuh PKS.

Jargon kedua yang tak kalah hebohnya yaitu “Jokowi-Ahok akan berkoalisi dengan Rakyat, bukan berkoalisi dengan Partai”. Bagi orang yang cerdas, hal itu adalah kebohongan besar karena Jokowi-Ahok jelas-jelas dibawa oleh Koalisi Partai PDI Perjuangan dan Partai Gerindra, Banteng moncong putih dan Garuda merah… Kecuali bila yang berbicara begitu Bpk. Faisal Basri atau Bpk. Hendarji yang jelas muncul dalam Pilkada DKI sebagai Calon Independen (Non-Partai).

Kita semua tahu bahwa partai-partai seperti : PKS, Partai Demokrat, PPP, Golkar dsb terdiri dari rakyat atau masyarakat pemilih di dalamnya… Bukan rambutan atau buah duku di dalamnya.Tapi mengapa Jargon itu tetap diluncurkan? (Jokowi-Ahok akan berkoalisi dengan Rakyat, bukan berkoalisi dengan Partai”). Secara strategi, tidak lain dan tidak bukan untuk memecah/ memisahkan keterikatan masyarakat pada Partai yang selama ini didukungnya. Karena ‘Penghianatan’ pada dukungan partai lawan sangat diperlukan untuk suksesi Jokowi-Ahok meraih kursi DKI 1. Logikanya, jika keterikatan partai dan masyarakat tidak dipecah, sulit bagi pendukung Jokowi-Ahok menemui keberhasilan… Sebuah strategi jitu yang patut diacungi jempol.

Sama halnya dengan Jargon pertama mereka : “Lebih baik pemimpin yang Kafir tapi baik, daripada pemimpin yang Muslim tapi korupsi”.Menurut saya, Jargon ini diluncurkan untuk memisahkan keterikatan Masyarakat DKI yang mayoritas Muslim kepada para Ulama yang merujuk pada Al Qur’an dalam memilih pemimpin… Masyarakat Muslim adalah sandungan paling besar bila masih tetap berpegang pada Ulama dan Al Qur’an bila tidak dipecah….

Masyarakat muslim yang kurang mampu ekonominya diharapkan akan ‘terpancing’ menjadi ‘penghianat’ bagi Agama mereka sendiri karena mengharapkan perubahan… Padahal bila dikaji secara mendalam, belum tentu setiap Pemimpin Muslim itu pasti korupsi… Lagi-lagi diperlukan penghianatan pada umat Islam untuk meningkatkan perolehan suara Jokowi-Ahok pada putaran kedua ini…

Nah… Hampir semua strategi besar sudah diluncurkan oleh kedua pasangan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta ini untuk memperoleh suara dari masyarakat… Sekarang tinggal kita nantikan bagaimana keputusan masyarakat DKI dalam memilih pemimpinnyapada tanggal 20 September nanti.

Apapun hasil yang didapatkan nanti, diharapkan semua pihak dapat menerimanya dengan besar hati sebagai ketentuan dari Allah SWT sebagai apa yang pantas diterima oleh masyarakat DKI Jakarta… Semoga Jakarta tetap aman dan tentram sebelum atau sesudah adanya Pilkada ini. Amien….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun