Mohon tunggu...
Adji Pranoto
Adji Pranoto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Executive Staff of PT. THAMADITA Shipping

Selanjutnya

Tutup

Politik

Haruskah Agama Dikorbankan Demi Politik??

9 September 2012   01:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:44 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

HARUSKAH AGAMA DIKORBANKAN DEMI POLITIK?

Bergeraknya para Ulama di masjid-masjid DKI Jakarta yang menyuarakan agar umat Islam agar memilih pemimpin yang seiman (Muslim) membuat Team Ses Calon Gubernur Jokowi-Ahok geram dan cemas. Pasalnya Calon Wakil Gubernur yang mereka usung (Ahok), jelas-jelas berasal dari golongan Non-Muslim. Penyanyi dan Mubaligh, Rhoma Irama yang kedapatan menyuarakan ayat Al Qur’an dalam Tausiyahnya untuk mengajak Umat Islam memilih pemimpin yang seiman dicoba untuk diperkarakan agar menjadi contoh dan pelajaran bagi para Da’i atau Mubaligh yang lain.

Ukhuwah Islamiah atau Solidaritas Muslim untuk kembali kepada kitabnya sebagai Sumber Petunjuk dari Allah SWT dianggap sebagai ancaman. Masalahnya, mayoritas penduduk DKI yang notabene Muslim bisa secara tiba-tiba membalikan pilihannya jika menyangkut urusan akidah. Maklumlah, perintahnya bukannya datang dari pak RT, pak Lurah atau pak Camat. Tapi datang langsung dari Allah SWT.

Seorang Mu’min tahu benar bahwa dunia ini adalah pinjaman dan bisa menipu. Bersifat pinjaman karena segala sesuatu (termasuk nyawa kita) suatu hari nanti akan kembali pada pemiliknya pada waktu yang kita tidak duga-duga. Bersifat menipu karena gelimang Dunia bisa saja menyeret langkah seorang Muslim menuju Neraka. Rasulullah Muhammad SAW telah memberikan peringatan melalui kutbah terahirnya agar umat Islam berhati-hati karena suatu hari kita akan bertemu dengan Allah SWT, Sang Pencipta dan kita akan ditanya.

Jokowi yang menjadi anak emas Media TV tentu saja dibela habis-habisan dengan memojokkan Rhoma Irama dalam ranah Hukum sebagai penyebar isyu SARA. Tapi usaha untuk memenjarakan Rhoma Irama menemui jalan buntu karena Rhoma Irama bertindak dalam porsi sebagai Mubaligh yang sedang berceramah di dalam masjid (kepada komunitas Muslim) yang tidak bertujuan untuk meresahkan hubungan antar lintas agama, bukan selaku Team Sukses Fauzi Bowo-Nachrowi. Jadi tak dapat dijerat oleh Hukum. Materi dakwah yang disampaikannya pun jelas termaktub dalam Al Qur’an yang menjadi tuntunan perintah Allah SWT kepada seluruh umat Islam yang beriman yaitu Surah Al Maidah:51, An Nisaa:138-139, An Nisaa:144, At Taubah:23 dan Surah Ali Imran:28. Begitu banyak perintahNYA dan begitu jelas isinya.

Rhoma Irama ternyata telah memukul rumput sehingga ularnya bergerak… Strategi dan ideologi yang dimiliki oleh para pendukung Jokowi-Ahok langsung terlihat karena gangguan dakwahnya. Jargon “Lebih baik Pemimpin Kafir tapi baik daripada Pemimpin Muslim tapi korupsi” langsung diluncurkan oleh para pendukungnya di dunia internet melalui account-account palsu yang sukar dipertanggung jawabkan. Tujuannya untuk membuat goyah Umat Islam. Ini adalah faham Sekuler Liberal dalam menghancurkan Akidah Umat Islam yang mempunyai 2 metode. Cara pertama (Metode 1) : MENGADAKAN YANG TIDAK ADA dan MENIADAKAN YANG ADA dan metode 2 adalah : MELAKUKAN TAWAR-MENAWAR TERHADAP HUKUM TUHAN. Pelaksanaannya bisa saja berjalan sekaligus.

Arahan yang diberikan pada kaum Muslimin di DKI (Mohon dibaca baik-baik) : “Lebih baik Pemimpin Kafir tapi baik daripada Pemimpin Muslim tapi korupsi” : Sumbernya dari ayat mana dalam Al Qur’an ataupun Hadits? Maaf… Disini kita harus tetap bersumber pada Al Qur’an dan Al Hadits jika hendak memberikan petunjuk untuk umat Islam, kecuali anda dari agama atau kepercayaan lainnya, boleh saja bersumber dari Kitab lain. Lalu apa setiap Pemimpin Muslim itu pasti korupsi? Astaghfirulah… Zalim betul fitnahnya! Atau kalau tuduhan itu dilontarkan pada Fauzi Bowo (Foke) sebagai pemimpin DKI, mana buktinya? Bila itu fakta, kenapa belum juga ditangkap KPK? Semua ini jelas adalah Fitnah/ fakta mengada-ada (metode 1) dan ayat penawaran terhadap hukum Allah SWT (metode 2) yang bekerja secara bersamaan.

“Jika hidup hanya sekedar hidup, babi hutan juga hidup… Jika bekerja hanya sekedar bekerja, kera juga bekerja”. Kata-kata Alm. Buya Hamka selalu terngiang ditelinga saya. Artinya apa? Tanpa keimanan dan ketaatan pada Allah SWT, seorang Muslim tidak ubahnya seperti seekor binatang saja.

Jika berbuat baik lebih utama daripada ketaatan pada Allah SWT, penemu listrik dan lampu seperti Thomas Alfa Edison pastilah orang pertama yang masuk Surga mendahului para Nabi. Bisa dibayangkan, berapa juta dalam sehari orang, shalat, mengaji, bekerja, belajar, dll menggunakan listrik? Kenyataannya tidak begitu. Sesungguhnya pengetahuan dan penemuan manusia itu ciptaan Allah SWT dan tak berarti apa-apa tanpa ketaqwaan padaNYA.

Manusia yang mengingkari Allah (Kafir) akan menetap selamanya di Jahanam karena itu dosa yang paling besar… Jadi tidak lebih baik dari koruptor, maling atau copet pada Jargon yang diluncurkan oleh para pendukung Jokowi-Ahok. Ini adalah opini sesat dimana keburukan dibandingkan dengan keburukkan lainnya. Bagaimana bila orang yang melakukan dosa yang paling besar (kufur) pada Allah kita angkat sebagai pemimpin? Logika anda sebagai seorang Muslim lah yang bisa menjawabnya sendiri.

Ukhuwah Islamiyah adalah batu sandungan besar bagi pengkafiran Umat Islam… Menghantam Islam dari depan secara terang-terangan adalah berbahaya karena justeru akan menimbulkan antusiasme Jihad dikalangan umat Islam. Bahkan seorang pemabuk pun rela mengadu nyawa untuk yang namanya Jihad… Dan mati demi kebaikan Ahirat bukan hal yang diinginkan kaum Liberalis karena mereka sangat mencintai dunia dan takut dengan kematian. Oleh sebab itu, kaum Sekuler Liberalis memiliki beberapa cara untuk meruntuhkan Negara Islam sebelum dihantam secara terang-terangan seperti di Irak dan Afghanistan. Bagaimana caranya?

Metode 1, Timbulkan rasa tidak percaya dan sinisme pada Umaroh dan Ulama Islam. Terutama pada Ulama karena Da’i dan Mubaligh adalah Corong Agama. Jika umat Islam jauh dari Ulama, secara otomatis mereka akan jauh dari agamanya. Ulama bagaikan sebuah tas keranjang bagi umatnya. Jika tidak dibuat rapuh terlebih dahulu, tentu tidak akan jebol. Dan kalau tidak jebol, isinya tidak akan berantakan dan susah untuk diambil.

Begitu juga nasibnya dengan Umaroh (Pemimpin) di negeri ini. Para kaum Sekuler Liberalis di media TV habis-habisan menggiring opini masyarakat, sehingga keberhasilan seorang pemimpin dapat disikapi secara sinis dan penuh rasa curiga oleh rakyatnya. (Umat menjadi sulit membedakan antara yang mana Berita (kenyataan sesungguhnya) dan yang mana Opini (Praduga yang dibuat). Akibatnya, ukhuwah mejadi tercerai berai. Ketika metode 1 sudah berhasil maka akan disusul oleh cara atau metode ke 2.

Metode 2. Timbulkan rasa bingung dan tidak percaya umat pada Kitab Sucinya. Caranya dengan membuat ayat argument palsu (karena Alhamdulillah Al Qur’an tidak bisa dipalsukan) dan tawar-menawar terhadap ayat Allah. Contohnya: “Boleh makan Babi asal tidak muntah”, “boleh minum minuman keras asal jangan sampai mabuk”, “boleh kumpul kebo asalkan saling mencintai”, dan ahirnya yang paling parah… “Boleh tidak Shalat asalkan berbuat baik”. Targetnya, Bila umat sudah melupakan Kitab Sucinya, secara otomatis mereka akan lupa terhadap Nabi, Rasul, ataupun bahkan lupa terhadap Tuhannya. Dalam mengajak orang lain melakukan perbuatan maksiat pun, merekapun tak segan-segan mengatakan bahwa “Tuhan Maha Pengampun”.

Metode 3. Ajak umat untuk mengejar gelimang nikmat Dunia dan berlebih-lebihan. Salah satu caranya yaitu dengan menggencarkan pola hidup bermewah-mewah melalui Media Televisi dan pola berpakaian dan prilaku seks bebas ala Barat dan pengesahan terhadap eksistensifaham Homo seks. Akibatnya, umat menjadi haus mendewakan akan Dunia dan melupakan Ahirat. Rasa bersyukur akan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT akan hilang dan akan selalu dikatakan kurang. Nah! Bila metode ini tercapai, sampai di fase ini sangatlah mudah bagi Sekularis Liberal untuk mencari hamba-hamba sebagai pengikutnya.

Step terakhir tentunya adalah menyerang umat wilayah tersebut secara terang-terangan. Faktor yang mendukung adalah : Sudah melemahnya akidah dan mental Umat Islam, berpecah belahnya umat Islam, cinta manusia pada Dunia dan ketakutan akan mati, dan tersedianya hamba-hamba yang siap menjadi ‘Penghianat’ bagi agamanya sendiri.

Setelah kehancuran akidah agama lain, Islam adalah agama terakhir yang menjadi target alot bagi kaum Sekularis Liberal dikarenakan kemurnian isi dan kandungan Al Qur’an yang tak pernah berubah dan tak pernah bisa diubah... Era Demokrasi telah membuka pintu selebar-lebarnya bagi penyusupan faham ini melalui Media TV sehingga umat Islam pun sekarang berdiri di dua kaki… Antara modernisasi, atau tetap terikat pada perintah Allah SWT melalui Al Qur’an.

Genderang perang telah ditabuh dan musuh beserta hamba-hambanya telah berani menyerang ‘Head to head’ dari depan… Pilkada DKI Jakarta adalah sebagai penentunya. Dan dengan ‘Bismillah’ saya putuskan bahwa saya tetap berada pada barisan kaum Mu’minin. Nah… Sebagai Muslim, pilihannya ada di tangan anda karena kita sudah masing2 memahami resikonya:

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. “ (An Nisaa 4:138-139)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun