Mohon tunggu...
Adji Pranoto
Adji Pranoto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Executive Staff of PT. THAMADITA Shipping

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orang Cina Juga Manusia

10 September 2012   05:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:41 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ORANG CINA JUGA MANUSIA

Terkait dengan isyu-isyu miring bahwa akan terjadi kerusuhan seperti tahun 1998 bila Jokowi-Ahok memenangkan Pilkada DKI, hal itu membuat bulu kuduk saya merinding… Walaupun isyu itu hanya sekedar rumor dan jauh dari kebenaran (Karena belum saya lihat tanda-tandanya dalam masyarakat), tetap saja hal itu membuat saya risau sehingga memaksa saya untuk membuat tulisan ini.

Masih terbayang dalam ingatan saya mata-mata liar dan sikap beringas massa pada insiden kerusuhan itu. Saat itu, saya terjebak di kantor saya di Jl. Cileduk Raya yang menjadi salah satu titik daerah terparah yang menjadi korban peristiwa itu. Kantor2 dan Ruko dijarah dan mobil-mobil dibakar tepat di depan Ruko dimana saya bekerja (Waktu itu masih sebagai Operational Manager yang mempunyai hubungan dekat dengan si Empunya Ruko). Kejadian itu adalah mimpi buruk yang tak akan pernah bisa saya lupakan walau dalam tidur yang paling pulas sekalipun.

Walaupun perintah dari Australia dari si pemilik Ruko menganjurkan saya untuk menyelamatkan nyawa dan lari meninggalkan Ruko, saya bersikeras untuk mengumpulkan orang-orang tersisa yang bersembunyi di dalam Ruko untuk keluar mempertahankan diri (daripada terbakar di dalam) dengan niat ‘Fisabilillah’ berperang melawan perampok… Dan dengan berbekal lembing yang kami ambil dari toko olah raga milik Gurjhit Singh (Keturunan India), kami ber 11 memberanikan diri membuat pagar betis pertahanan apa yang menjadi hak kami. Saat itu, mata kami nyalang memperhatikan ancaman dari masa liar yang hilir mudik melakukan penjarahan dan pembakaran yang kebetulan ciut melihat tekad kami (Padahal keringat kami menetes sebesar-besar jagung karena cemas J). Teriakan-teriakan kebencian dari massa yang beringas gegap gempita disekitar kami.

Degup jantung saya terdengar jelas seperti genderang Masjid seakan hai itu adalah hari terahir saya. Masya Allah… 2 jam bertahan, rasanya seperti 2 hari lamanya! Ingatan akan orang tua dan keluarga silih berganti lewat di benak saya. Kematian serasa begitu dekatnya… Beruntung pengurus Masjid sebelah berteriak-teriak lewat pengeras suara dan memanggil orang-orang kampung di belakang Ruko kami yang dengan sigap segera bergabung mempertahankan Ruko-ruko yang berada disitu (Kecuali yang sudah hancur dan terjarah). Alhamdulillah tak lama setelah itu, 2 truk penuh pasukan AD datang mengamankan lokasi dan membuat para penjarah kocar-kacir. Sorenya ketika konsentrasi massa yang lalu lalang sudah menipis, saya menyempatkan diri untuk pulang untuk melihat keluarga saya di rumah dengan sepeda motor.

Astaghfirullah… Pemandangan yang terhampar di depan mata saya benar-benar mengerikan! Toko-toko rusak dijarah dan puluhan bangkai mobil pribadi dan angkot terbakar bertebaran malang-melintang di tengah jalanan. Aroma gas air mata dan sisa pembakaran bercampur aduk dengan kesunyian yang mencekam… Sungguh saya menyadari waktu itu bahwa bila manusia telah kehilangan akal sehatnya, manusia tak ubahnya dapat bersikap seperti binatang… . Mencekamnya situasi saat itu tak ubahnya seperti ilustrasi perang yang pernah saya baca di buku-buku. Tak dapat saya bayangkan betapa pedihnya hati orang-orang yang menjadi korban atas insiden itu. Hari itu saya berdo’a pada Allah SWT, bila saya masih diijinkan melanjutkan kehidupan, saya berharap agar saya tidak mengalami lagi kejadian seperti di hari itu…

Hari ini 14 tahun setelah peristiwa itu, saya ingin mengetuk hati saudara-saudaraku seiman sesama Muslim agar tidak mudah terprovokasi pihak-pihak yang mencoba mengambil keuntungan dari meluapnya amarah massa. Saya yakin dan percaya bahwa kerusuhan waktu itu dilakukan secara spontan oleh massa kompleks yang bukan hanya dari golongan Muslim… Tapi disini saya berkewajiban untuk mengingatkan sesama saudara Muslim agar tidak mudah dibodohi oleh pihak-pihak yang mengejar kekuasaan tanpa mempertimbangkan essensi ‘benar atau salah’.

Perlu saya garis bawahi disini bahwa orang Cina itu juga manusia… Secara historis, nenek moyang mereka memang pendatang dan bukan pribumi pemilik negara ini. Tapi betapa sombongnya kita bila kita ‘terjebak’oleh bisikan Syaithan sebagai pemiliknya.. Sesungguhnya pemilik segala sesuatu di dunia ini adalah Allah SWT… Kita datang ke dunia ini tidak membawa apa-apa dan akan kembali kepadaNYA juga tidak membawa apa-apa kecuali nilai ibadah dan amal shaleh... Zalim rasanya bila hanya karena segelintir orang Cina yang mengejar kekuasaan, lalu kita meng-generalisasi (menyama-ratakan) bahwa mereka semua seperti itu. Banyak pula yang baik diantara mereka dan banyak pula yang sama sekali tidak tahu menahu, bahkan ada pula yang sudah memeluk Islam. Sesungguhnya mereka sama seperti kita… Berdarah bila dilukai, menjerit bila disakiti, dan merasa sedih bila kehilangan anggota keluarganya.

Hadapi musuh bila mereka datang membawa pedang. Itulah sikap kita sebagai Muslim… Ambilah tauladan pada waktu perebutan kota Makkah dari tangan orang Kafir sebagai contohnya…Bahkan dalam situasi perang-pun yang kondusif sekali untuk melakukan balas dendam dan pembantaian (Karena waktu itu jumlah tentara Islam besar sekali), Rasulullah SAW menetapkan hukum perang yang berbeda jauh dari hukum orang Kafir di masa itu, seperti : Tidak boleh membunuh anak2, wanita, dan orang tua yang tidak ikut berperang, Tidak boleh membunuh para pekerja yang sedang bekerja di ladang serta merusak tanaman dan ladang mereka, Tidak boleh membunuh pendeta dan orang-orang yang berlindung di rumahnya, dst. Yang diperbolehkan dibunuh hanya musuh yang menghalangi gerak maju pasukan. Sebuah tauladan Etika Berperang yang ditunjukan dalam situasi yang kalut dan semerawut…Apalah kita di DKI Jakarta yang saat ini yang dalam situasi damai dan sama sekali bukan dalam keadaan berperang.

Dari Hadits Riwayat Ath-Thabrani, Rasulullah SAW pernah berkata kepada para sahabat: “Sekali-kali tidaklah kamu masuk dalam golongan orang yang beriman sebelum kamu mengasihi sesama”. Para sahabat yang waktu itu terheran-heran menjawab: “Ya Rasulullah… Kami saling mengasihi sesama kami. Kepada siapa lagi kami harus mengasihi?”. Jawab Rasulullah : “Kepada sesama makhluk”. Subhanallah… Mulia sekali akhlak yang diperintahkan bagi kita sebagai umat Muslim dalam bertoleransi pada sesama manusia dan alam ini. Mengapa kita justeru berubah menjadi makhluk yang ‘mengerikan’ hanya karena hasutan orang-orang yang mempunyai ambisi kekuasaan? Rasulullah SAW pun pernah bersabda : “Barang siapa yang menyakiti Kafir Dzimmi (Non-Muslim yang tidak memerangi Islam), aku lah lawannya di hari Kiamat nanti”. (HR. Muslim).

Anugrah yang diberikan Allah SWT bagi keamanan dan keharmonisan bangsa ini yang berlandaskan norma Pancasila, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika hendaknya kita syukuri dan tidak kita nodai dengan ‘Mimpi Buruk’ apa yang pernah saya alami dan lihat di tahun 1998 lalu. Waspadai aktor intelektual yang bermain di belakang insiden kerusuhan lalu dan strategi ‘Mass Political’ (Strategi Penggalangan Massa) yang pernah digunakan. Sesungguhnya ‘Mass Political’ adalah sangat baik bila digunakan dalam kinerja kantor, para petani di sawah, dan para buruh di pabrik-pabrik. Tapi berubah menjadi sesuatu yang mengerikan bila digunakan dalam demo massa atau mobilisasi kerusuhan.

Pilkada DKI adalah contoh eksistensi Demokrasi yang sedang berjalan di negara ini yang tidak perlu disikapi secara berlebihan… Sebagai simpatisan yang mendukung pencalonan Bpk. Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli, saya berkewajiban untuk berusaha sekuatnya mengusung Beliau memperoleh kemenangan yang bermartabat… Kemenangan yang tidak menggunakan Fitnah dan faham menghalalkan segala cara… Dan sebagai seorang Muslim, saya berkewajiban untuk memperingatkan saudara2 seiman bahwa keterbatasan kita sebagai manusia hanyalah berikhtiar sebaik-baiknya. Apapun hasilnya dari Pilkada DKI harus kita sikapi sebagai ketentuan dari Allah SWT sebagai bentuk Tawaqal kita terhadap baik-buruknya ketentuan dari Sang Pencipta.

Semoga Allah SWT melndungi bangsa ini dari perpecahan dan kehancuran. Amien…

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujuraat [49]:13)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun