Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dirayakan setiap tanggal 10 Oktober. Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada dasarnya diperingati pertama kali pada tahun 1992 atas inisiatif Federasi Kesehatan Jiwa Sedunia (World Federation for Mental Health). Peringatan ini telah dirayakan di lebih dari 100 negara di seluruh dunia dan ini menjadi platform bagi individu dan kelompok untuk menyadari isu-isu kesehatan mental dan juga membantu memecahkan stigma tentang penyakit mental. Alasan perayaan ini adalah untuk membantu masyarakat yang malu dan takut untuk berbicara tentang masalah kesehatan mental mereka.
Pada tahun 2024, tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia adalah "Kesehatan Mental untuk Semua: Akses dan Kesetaraan." Tema ini sangat relevan dengan kondisi saat ini, di mana masih banyak individu di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, yang tidak memiliki akses memadai terhadap layanan kesehatan mental. Isu aksesibilitas menjadi penting, terutama di tengah peningkatan kebutuhan akan layanan kesehatan mental akibat dampak sosial dan ekonomi dari pandemi COVID-19.
Apa itu kesehatan mental?
Kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan di mana seseorang mampu mengenali potensinya, mengelola stres dalam hidup, bekerja secara efektif, dan memberikan kontribusi pada komunitas. Kesehatan mental yang baik memungkinkan individu membangun hubungan yang positif, menjalani hidup dengan seimbang, serta menghadapi tantangan sehari-hari dengan lebih baik.
Apakah kesehatan mental itu penting?
Kesehatan mental yang baik sangat berperan penting dalam kualitas hidup seseorang. Gangguan mental dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk bekerja, bersosialisasi, dan menikmati hidup. Berdasarkan data WHO, gangguan seperti depresi dan kecemasan dapat menurunkan produktivitas kerja serta kualitas hubungan sosial. Masyarakat dengan kesehatan mental yang baik cenderung lebih produktif, lebih bahagia, dan mampu memberikan kontribusi positif dalam komunitasnya.
Apa saja tantangan kesehatan mental di Indonesia?
Beberapa tantangan dalam upaya meningkatkan kesehatan mental meliputi:
- Stigma: banyak orang yang merasa malu atau takut untuk berbicara tentang masalah kesehatan mental karena stigma yang ada.
- Terbatasnya akses layanan: di berbagai daerah, terutama di daerah terpencil, akses terhadap layanan kesehatan mental masih sangat minim.
- Faktor sosial budaya: pengaruh sosial budaya yang menekankan kekuatan dan ketahanan dapat membuat individu enggan mencari bantuan saat menghadapi masalah kesehatan mental.
Tema "Kesehatan Mental untuk Semua: Akses dan Kesetaraan" menekankan pentingnya menyediakan akses layanan kesehatan mental yang merata bagi seluruh masyarakat, tanpa melihat latar belakang sosial, ekonomi, atau geografis. Kasus di Indonesia, masih banyak daerah yang belum tersedia akses layanan kesehatan mental yang memadai atau terjangkau. Hal ini mengakibatkan banyak individu yang mengalami gangguan mental tidak mendapatkan perawatan yang diperlukan. Dengan meningkatkan aksesibilitas layanan tersebut, diharapkan jumlah masyarakat yang mengalami gangguan mental dapat menurun serta mendukung individu untuk hidup lebih baik.
Apa saja strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan mental?