Mohon tunggu...
adjatwiratma
adjatwiratma Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis, Guru

"Terus Bergerak Untuk Bermanfaat"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rekonsiliasi di MRT

13 Juli 2019   13:45 Diperbarui: 13 Juli 2019   15:14 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa itu rekonsiliasi, kata yang banyak disuarakan pascapemilu Presiden 2019, adalah usaha memulihkan hubungan persahabatan dan menyelesaikan perbedaan. Kenapa penting ? karena pemilu dengan berbagai ragam peristiwa yang mewarnai telah membuat "perkubuan" di tengah masyarakat. Para elit diharapkan dapat melakukan usaha-usaha nyata untuk kembali merajutkan persatuan tanpa menyoal kembali soal kubunya masing-masing.

Sabtu, 13 Juli 2019 menjadi hari yang bersejarah, menjawab harapan yang selama ini mengemuka, Joko Widodo dan Prabowo Subianto bertemu, kemudian bersalaman dan berpelukan untuk pertama kalinya setelah pilpres usai. Pemandangan yang menyejukan bagi mata rakyat. Jika selama ini diberbagai media yang dihadirkan adalah pertarungan hebat keduanya, namun hari ini adalah tentang persahabatan keduanya. "Pertemuan sahabat", kita perlu ingat hubungan keduanya sejak dulu memang sudah dekat. Pilihan politik yang membuat dua tokoh ini bertemu dua kali dalam kontestasi pilpres 2014 dan 2019.

Dalam politik memang tidak ada yang abadi, sekali waktu akur, disaat kemudian bermusuhan. Hanya kebesaran hati dari yang menjalani, untuk menempatkan posisi apakah berjuang untuk diri sendiri atau untuk kemaslahatan.

Menutip falsafah jawa yang diutarakan pernah disampaikan Presiden Jokowi, "Lamun sira sekti ojo mateni" (meskipun kamu sakti jangan suka menjatuhkan). Lalu "Lamun sira banter aja ndhisiki" (meskipun kamu cepat jangan suka mendahului). Dan "Lamun sira pinter aja minteri" (meskipun kamu pintar jangan sok pintar). Anda itu juga yang dianut para politisi, tentu kegaduhan-kegaduhan yang selama ini dipertontonkan tak perlu ada.

Rekonsiliasi itu kini sudah terjadi, Jokowi dan Prabowo bertemu di MRT, bersama-sama naik moda transportasi publik dari Lebak Bulus menuju Sudirman, keduanya mengumbar senyum dan kompak. Dalam politik itu, salah satu pusaka yang harus dipegang pemimpin adalah teladan. Karena mereka adalah cermin bagi pengikutnya, dan dapat menciptakan budaya.

"Tidak ada lagi yang namanya 01. Tidak ada lagi yang namanya 02," ujar Jokowi. Lanjutnya "yang ada adalah Garuda Pancasila." Mengamini yang disampaikan Jokowi, Prabowo juga menyampaikan "tidak ada cebong-cebong. Tidak ada kampret-kampret, semuanya Merah Putih" ujar Prabowo.

Butuh waktu bagi keduanya menata hati dan menjadwalkan pertemuan. Ketegangan demi ketegangan sempat membuat Saya geram, kenapa tak juga mereka bersalaman. Rakyat butuh keteladanan, mau menerima kekalahan dan siap menjadi pemenang adalah mental kesatria. Politik itu harus dikembalikan pada niat awal, bukan semata-mata tentang kekuasaan, tapi adalah jalan untuk menambah kebermanfaat hidup.

Jangan salah kaprah memaknai rekonslilasi, karena ini bukan berkoalisi. Heran aja sampai ada demo emak-emak tolak rekonsiliasi. Saya sepakat dalam alam demokrasi, kritik perlu ditujukan bagi mereka yang memenang kuasa. Agar pemerintahan sesuai cita-cita bersama, tidak ada penyelewenangan kekuasaan. Jadi rekonsiliasi itu bukan "negosiasi transaksional." Demokrasi tetap butuh "orang-orang netral" agar tidak ada praktik oligarki, juga sebagai perlawanan atas kesepakatan koalisi yang cenderung mengarah pada bagi-bagi posisi. Jokowi dalam periode kedua kepemimpinanya, perlu didorong untuk tidak adalam zona nyaman.

Rekonsiliasi hari ini adalah komitmen untuk menjaga Pancasila. Momentum baik ini jangan hanya sampai disini, perlu dijaga dan dipelihara, ditumbuhkan menjadi semangat kerja dalam persatuan dan kesatuan di tengah kehidupan yang berbineka.

Karena bukan peramal, entah apa lagi yang akan terjadi berikutnya, namun kehidupan politik Indonesia hari ini dan ke depan harus merefleksikan nilai-nilai moral. Praktiknya tidak untuk sekadar mencapai kekuasaan, namun proses pencapaian kebajikan bersama, tercipta kebahagiaan bagi rakyat semua.

Mari kita ber-rekonsiliasi dengan menata hati masing-masing diri, sudahi kebencian dan perbedaan, saatnya jalin erat persahabatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun