Mohon tunggu...
Adjarmanu News
Adjarmanu News Mohon Tunggu... Jurnalis - Berita Aman dan Terpercaya

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0007457.AH.01.04. Tahun 2019 Tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Yayasan Adjarmanu Keputusan Pembina Yayasan Adjarmanu Nomor 5 Tahun 2019 Tetang Media Pemberitaan Yayasan Adjarmanu

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Berpikir Besar dan Bertindak besar

27 Juli 2013   20:12 Diperbarui: 5 Agustus 2019   19:28 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam banyak perkara, orang takut untuk memikirkan hal-hal besar. Terutama bagi mereka yang sangat terbelakang dalam hal pendidikan dan kondisi perekonomian yang sangat rendah. Hal tersebut terus berlangsung pada diri seseorang yang ingin melakukan atau mengimpikan sesuatu yang besar, tetapi terpatahkan sendiri oleh pemikiran mereka yang dipengaruhi oleh kondisi mereka. Muncul beberapa pertanyaan. Bisakah orang kecil, miskin, tidak terdidik, golongan hamba, dapat memikirkan hal-hal besar dan melakukan hal-hal yang dapat menghantarkan mereka untuk mencapainya?

Jika bisa, bagaimana caranya? Jika tidak bisa, mengapa? Belajar dari orang-orang sukses yang sebelumnya mereka adalah orang-orang juga tidak berdaya dalam hal perekonomian, tingkat pendidikan yang rendah, tetapi dalam kenyataannya bahwa mereka mampu beralih dari kondisi keterpurukan. Bukankah itu takdir sehingga nasib mereka bisa berubah? Akan begitu banyak pertanyaan muncul disaat kita meyakini hal itu bisa terjadi pada siapapun. Saya akan mencoba memberi contoh orang yang sebelumnya dipandang bodoh oleh pihak sekolah. Tomas Alfa Edison adalah seorang siswa sekolah dasar yang sangat bodoh.

Sekian tahun mengikuti pendidikan, diajar dengan berbagai cara untuk bisa menulis dan membaca, tetapi tidak membuahkan hasil. Yang akhirnya Alfa Edson tidak lagi bersekolah dan dididik langsung oleh ibu kandungnya di rumah. Dengan dididik langsung oleh ibunya, entah bagaimana caranya, Tomas Alfa Edison mampu menulis, membaca, dan berhitung. Tiga hal ini yang diajarkan oleh ibu kandungnya. Dengan bermodalkan 3 hal ini, tanpa Toman mengikuti pendidikan formal, dia terus belajar dengan caranya yang akhirnya dia menjadi seorang penemu. Salah satu hasil penemuannya adalah bola lampu pijar, dimana saat ini dari generasi ke generasi menikmati lampu yang adalah penemuan dari seorang yang dipandang bodoh oleh pihak sekolah.

Contoh diatas membuktikan bahwa mimpi besar seseorang tidak ditentukan oleh kondisi atau keberadaannya saat itu. Tetapi bagaimana dia berjuang dan terus berjuang mencari jalan untuk mencapainya. Oleh sebuah ketekunan, Thomas Alfa Edison mampun membuat penemuan. Sekalipun dalam prosesnya, begitu banyak kegagalan yang ia alami, seperti gudang (laboratorium) penelitiannya meledak. Tetapi Alfa edison memandang itu bukan sebuah kegagalan melainkan sebuah proses. Untuk satu kesuksesan dibutuhkan 1000 kegagalan. Seandainya pada kegagalan yang ke 999, Alfa Edison berhentik melakukannya, maka tidak akan ada penemuan.

Dengan demikian, apapun yang inginkan, apapun hal-hal besar yang anda impikan, semuanya dapat diraih. Tinggal tergantung bagaimana cara berpikir anda di ubah. Dengan berpikir besar, maka akan ada hal-hal besar mengikuti tindakan anda untuk mencapai tujuan anda. Tetapi yang terutama adalah bagaimana kita menyakini bahwa Tuhan sanggup melakukan hal-hal besar melalui hidup kita.

SEPERTI APA ANDA DIMASA YANG AKAN DATANG, AKAN SAMA SEPERTI APA YANG ANDA PIKIRKAN TENTANG ANDA SAAT INI. BERANILAH BERMIMPI DAN BERANILAH MENGAMBIL LANGKAH BIASA DENGAN CARA YANG LUAR BIASA UNTUK MENCAPAI MIMPI ANDA. SUKSES!!!!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun