“Dari bumi (tanah) Itulah Kami menjadi kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada yang lain”, (QS. Taha ayat 55).
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang berasal dari tanah dan kelak manusia akan dikembalikan ke dalam tanah lagi. Begitu pula dengan orang yang mempunyai kekuasaan yang besar akan meninggal bila Tuhan telah berkehendak. Sang raja akan tinggal selamanya di tempat peristirahatannya yang terakhir.
Tempat peristirahatan bagi raja Pakualaman beserta keluarga dan keturunannya berada di Ast[caption caption="Pintu Masuk Astana Girigondo"][/caption]ana Girigondo. Kompleks makam raja Astana Girigondo berada di perbukitan Menoreh, Desa Kaligintung, Kecamatan Temon, Kulon Progo, Yogyakarta.
Astana sebenarnya dalam istilah bahasa Jawa memiliki arti yaitu istana. Istana yang merupakan tempat tinggal bagi raja bersama ratu dan dayang-dayangnya. Nampaknya makam ini diberi nama astana karena merupakan tempat tinggal bagi raja dan ratu tertidur untuk selama-lamanya.
Tempat peristirahatan ini merupakan makam bagi Pakualaman beserta keluarga dan keturunanannya. Sebelum menjadi makam, tempat ini merupakan daerah perbukitan biasa yang hanya terdapat desa kecil yang dikelilingi oleh pepohonan. Pada tahun 1900-an atas utusan dari Pakualaman yang menyatakan desa ini dibangun makam bagi keluarga raja beserta penerusnya. Keputusan yang diambil oleh Pakualaman pada saat itu karena makam raja yang berada di Kota Gede sudah mulai penuh, jadi apabila ada keluarga raja meninggal maka akan dimakamkan di daerah Astana Girigondo.
Selain kompleks makam raja di Kota Gede sudah penuh, KGPAA Paku Alam V yang merupakan orang pertama yang dimakamkan di kompleks pemakaman Astana Girigondo. KGPAA Paku Alam V sendiri, merupakan keturunan dari KGPAA Paku Alam II dan Garwo Raden Ayu Resminingdyah yang berasal dari Kulon Progo. Hal ini tertulis pada prasasti yang diletakkan di bangunan pertama yang menyerupai teras di Astana Girigondo. Tempat peristirahatan terakhir ini terdapat KGPAA Paku Alam V, VI, VII, dan VIII beserta keluarganya.
Astana Girigondo bentuk bangunan pemakaman bagi raja Paku Alaman bersama keluarga dan keturunannya seperti tempat pemakaman raja lainnya yang berada di Imogiri. Terdapat anak tangga yang berjumlah puluhan untuk bisa mencapai dua gerbang tinggi menjulang. Dua gerbang ini tersemat simbol dari Paku Alaman serta tulisan jawa bertuliskan “Girigondo”.
Selain area makam di Astana Girigondo juga terdapat masjid pakualaman. Bangunan masjid pakualaman seperti masjid pada umumnya, tetapi terdapat lambang dari Pakualaman di depannya. Lambang Pakualaman yang tersemat di masjid ini terdapat warna hijau dan warna kuning keemasan. Terdapat mahkota kecil di lambang tersebut, dan tulisan aksara Jawa yang berarti sembilan. Menurut sumber yang didapatkan dari internet, tulisan aksara Jawa ini bermakna bahwa sekarang Kadipaten Pakualaman dipimpin oleh KGPAA Paku Alam IX. Masjid ini biasanya digunakan oleh para warga yang tinggal di sekitar Astana Girigondo untuk melakukan ibadah seperti solat Jumat dan ibadah pada hari raya Islam.
Setelah melewati dua gerbang tinggi terdapat teras pertama. Pada teras yang pertama terdapat prasasti mengenai Astana Girigondo. Selain prasasti, pada teras pertama ini terdapat 32 makam yang terdiri dari KGPAA Paku Alam V, istri, anak beserta menantunya.
Selanjutnya teras kedua yang berada di sebelah selatan teras pertama. Untuk mencapai teras yang kedua kita harus menempuh anak tangga lagi. Anak tangga yang harus ditempuh untuk bisa melihat keseluruhan teras yang berada di Astana Girigondo terdapat ratusan anak tangga. Jadi cukup menguras tenaga untuk bisa berziarah di makam raja Pakualaman. Di teras kedua ini terdapat delapan makam yang salah satunya terdapat KGPAA Paku Alam VI.