Mohon tunggu...
Aulia Diza Rachmawatie
Aulia Diza Rachmawatie Mohon Tunggu... -

Tidak hanya sekedar informatif, naratif dan pasif

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tempat Peristirahatan Terakhir Sang Raja

25 Februari 2016   03:33 Diperbarui: 25 Februari 2016   03:52 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menaiki anak tangga lagi menuju pada teras ketiga yang terdapat makam KGPAA Paku Alam VII. Pada teras ketiga ini hanya terdapat dua makam, yakni istri dari KGPAA Paku Alam VII GBRA Retno Puwoso. Sedangkan pada teras keempat terdapat tiga buah makam yang merupakan kerabat jauh dari Pakualaman. Di teras kelima yang berada di  Astana Girigondo tidak terdapat makam alias masih kosong. Tampak berbeda terdapat pada teras yang keenam. Pada teras keeenam dibagi menjadi dua bagian yakni bagian barat dan bagian timur. Pada bagian barat hanya terdapat dua makam sedangkan berada di sebelah timur terdapat tujuh makam. Teras keenam yang disebelah barat terdapat makam KGPAA Pakualaman VIII.

Seperti kompleks pemakaman raja yang lain, suasana magis terasa di Astana Girigondo. Aroma bunga, dupa dan kemenyan tercium semerbak.

Tempat peristirahatan terakhir bagi Pakualaman ini terbuka untuk umum, siapapun diperbolehkan untuk masuk ke Astana Girigondo. Peziarah, sebutan bagi orang yang datang ke pemakaman dan mendoakan bagi orang yang telah meninggal. Astana Girigondo juga banyak peziarah yang bertujuan untuk mengirimkan doa kepada raja Pakualaman.

Pada tanggal atau hari tertentu di kalender Jawa Islam, Astana Girigondo dibanjiri oleh banyak peziarah. Selain mengirimkan doa, kadang mereka percaya apabila berdoa di sana maka permintaan atau permohonan akan terkabul. Bahkan kadang ada juga peziarah yang datang mengambil tanah di area sekitar makam untuk dibawa pulang.

“Saya sering memberi peringatan kepada mereka (peziarah) untuk tidak mengambil tanah di area makam raja. Bukannya bagaimana-bagaimana, tapi menghargai makam Pakualam”, tutur juru kunci dari makam Astana Girigondo.

Imbauan dari si juru kunci bagi para peziarah kadang diabaikan. Masih ditemui peziarah yang sudah selesai berdoa kemudian mengambil tanah yang berada di makam Pakualam.

“Ya percaya nggak percaya, tanah dari orang yang berkuasa seperti Pakualam ini bisa digunakan untuk jimat keberuntungan. Bahkan bisa menambah kekayaan. Maka dari itu, sebelum mengambil tanah berdoa dulu. Minta biar saya rejekinya lancar.”, ungkap salah satu peziarah yang mengambil segenggam tanah dari makam.

Perbuatan seperti ini sebenarnya tidak dibenarkan oleh agama. Meminta rejeki terhadap yang sudah tiada. Musyrik, bagi mereka yang percaya bahwa orang yang sudah meninggal dapat mengabulkan permintaan.

Makam, selayaknya rumah atau tempat peristirahatan terakhir bagi manusia yang kembali ke asalnya. Dari tanah kembali ke tanah. Dengan mendoakan dan menghargai bagi yang telah meninggal memberikan kenyamanan untuk mereka yang sudah tiada, tenang berada disisiNya. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun