Rasa keadilan masyarakat kembali diuji. Kali ini, datang dari si penabrak maut, si anak menteri, sekaligus anaknya si besan presiden, Rasyid Rajasa. Si adik ipar sekjen partai demokrat ini, mengunggah foto dirinya sedang bersama Persnel girlband Korea 2NE1, Park Bom dan Sandara. Sebenarnya foto ini biasa saja. Namun, foto ini mejadi luar biasa karena dilakukan oleh seseorang yang sudah menghilangkan nyawa manusia dan seharusnya saat ini mendekam di penjara. [caption id="attachment_300289" align="aligncenter" width="485" caption="Ehmm.. Anak menteri dilawan"][/caption]
Tentunya masih belum lekang di ingatan kita, kasus tabrakan maut di malam tahun baru yang disebabkan oleh Rasyid Rajasa. Rasyid adalah terdakwa kasus kecelakaan maut di Tol Jagorawi arah Bogor, Kilometer 3+335 pada 1 Januari 2013 pagi. Mobil BMW bernomor polisi B 272 HR yang dikemudikannya menghantam mobil Daihatsu Luxio (F 1622 CY) yang ada di depannya. Lima penumpang di Daihatsu Luxio yang duduk di bagian belakang terlempar keluar. Dua di antaranya tewas, yaitu Harun (60) dan M Raihan (1,5), sedangkan tiga lainnya, yaitu Enung, Supriyanti, dan Ripal Mandala Putra, terluka. Hukum itu seharusnya adil dan tidak memihak. Itulah sebabnya mengapa simbol hukum adalah dewi keadilan yaitu orang yang sedang memegang timbangan dengan mata tertutup. Namun ternyata, di Indonesia, kain penutup mata itu ternyata mesti disingkap atau paling tidak dilubangi, jika kebetulan yang ditimbang adalah pejabat pemerintah, pejabat polisi, pejabat militer, orang kaya dan spesiesnya, juga termasuk keluarga besarnya dan orang-orang dekatnya.
Masih bebasnya Rasyid adalah potret suram penegakan hukum di Indonesia. Mungkin benar kata Thrasymachus, "Hukum tidak lain kecuali kepentingan mereka yang kuat". Bisa kita lihat kasus-kasus yang serupa dengan Rasyid yang kebanyakan adalah orang-orang biasa, namun hukuman yang didapat jauh berbeda.
Rasyid beruntung, hukum tidak akan mempan terhadap dirinya. Hukum mana yang bisa menjerat seorang anak menteri, anak dari Ketua Umum DPP PAN, putra dari besan presiden SBY, dan adik ipar sekjen Demokrat. Jadi, kalaupun seandainya dia menabrak orang lagi, dan lagi-lagi korbannya tewas, maka saya yakin 2000 % dia tidak akan ditahan. Paling lagi-lagi menginap dirumah sakit, dan tidak boleh diperikasa karena mengalami trauma. Bicara mengenai perilaku anak pejabat, sepertinya adalah hal yang biasa jika melihat tingkah laku minus mereka. Sering sekali kita lihat tingkah mereka yang ingin selalu dinomorsatukan, seperti memaksa masuk jalur busway, memaksa petugas untuk berbuat ini dan berbuat itu, mengancam petugas dengan menyebut jabatan orang tuanya dan lain-lain. Ironisnya perbuatan itu didukung oleh orangtuanya, apalagi jika orang tuanya adalah kepala daerah, anak menteri, atau pejabat di lingkungan polisi dan militer. Mengapa bisa terjadi? bisa jadi karena urat malu pejabat dan seluruh anak keturunannya sudah putus semua. Mungkin karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan hasil perbuatan haram, jadi Tuhan sudah membutakan dan mematikan nurani mereka. Sebagai orang biasa, mungkin kita harus membiasakan (dan memang sudah terjadi sejak dulu) melihat anak-anak pejabat yang dibela habis-habisaan oleh orangtuanya padahal jelas-jelas anaknya yang salah atau anak-anak pejabat yang sok kuasa yang memanfaatkan kekuasaan orang Tua untuk berbuat semau-mau. Satu hal yang pasti, pejabat Indonesia dan anak keturunannya sebagian besar masih gila hormat. Masih segar beritanya bagaimana Polisi brimob yang menembak mati satpan (5-11-2013) di Cengkareng karena merasa tidak dihormati. Atau anak pejabat polisi yang malah menabarak puluhan siswa SMA Hang Tuah Sidoarjo karena dilarang masuk menemui pacarnya. Jika kita kilas balik, maka masih banyak lagi tingkah polah pejabat beserta anak istrinya yang membuat orang normal akan merasa muak melihatnya. Tapi sudahlah, sampai tumbuh daun mulut ini untuk megkritik atau mengingatkan akan percuma percuma juga. *** Keadilan itu pasti akan tegak, setegak-tegaknya. Tapi mungkin bukan di masa sekarang. Kalaupun di dunia ini keadilan sulit didapat, percayalah, pengadilan Tuhan akan mengadili dengan seadil-adilnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya