Hasad adalah virus yang sangat membahayakan hati. Tatkala hasad telah masuk ke hati, bila tidak segera ditangani atau diobati, bisa dipastikan ia akan merusak hati atau mematikannya.
Dan ajaibnya, virus ini ternyata bisa menjangkiti siapa saja tanpa pandang bulu. Pria-wanita, tua-muda, miskin-kaya, cendikiawan maupun orang awam, semuanya bisa dijangkiti virus ini, tanpa kecuali.
Meskipun begitu, hasad tak terjadi kecuali dari orang yang “rendah” kepada yang lebih “tinggi”. Apakah kepada yang lebih kaya darinya, atau yang lebih pintar darinya, atau lebih tampan atau cantik darinya, demikian seterusnya. Karena itu, tak ada dalam sejarah kemanusiaan, orang kaya hasad kepada orang miskin, orang pintar hasad kepada orang bodoh, orang ganteng dan cantik hasad kepada orang buruk rupa, demikian seterusnya.
Lantas, apa yang dimaksud dengan hasad itu? Imam An-Nawawi menjelaskan hasad adalah harapan akan hilangnya nikmat dari seseorang, baik itu nikmat agama maupun nikmat dunia.
Maka, saatnya kita waspada penuh terhadap penyakit ini. Saatnya kita mengambil pelajaran dari umat-umat sebelum kita, bagaimana mereka bisa binasa karena penyakit yang berbahaya ini.
Coba kita pikirkan, bukankah yang menyebabkan Iblis terusir dari surga dengan penuh kehinaan adalah karena kesombongan dan hasadnya kepada Adam عليه السلام?
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kalian kepada Adam”; maka merekapun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis Menjawab: “Saya lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al-A’raaf:11-12)
Bukankah karena hasad pula terjadinya pertumpahan darah antara kedua anak Adam?
“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain. Yang tidak diterima ini berkata: “Aku pasti membunuhmu! ”(QS. Al-Maidah: 27)
Dan apa yang menghalangi Yahudi untuk beriman kepada kenabian Muhammad صلى الله عليه وسلم, setelah jelas bagi mereka perngetahuan tentang kedatangan nabi ini?
Bukankah “Mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri” (QS. Al-Baqarah:146) ?