Mohon tunggu...
Adi Wursito
Adi Wursito Mohon Tunggu... -

try to feel the euphoria of technology in parallel society

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Solo, Sekaten dan Vastenburg Tua

23 Desember 2015   00:04 Diperbarui: 23 Januari 2016   18:47 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa tidak kenal dengan kota solo yang  dengan slogan spirit of java nya, kota dengan eksotisme masa lampau yang dibeberapa tempat masih terjaga dengan apik ditengah laju modernitas yang cepat. Persaingan atau pertarungankah yang sedang terjadi ketika modernitas dengan gagahnya menancapkan beton-beton untuk membangun apartemen, mall dan pelbagai infrastruktur sebagai transformasi kearah metropolitan atau bahkan megapolitan (?).

Di sisi lain eksotisme Solo di tengah tantangan global dituntut untuk berada pada heritagenya, adanya keseimbangan atau mungkin harmonisasi keduanya modernitas dan eksotisme?. Kota yang tetap memelihara dan menjunjung tinggi budaya luhur, norma dan perilaku masyarakatnya pada tataran keadabanya. Diperlukan komitmen dan tindakan nyata dari pelbagai pihak; masyarakat dan pemerintah kota untuk dapat mengharmonisasi keberlangsungan Solo sebagai heritage city. Tata ruang kota tidak seharusnya menghancurkan tempat-tempat yang mengingatkan kenangan akan masa lalu yang biasa disebut situs.

Peristiwa-persitiwa masa lalu penuh pergolakan, kesederhanaan,atau bahkan romantisme..ah yang ini urusan dunia persilatan anak muda heuheu..situs masa lalu yang menjadi saksi  dan pengingat peristiwa dan sejarah yang terekam dalam gedung-gedung tua, kampung pedagang, kampung pembatik dan sebagainya. Dengan menghadirkan taman kota sebagai ruang publik, pohon peneduh disepanjang jalan, gemerlap lampu kala malam hari menjadikan kota ini begitu sedap di nikmati. Keramahan tukang becak, pedagang bakso, obrolan di angkringan sampai subuh..mhmm bikin rindu.

Ada salah satu event tahunan yang masih menjadi simbol kebesaran keraton dan menjadi kebanggan masyarakat Solo dan sekitarnya. Setelah beberapa waktu lalu ada perhelatan bertaraf nasional dan internasional seperti Indonesia International Mask Festival (IIMF), Solo International Performing Art (SIPA), Festival Payung Indonesia, Solo City Jazz..duh sangar.. Ada juga suguhan budaya yang diadakan untuk memperingati maulid Nabi Muhammad yaitu Sekaten. Pagelaran Sekaten memang diselenggaran sebagai syiar Islam dengan pendekatan budaya yang dilakukan oleh Walisongo. Keraton sebagai pusat kekuasaan yang notabene dekat dengan para wali mengharmonisasi budaya dengan nuansa Islam. Prosesi acara Sekaten dimulai dengan penabuhan dua gamelan yaitu Kyai Guntur Wilogo -ditabuh di sisi utara masjid Agung dan Kyai Guntur Madu-ditabuh di sisi selatan masjid Agung berturutan selama 7 hari.

Pembaca yang budiman, prosesi lainya adalah tumplak wajik dengan menyanyikan tembang dolanan seperti owal-awil dan lainya. Pada puncak acara grebeg mulud yang paling dinanti oleh masyarakat adalah rebutan gunungan yang berisi sayur, buah, beras dengan dikawal sekitar 10 kompi bregodo prajurit keraton. Gunungan tersebut dipercayai membawa berkah untuk kehidupan mereka yang mempercayainya ..ahaa..antusiasme masyarakat pada prosesi yang satu ini di perayaan sekaten masih besar. Sebelum puncak acara grebeg mulud, tanpa mengurangi religiositas Sekaten, pasar malam sudah mulai digelar sebulan penuh pada tanggal 12 desember 2015 sampai 2 januari 2016. Ratusan pedagang sudah menempati tempat yang sudah ditetapkan oleh pihak keraton Solo yaitu di alun-alun utara keraton surakarta dan di areal benteng Vastenburg di jl. Jendral Soedirman atau depan gedung Bank Indonesia.

Pembaca yang budiman yang ingin berkunjung ke pasar malam ini bisa menikmati sederetan pertunjukan khas pasar malam diantaranya adalah tong setan, komidi putar, atau rumah hantu lho hehe..bagi yang suka keplek ilat alias suka makan, pengunjung bisa juga menikmati jajanan tradisional khas muludan seperti onde-onde, jenang dan lain-lain. Mungkin juga bisa mencoba nginang atau mengunyah sirih -memang pahit sih heuheu, sirih bisa dibeli dari mbah-mbah pedagang sirih.  

  Pada perayaan muludan tahun ini pasar malam selain di alun alun utara keraton Kasunanan Surakarta  juga diselenggarakan di kompleks benteng Vastenburg. Sejarahnya benteng Vastenburg yang dibangun pada 1745. Setelah hengkangnya VOC benteng ini dipakai oleh TNI di tahun 1970-1980. Benteng tersebut sempat terbengkalai sampai dimasa pemerintahan walikota yang sekarang menduduki kursi kepresidenan mulai ada renovasi tahap demi tahap. Bangunan yang tersebut memiliki rancang bangun khas belanda dengan pohon beringin didalamnya. Gelar sebagai cagar budaya disematkan pada bangunan ini pada 1997 oleh pemerintah. Wajah rapuh masih terlihat pada benteng ini, sempat dimiliki oleh seorang pengusaha? Ha kok bisa ya?? Menurut sumber yang diketahui, lahan memang dimiliki oleh seorang pengusaha namun bangunan benteng adalah milik Departemen Pertahanan.

Vastenburg yang berdiri kokoh di tanah seluas 4 hektar ini masih menyisakan cerita setelah 2 abad. Bagaimana kokohnya bangunan ini melambangkan keangkuhan belanda- berfungsi untuk mengawasi kekuasaan lokal yaitu keraton Surakarta. Masa kini Vastenburg sebagai salah satu ritus penguat identitas budaya mengharapkan segenap elemen untuk berkomitmen menjaganya, memelihara kenangan dan sejarah. Solo tidak saja mempunyai ingatan-ingatan masa lampau yang terekam dalam literasi dan tradisi budayanya namun juga membutuhkan penjagaan akan kelestarian ritus bangunan-bangunan masa lampau. Simbol dan norma yang terjaga merupakan penjelmaan budaya itu sendiri ..semoga ..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun