Mohon tunggu...
Hardiansyah Hamzah
Hardiansyah Hamzah Mohon Tunggu... Arsitek - @hardiansyah_mr

Arcthinking

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Damai Indonesia Kita

30 September 2019   01:25 Diperbarui: 30 September 2019   01:58 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: Peta Merah Putih Indonesia https://upload.wikimedia.org/wikipedia

Jika dilihat berdasarkan Peta Negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote, gugusan kepulauan serta lautan yang terhampar begitu luas secara keseluruhan sudah terlihat simetris, seimbang, selaras, dan itu semua adalah milik Kita Negara Indonesia.

Seluas itulah tanah air Indonesia, dengan wawasan kebangsaan keragaman Indonesia, dibalut komunikasi satu Bahasa Indonesia. Bersyukurlah kita bisa berteman, bisa bersaudara, bisa mengenal dari berbagai macam ras dan suku bangsa di Indonesia.

Kenapa ada aksi yang berujung kericuhan atau kerusuhan?, padahal kita satu bangsa, kita berteman, kita bersaudara. Selisih paham biasa terjadi secara personal, tapi kenapa melebar kearah yang bersifat kelompok yang besar?. Perpecahan pun terjadi, saling melakukan perlawanan dan apa yang didapatkan? adanya kalah jadi abu menang jadi arang.

Apakah dengan besarnya bangsa ini kita kekurangan juru damai?, atau kekurangan ahli negarawan yang bisa memprediksi dan mencegah kericuhan yang besar bisa terjadi?, dengan siapakah saya bisa menanyakan ini dan mendengar jawaban ini?. Sebelum nasi menjadi bubur.

Wahai pemimpin -- pemimpin yang diberikan amanah oleh rakyat, sering -- seringlah nongkrong diwarung kopi atau teh dan mendeteksi atmosfer rakyat sebelum situasi menjadi kepanasan, rangkul semua elemen tanpa terkecuali. Tangkaplah provokator sebelum berhasil menyelesaikan misinya, provokator tidak akan berhasil saat persaudaraan NKRI jauh lebih kuat.

Sepertinya kita membutuhkan kegiatan kerakyatan, yang didalamnya bisa menyambung tali kasih sebagai bangsa tanah air, kita tidak butuh uang politik yang dalam hitungan menit rasanya sudah habis malah membuat makin haus, tapi kita butuh fasilitas sosial yang adil dan negara hadir dalam memberi kemudahan untuk rakyatnya bukan malah menambah beban rakyat kecil dengan menaikkan harga pengeluaran rakyat sehari - hari yang tidak sebanding dengan kenaikan UMR . Saat pemimpin negara hadir dalam mengayomi rakyatnya, maka hadirlah keteduhan, hadirlah komunikasi yang baik, hentikan rasa mengekslusifkan diri. Jangan merasa semua baik-baik saja, karena bisa menurunkan kesadaran dan apatis. Percayalah di detik sekarang ada yang kelaparan, ada yang sedang sakit, ada yang sedang dalam keadaan sulit, maka tolonglah wahai pemimpin untuk hadir disekitar mereka semua.

Kembali ke jalan Damai Indonesia. Rasa persaudaraan menjadi lebih kuat saat pemimpin bisa memfasilitasi untuk menghadirkan kebersamaan baik dalam keadaan susah atau senang. Apakah rakyat kecil peduli kepada besarnya anggaran yang dialokasikan?, yang rakyat kecil pedulikan adalah jangan tambah beban mereka, permudahlah kehidupan mereka.

Kekisruhan mengenai RUU yang terjadi beberapa hari ini pun persoalan utamanya adalah komunikasi dalam merangkul setiap elemen organisasi atau masyarakat yang ada, sehingga saat komunikasi itu berhasil maka RUU pun menjadi semakin matang dalam keputusannya. Hoax pun bisa dilawan oleh organisasi dan masyarakat yang telah terangkul, semakin banyak yang terangkul maka semakin tipis kemenangan para penyebar Hoax.

Negara Indonesia disebut Negara Heterogen yakni sebagai negara yang terdiri dari beberapa etnis, strata sosial, bahasa dan adat istiadat. Itu semua adalah kekayaan tapi bisa juga menjadi kekalahan saat kita tidak kuat , saat kita lemah dalam menjaga persatuan dan kedamaian.

Kunci Kedamaian Negara kita ini adalah Komunikasi yang telah terbantukan oleh Satu Bahasa, Kesederhanaan sikap untuk mengayomi yang telah terbantukan oleh Keragaman, dan Kedaulatan pikiran yang telah terbantukan oleh Tanah Air Indonesia yang sudah simetris, seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun