Mohon tunggu...
Adi Wisnugraha
Adi Wisnugraha Mohon Tunggu... profesional -

Belajar berbagi belajar memberi manfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Perlu Dua Keberanian di Bulan Ini

18 Juli 2013   10:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:23 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berada di dalam sebuah bulan yang istimewa seperti Ramadhan dan Syawal ini, kita memerlukan dua buah keberanian. Keberanian yang akan menjadikan bulan-bulan ini tidak berlalu sia-sia dihadapan kita.

Yang pertama adalah berani meminta maaf. Keberanian meminta maaf akan menjadi kunci penting bagi kesuksesan kita. Bahkan sangat mungkin berani meminta maaf mampu menyelamatkan kita dari sebuah efek negatif yang besar akibat dari kesalahan yang telah kita perbuat.
Saya mempunyai pengalaman soal ini. Sekitar tiga tahun yang lalu saya bersama teman-teman dalam satu tim merencanakan materi promosi untuk kawasan perumahan yang sedang kita kembangkan di kota Lamongan. Sampailah kami pada sebuah ide materi promosi yang menurut kami akan mendatangkan attention bagi perumahan kami Segera setelah itu, kami cetak berbagai tool kit promo dalam bentuk brosur dan banner. Dan beredarlah materi promo tersebut ke seluruh penjuru kota berbarengan dengan optimisme kami, bahwa materi promo tersebut akan segera mendatangkan arus pembeli ke perumahan kami.

Tapi kenyataan mempunyai ceritanya sendiri. Materi promo tersebut ternyata dianggap menyinggung institusi militer. Hari itu masih pagi, tapi bagi kami suasana sudah panas. Saya mendapat telepon dari teman di kantor pemasaran, bahwa petinggi militer di kota tersebut datang ke kantor dengan marah-marah dan mengambil berbagai materi promo yang dianggap menyinggung institusi serta melaporkannya ke pihak kepolisian.

Setelah mendapat kabar tersebut, saya bersama seorang teman di bagian pemasaran segera berangkat ke Lamongan untuk meminta maaf dan segera membersihkan materi promo yang sudah kadung tersebar. Saya yang sebelumnya tidak pernah berurusan dengan institusi militer kali ini harus berani datang dan meminta maaf atas kesalahan yang telah kami lakukan. Keberanian meminta maaf ini berujung positif. Pihak militer menerima permintaan maaf kami dan tidak meneruskan laporannya ke pihak kepolisian.

Jadi jelaslah bahwa keberanian meminta maaf secara tulus dan tuntas atas kesalahan yang kita perbuat akan mampu mengurangi, bahkan menghapus kemungkinan efek negatif dari kesalahan tersebut. Yang saya maksud dengan tulus adalah kita tidak bermuka dua, di depan kita meminta maaf, tetapi di belakang bersiasat lain. Yang saya maksud dengan tuntas adalah kita hilangkan dan koreksi semua penyebab kesalahan tersebut.

Meminta maaf atau mohon ampun kepada Allah swt. juga harus tulus dan tuntas. Inilah yang disebut taubatan nashuha. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, ...” (QS. At Tahrim: 8)

Kedua adalah berani memaafkan. Berani memaafkan menjadi modal penting bagi sebuah kemenangan, sebaliknya enggan memaafkan menjadi biang kekalahan. Nggak percaya? Coba baca cerita David Beckham berikut ini.

Bagi penggemar bola tentu ingat dengan cerita ini. Peristiwa ini terjadi pada salah satu pertandingan Piala Dunia 1998 di Perancis yang saat itu mempertemukan dua musuh bebuyutan, yaitu antara kesebelasan Inggris dengan Argentina. Pada pertengahan laga yang berlangsung sengit dan panas tersebut, David Simeone gelandang bertahan Argentina melanggar Bechkam hingga terjatuh. Beckham yang saat itu masih berusia 23 tahun, dalam posisi terjatuh menendang balik Simoene hingga terjatuh pula. Kartu merah dari kantong wasit pun segera melayang dan Beckham harus keluar lapangan. Inggris yang harus bermain dengan sepuluh pemain akhirnya mengakhiri laga dengan kekalahan. Beckham yang sebelumnya tampil menawan selama turnamen, akibat tindakan emosionalnya tersebut berbalik menjadi the common enemy bagi suporter negerinya karena dianggap sebagai biang kekalahan. Akibat tak mampu mengontrol emosi dan tak mampu memaafkan kesalahan lawannya menjadikan dirinya from hero to zero.

Jelaslah dari cerita di atas kita belajar bagaimana memberikan maaf menjadi keberanian yang harus dimiliki untuk memudahkan ikhtiar kita menuju kemenangan dan kesuksesan. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran: 133-134).

Istimewakan bulan ini dengan banyak meminta dan memberi maaf kepada sesama dan tumbuhkan selalu semangat maaf memaafkan.
Di momen yang mulia ini, saya juga menghaturkan permohonan maaf kepada semua Kompasianer , semoga Allah swt memantapkan kita masuk dalam komunitas hamba-Nya yang bertaqwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun