Mohon tunggu...
Adi Wisnugraha
Adi Wisnugraha Mohon Tunggu... profesional -

Belajar berbagi belajar memberi manfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Perubahan Ala Steve Jobs dan Negeri Jepang

20 Januari 2015   18:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:45 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421726615256168769

Saat ini, saya yakin sebagian besar dari Anda cukup familiar dengan nama Steve Jobs.Apalagi bagi Anda penyuka atau pengamat gadget, tentu sudah tidak asing dengan Steve Jobs yang namanya identik dengan Apple dan produk-produknya semacam iPhone, iPod,iPad ataupun Mac.

Tetapi tahukah Anda, bahwa perjalanan Steve Jobs tidak semulus yang kita sangka untuk mencapai puncak karir dan bisnis dalam kehidupannya.Steve dilahirkan di San Fransisco oleh Joanne Carole, ayahnya adalah Abdulfatah Jandali dari Syria.Namun, sejak kecil Steve sudah diadopsi oleh Paul dan Clara Jobs yang kemudian memberi nama Steven Jobs.Steve sempat kuliah di Reed College, Portland, Oregon dimana dia belajar Kaligrafi sebelum akhirnya drop out dari kampus tersebut.Tahun 1974, bersama Steve Wozniak kemudian mendirikan Apple Computer Co di garasi milik keluarga Jobs.Di garasi inilah “Apple I”, produk Apple generasi pertama muncul.

Tahun 1985, Steve Jobs diusir dari Apple karena sifatnya yang emosional sehingga sering berkonflik dengan pimpinan lainnya dan Steve pun mendirikan Next Computer yang lambat berkembang.Pada tahun 1996, Steve kembali ke Apple setelah Apple membeli Next dan kemudian menjadi pemimpin sementara.Pada saat itu Guiness Book of Record mencatat namanya sebagai pemimpin dengan gaji terendah di dunia, yaitu hanya digaji USD 1 setahun.Namun, kemudian Steve justru mendapatkan hasil yang luar biasasaat inovasinya sukses gemilang di pasaran seperti iMac, iPod, iTunes, iPhone dan iPad. Jobs juga mendirikan Pixar, yang kemudian sukses luarbiasa dengan produk film-film animasinya seperti Toy Story dan Finding Nemo.

Terlihat bahwa perjalanan hidup Steve Jobs tidak mulus sejak awal.Menjadi anak adopsi ketika kecil, mendirikan usaha di garasi rumah, keluar dari kuliah dan dikeluarkan dari perusahaan tempat bekerja serta mendirikan perusahaan yang lambat berkembang.Itulah penggalan hidup Steve Jobs sebelum menemukan kesuksesannya.

Saya yakin Anda juga mengenal Jepang sekarang adalah sebagai negara dengan economic superpower.Tetapi tahukah Anda bahwa dahulu Jepang hanyalah sebuah negara agraris yang miskin.Komodor Perry dari angkatan laut Amerika tiba dengan rombongan kapal uapnya di sana tahun 1853.Orang-orang Jepang melihat keunggulan teknologi Amerika sebagai sesuatu yang mengerikan, sekaligus begitu menakjubkan.Jepang pun langsung bangkit secara besar-besaran melalui Restorasi Meiji, Meiji Ishin.

Setelah kehancuran pasca Perang Dunia II, Jepang kembali mengalami kebangkitan ekonomi yang fenomenal, economic miracle.Pada 1980-an Jepang mampu mengguncang kekuatan ekonomi dan industri Amerika.Toyota Corolla dan Honda Accord nyaris menghancurkan pusat industri otomotif Amerika di Detroit.Dan di awal 2007, Toyota akhirnya resmi menjadi perusahaan otomotif terbesar di dunia dan Amerika, unggul atas General Motors dalam nilai penjualannya.Industri Jepang kelihatannya mempunyai senjata rahasia untuk menguasai dunia.

Kita melihat bersama bahwa Steve Jobs sebagai individu dan Jepang sebagai sebuah negara mempunyai sebuah persamaan dalam pola dan patron menuju keusksesan.Tahukah Anda apakah itu?Yup, adanya sebuah usaha untuk berubah dan mengubah jalan hidup mereka.Perubahan Steve Jobs dan Jepang bukan sekedar perubahan, tetapi perubahanperbaikan.Sungguh benar firman Allah swt. “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d 13: 11).

Steve Jobs mengubah sifat emosional yang sering bermasalah dengan orang lain menjadi lebih matang dan dewasa dalam bersikap, hingga membuatnya dapat bekerja sama dengan pimpinan Apple lainnya.Kerja sama melahirkan suasana kondusif. Apple pun akhirnya mampu melahirkan produk-produk inovatif yang pada akhirnya membuat nama Jobs menjadi fenomenal.

Jepang sadar akan ketertinggalannya.Ketertinggalan ekonomi dan kehancuran akibat perang mampu menyadarkan Jepang bahwa mereka harus bangkit melalui kekuatan teknologi dan ekonominya untuk setara dan bermartabat di hadapan bangsa lain

Jobs dan Jepang sadar bahwa mereka sedang terpuruk, tetapi hal itu bukan untuk terus diratapi.Jobs dan Jepang paham bahwa hidup ini perlu perubahan untuk mencapai kesuksesan dan kejayaan.

Mari kita bercermin bersama.Bagi yang hari ini merasa kehidupannya masih berada di bawah, segeralah ubah sikap, mental, pola pikir dan semangat Anda menuju perbaikan.Hanya perubahanlah yang akan membuat kita mampu mengejar ketertinggalan.Bagi Anda yang hari ini telah dianugerahi kesuksesan, syukuri sembari terus melakukan perubahan-perubahan positif agar kita tak digerus oleh perubahan yang lebih cepat di sekitar kita.Jika Steve Jobs dan Jepang bisa, mengapa kita dan Indonesia tidak bisa?Wallahu’alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun