Mohon tunggu...
Iko Adi Wilantoro
Iko Adi Wilantoro Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Ad Maiorem Dei Gloriam

dari tulisan kita dapat membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Agama dari Kacamata Gereja Katolik Melalui Dokumen Dignitatis Humanae dan Nostra Aetate

14 Februari 2022   11:31 Diperbarui: 14 Februari 2022   11:49 2556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perbedaan adalah aspek penting dalam hidup manusia di dunia ini. Tanpa adanya perbedaan, hidup manusia akan menjadi kosong dan tanpa arti, perkembanganpun sulit untuk dicapai dan segala hal terkait kemajuan, baik pribadi maupun besama akan sangat sulit diraih. Dengan adanya perbedaan, akan muncul suatu keberagaman dalam arti kerukunan yang bisa diraih melaui proses kesadaran akan perbedaan itu sendiri. Dalam hidup manusia banyak perbedaan-perbedaan yang ada, contohnya saja perbedaan, ras, suku, etnis dan agama, dan dalam tulisan saya kali ini, saya akan mengajak para pembaca untuk lebih mendalami perbedaan agama melalui sudut pandang Gereja Katolik.

Dalam usahanya untuk menghargai dan mencintai perbedaan, Gereja Katolik, dalam rentang waktu yang tidak singkat dan melalui berbagai diskusi, telah melahirkan dokumen-dokumen yang menjelaskan mengenai keterbukaan Gereja Katolik akan perbedaan agama. Contoh nyatanya adalah dokumen dan Dignitatis Humanae (Martabat Pribadi Manusia) yaitu dokumen terkait "Pernyataan Tentang Kebebasan Beragama" dan Nostra Aetate (Pada Jaman Kita) yaitu dokumen terkait "Pernyataan Tentang Hubungan Gereja Dengan Agama-Agama Bukan Kristiani". Kedua dokumen tersebut, dalam cetakan fisiknya menjadi suatu kesatuan buku yang saling berkaitan dan saling menopang satu sama lain.

Dignitatis Humanae

Dokumen gereja Dignitatis Humanae yang berarti Martabat Pribadi Manusia ini berfokus pada kebebasan beragama yang berdasar dari martabat manusia.

 "Martabat Pribadi Manusia semakin disadari oleh manusia zaman kita sekarang. Bertambahlah juga jumlah mereka yang menuntut, supaya dalam bertindak manusia sepenuhnya menggunakan pertimbangannya sendiri serta kebebasannya yang bertanggung jawab, bukannya terdorong oleh paksaan, melainkan karena menyadari tugasnya" (Dignitatis Humanae no. 1 hlmn.5)

Dari kutipan di atas kita semakin mengetahui bahwa, muncul tuntuan agar dalam bertindak, manusia sepenuhnya menggunakan pertimbangannya sendiri serta kebebasan yang bertanggung jawab, hal itu bersifat umum untuk semua pilihan dan tentunya, pilihan untuk memeluk agama atau kepercayaan apapun. Dari situ kita semakin dibawa pada kesadaran bahwa tuntutan tersebut muncul karena kesadaran bahwa kita, manusia memiliki martabat dan sudah jelas bahwa martabat manusia berasal dari Tuhan sendiri yang semakin membawa kita kepada-Nya. Dengan munculnya kesadaran di atas, kita semakin dibawa kepada kesadaran akan Tuhan yang Maha Mengasihi dan memberi kebebasan pada umat-Nya untuk memilih sarana dalam rangka menuju pada-Nya. Dari sini kita bisa semakin mengerti bahwa martabat dan agama adalah sarana menuju kepada-Nya.

Nostra Aetate

"Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang." (Nostra Aetate no.2 hlmn. 25-26).

Kutipan di atas mengajak kita untuk semakin terbuka akan perbedaan, disana ditekankan bahwa Gereja tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci, dan tentunya setiap agama di dunia ini bersifat benar dan suci karena sudah pasti membawa kita kepada Tuhan melalui setiap ajaran baiknya. Dalam dokumen Nostra Aetate dijelaskan pula mengenai agama-agama lain non-kristiani, dan dari setiap bagiannya dijelaskan terkait agama-agama lain yang sama-sama baik dan menuju kepada Tuhan. Contohnya saja dalam bagian agama Islam halaman 26 dituliskan demikian "Gereja juga menghargai umat Islam, yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh belas kasihan dan mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada umat manusia". Dalam prosesnya, walau seringkali terjadi konflik dan permusuhan antara umat Kristiani dan umat muslim, gereja mengharapkan adanya pemaafan dan melupakan yang sudah berlalu serta bersama-sama saling memahami dan berusaha bersama membawa dunia pada perdamaian yang didasari nilai-nilai moral. Tidak hanya saudara-saudari umat beragama Islam saja yang menjadi fokus dalam usaha bersama untuk meraih perdamaian di dunia, akan tetapi semua agama serta kepercayaan yang ada seperti Hindu, Buddha, Kong Hu Chu, Kristen, agama Yahudi, aliran-aliran kepercayaan dan semua yang sama-sama berfokus dan menuju pada Tuhan.

kedua dokumen gereja tersebut menunjukkan dua keutamaan penting yaitu keterbukaan dan kepedulian. Tanpa adanya keterbukaan gereja akan merasa 'lebih' karena bisa dilihat dan ditengok kembali bahwa Gereja Katolik merupakan lembaga atau institusi yang berumur tua dan besar. Dari situ, bisa kita lihat lebih dalam bahwa ada keterbukaan untuk menerima agama lain, baik yang sudah ada sebelumnya atau agama yang muncul setelahnya, gereja memahami makna perkembangan yang akan selalu melahrikan hal baru yang pastinya akan sangat berbeda dari hal-hal sebelumnya. Dalam konteks agama, memang bisa dibilang satu agama dan agama lainnya memiliki perbedaan, akan tetapi yang perlu digarisbawahi adalah tujuan dari agama-agama yang ada, yaitu Tuhan sendiri. Bisa dibilang agama adalah sarana dan Tuhan adalah tujuan, dan jika muncul kesadaran akan hal itu dari seluruh umat beragama, tidak akan ada lagi kasus intoleransi umat beragama karena kesadaran akan perbedaan sudah tertanam dalam setiap pribadi orang beriman. Selain itu, kepedulian juga ditunjukan melalui usaha keras dan nyata yang melahirkan banyak dokumen terkait perbedaan itu sendiri dan contoh konkret di bagian selanjutnya.

Contoh Konkret

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun