Ada masanya ketika layar televisi ramai dengan serial superhero luar negeri. Jika diingat-ingat, dua yang cukup fenomenal adalah satria baja hitam dan power rangers. Generasi 90-an tentu akrab denganjagoan-jagoan ini.
Ada masanya, ketika imajinasi anak-anak adalah menjadi power rangers atau satria baja hitam. Jika konteksnya adalah era 90-an, opini yang tepat adalah wajar tanpa pengecualian. Soalnya pada masa itu, boneka Susan pun bercita-cita jadi presiden.
Di layar kaca, jagoan akan mengalahkan monster. Begitu skema yang normal dan rutin. Adegannya pasti dramatis dan menghibur. Itu adalah fakta yang biasa dalam dunia televisi. Tentu dengan sebuah pemahaman awal bahwa cerita dan adegan yang sedang kita simak adalah fiktif belaka.
Sekedar menyegarkan memori. Sebelum mengalahkan monster, selalu ada detik-detik untuk prosesi dan akrobat. Sebelum mengalahkan monster, jagoan akan berubah dengan gaya dan penuh aksi. Salto atau berputar-putar dengan latar belakang cahaya dan api. Dalam pandangan generasi 90-an, itu adalah cara berubah yang keren.
Selanjutnya pertarungan antara jagoan dan monster. Singkat cerita, si monster kalah dan berdarah-darah. Di akhir laga, jagoan akan mendekati kamera dan berpose sejenak. Kadang pedangnya dihunus ke angkasa. Kadang sambil berlutut atau berpangku tangan. Jika pada masa itu sudah ada hape berkamera, mungkin si jagoan akan secepatnya selfie dan menguploadnya ke jejaring sosial. Tak ada yang salah dengan itu, karena aspek drama dan entertain memang jadi hal penting dalam serial televisi.
Nah..tentulah ada pesan moralnya. Secara umum, kebaikan selalu menang. Yang lemah harus diselamatkan. Yang kuat harus melindungi. Anak-anak akan pulang dengan membawa doktrin itu. Perihal banyak adegan yang tak masuk akal, siapa peduli. ***
Dari layar kaca, marilah kita meloncat kembali ke dunia nyata. Konteksnya sudah jelas, bahwa penjahat pasti ada di alam Indonesia ini. Walaupun tak berwajah monster dan datang dari planet lain, mereka tetap saja penjahat. Selalin penjahat, tentu ada yang menjadi pembasmi kejahatan. Walaupun bukan manusia super, mereka tetap saja pembasmi kejahatan. Hanya saja latar belakang dan jalan ceritanya jelas berbeda. Penjahat di dunia nyata jelas jauh lebih penuh perhitungan dan pembasmi kejahatan di dunia nyata juga kerap salah perhitungan.
Penjahat di dunia nyata tidak sepengertian monster di televisi. Mereka tidak menunggu akrobat atau koreografi sebelum jagoan turun ke medan laga. Sedikit saja jagoan terlena atau buang-buang waktu untuk hal tak berguna, mereka akan menyerang balik. Ketika pembasmi kejahatannya sibuk narsis dan bergaya, penjahat akan bangkit lagi dan menikam dari belakang.
Itulah perbedaannya dan tersirat ada pesan moralnya. Di dunia nyata, kita tak membutuhkan pahlawan yang sibuk akrobat, narsis dan mementaskan koreografi. Kita butuh pahlawan yang siaga tiap detik dan menit, tanpa memikirkan pencitraan atau bercita-cita untuk tampak keren.
Tak perlu akrobat dan koreografi, sebab ita sudah memiliki satria baja hitam dan power rangers, yang sekeren-kerennya mereka tetap saja dilihat sebagai karakter fiktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H