Mohon tunggu...
Adi Wahyu Permana
Adi Wahyu Permana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tiada Kata Gagal, Sebelum Datang Ajal...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik dan Sosial Media

12 Oktober 2014   08:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:23 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413051175850190216

Sosial media, tentunya anda sudah tahu kan. Apalagi anda yang sering beraktifitas dengan internet. Pastinya tidak asing lagi dengan hal yang satu ini. Mulai dari Facebook, Twitter, Foursquare, G+, LinkedIn, dan masih banyak lagi.

Akhir-akhir ini pengguna sosial media berkembang pesat, apalagi dengan kondisi saat ini yang dibarengi dengan teknologi yang semakin maju. Pengoperasian sosial media yang sangat mudah hanya dengan sentuhan jari-jari di gadget saja. Sosial media berhasil merebut perhatian masyarakat Indonesia, buktinya saja Indonesia menduduki peringkat ke 5  dengan pengguna sosial terbanyak di dunia.

Penggunaan sosial media pun bervariasi, ada yang untuk mencari teman lama/teman baru, untuk berkomunikasi, untuk media promosi bisnis online, untuk bermain game di sosial media, dan ada juga untuk kepentingan politik.

Ya, sosial media dengan kehidupan politik di Indonesia. Hadirnya sosial media ini tentunya mewarnai kehidupan politik di Indonesia. Akhir-akhir ini tak jarang juga berita-berita serta isu-isu politik yang diperbincangkan di sosial media. Bagaimana tidak, dengan persentase pengguna sosial media di Indonesia yang mencapai sekitar 20% dari jumlah penduduk di Indonesia menjadi sasaran empuk bagi kehidupan politik. Apalagi di tahun ini, tahun 2014 merupakan tahunnya politik di tanah air Indonesia. Sosial media dibanjiri dengan akun-akun penggiat politik. Mulai dari kegiatan kampanye, pencitraan tokoh politik dan partai politik, isu-isu politik untuk mendongkrak ataupun menjatuhkan elektabilitas golongan-golongan, serta ada pula Kampanye hitam (Black campaign).

Kita kembali ke pemilu kemarin, Sosial media dipenuhi oleh kampanye-kampanye tokoh politik dan partai politik, Sosial media diyakini mampu mempengaruhi para pemilih secara umum, bisa dibuktikan dengan Pilkada DKI 2012 yang lalu,  banyak berbagai lembaga survey menyatakan Foke-Nara secara elektabilitas lebih unggul daripada Jokowi-Ahok, tetapi trending topic di sosial media mengukur posisi Jokowi-Ahok lebih unggul dibanding kandidat lainnya. Dan pada akhirnya Jokowi-Ahok yang menjadi pemenang. Dengan hal itu bisa membuktikan kekuatan sosial media dalam hal pemilihan umum.

Dan banyak juga para oknum yang tidak bertanggung jawab menyalahgunakan fungsi dari sosial media dengan melakukan Kampanye Hitam. Jujur saya risih dengan hal ini, karena sesungguhnya hal ini di luar dari etika politik. Banyak hal dilakukan  untuk menjatuhkan lawan politik dengan isu, gambar, atau gambar yang tidak sesuai dengan fakta dengan tujuan untuk merugikan dan menjatuhkan orang lain.

Di Pemilu 2014, kembali menyajikan persaingan yang cukup atraktif dan impresif. Bukan hanya dilihat secara nyata, persaingan ini menarik untuk disaksikan ketika anda berada dalam dunia maya. Ya walaupun memang banyaknya kampanye gelap yang ada di dunia maya. Sangat disayangkan memang ketika kegiatan yang diawali dengan niat baik tapi justru malah berisikan hal-hal negatif dan tidak

Belum lama ini sosial media juga dihebohkan dengan hal-hal pemerintahan dan politik. Lebih jelasnya di situs sosial media Twitter. Twit dan hashtag yang diduga ditujukan untuk Presiden Republik Indonesia. Dengan hanya jangka waktu semalam, bisa menduduki TTW (Trending Topic Worldwide). Tentunya anda juga pasti tahu dengan kabar itu. Ya, itu adalah hashtag #ShameOnYouSBY. Kicauan pengguna Twitter tersebut dikarenakan kekecewaan masyarakat terhadap Presiden SBY yang tidak konsisten dalam menangani kebijakan mengenai RUU Pilkada, serta ditambah lagi dengan walk outnya fraksi demokrat   dari sidang paripurna di DPR pada tanggal 26 September 2014 yang lalu.

Setelah hal itu menjadi trending topic, tetapi tiba-tiba hilang dan muncul kembali menjadi #ShameByYou. Namun tak lama juga hashtag tersebut dihapus oleh pihak twitter dikarenakan menimbulkan kontra dari pemerintah. Mengingat itu juga bisa mencemarkan nama baik juga.

Setelah berselang 1 minggu dari sidang RUU Pilkada, muncul lagi isu politik di sosial media yang tak kalah menariknya dari #ShameOnYouSBY. Mucul di twitter juga, hashtag #saveceupopong menjadi tren ketika terjadi kericuhan dalam rapat pelantikan anggota legislatif serta pemilihan ketua DPR periode 2014-2019. Siapakah ceu popong tersebut? Ceu Popong adalah nama akrab dari Popong Otje Djundjunan. Beliau adalah salah satu anggota DPR tertua di periode sebelumnya dan periode saat ini. Dalam rapat paripurna tersebut, beliau didaulat menjadi ketua sidang yang bertugas memimpin persidangan.

Memang sangat disayangkan, sidang paripurna berjalan tidak kondusif dan ricuh. Sama seperti persidangan-persidangan sebelumnya. Memang tak pantas perwakilan rakyat bertindak seperti itu. Bahkan Ceu Popong yang memimpin sidang, juga sempat kehilangan palu sidang. Bagaimana bisa seorang pemimpin sidang bisa kehilangan palu sidang? Hal yang memprihatinkan tapi juga menimbulkan kelucuan juga. Di sosial media pun menjadi hangat diperbincangkan. Sehingga menjadi Trending Topic juga.

Secara tidak langsung, sosial media bisa membuat orang terkenal dalam sekejab saja, entah itu menimbulkan pemikiran positif ataupun negatif bagi pengguna sosial media yang lainnya.

Opini publik di sosial media merupakan bentuk hak untuk mengeluarkan pendapat. Mereka berhak mengeluarkan opini, baik itu kritikan ataupun saran. Semua orang berhak mengeluarkan pendapatnya apalagi terkait akhir-akhir ini pemerintahan kita yang cenderung kurang harmonis.

Kita tidak bisa melarang mereka untuk menyampaikan opini-opini di sosial media. Karena hanya dengan itulah mereka bisa berpartisipasi/mengeluarkan pendapatnya sekalipun itu berisi kritikan dan hujatan untuk orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan. Dikarenakan jarang juga aspirasi masyarakat didengar ataupun direspon oleh pemerintah. Banyak masyarakat lebih senang memberikan pendapat lewat sosial media terhadap isu-isu politik yang ada di negeri ini, dikarenakan dengan sosial media mereka lebih mudah beropini dan mendapatkan feedback dari pengguna lainnya.

Keaktifan masyarakat di sosial media dalam hal pemberitaan pemerintahan dapat disebut sebagai partisipasi dan kepedulian mereka terhadap Kehidupan Politik di Indonesia, ya memang walaupun terkadang hanya berisi opini yang tidak bermanfaat. Namun kembali ke rakyat yang menjadi pengguna sosial media, mereka berhak memposting apa saja yang mereka anggap benar.

Apakah hal ini dapat menjadi fakta, bahwa sosial media sangat berpengaruh penting akan politik di Indonesia?

Kita tunggu hal-hal menarik lainnya dari dunia politik di sosial media…

Jayalah Indonesiaku Tercinta…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun