Mohon tunggu...
AdityoKristoforus
AdityoKristoforus Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seminari Menengah Santo Paulus Palembang

Hidup itu air. Ketika kita setia, maka hidup akan mengalir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Inspiratif Seorang Tukang Becak

22 Maret 2019   19:59 Diperbarui: 22 Maret 2019   20:24 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berjuang di tengah kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Banyak masyarakat yang mulai beralih dari tradisi lama mengikuti perkembangan zaman dan arus globalisasi.  Masyarakat lebih memilih cara instan dibandingkan cara tradisional, karna dinilai lebih cepat dan efektif. Perkembangan teknologi dapat membawa ke arah positif maupun negatif tinggal bagaimana kita harus menyikapinya.

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi masih ada beberapa sosok masyarakat yang tidak terpengaruh dan tetap mempertahankan prinsipnya, salah satunya adalah bapak Parman ketika kami temui di simpang depan Universitas IBA, Palembang, Sumatera Selatan(20/3/19).

Bapak Parman adalah seorang perantau berumur 68 tahun asal pulau Jawa. Beliau memulai perjalanan menuju ke kota Palembang meninggalkan istrinya di Jawa pada tahun 1972. Awal datang ke kota Palembang, pak Parman bekerja sebagai pedagang pempek, belum lama dia bekerja pada tahun 1973 pak parman harus kembali ke pulau jawa karna istrinya akan melahirkan. Setelah istrinya melahirkan beliau kembali lagi ke kota Palembang untuk melanjutkan usahanya berdagang pempek, beliau berdagang pempek selama 12 tahun. Pada tahun 1984 beliau beralih profesi dari pedagang pempek menjadi tukang becak, profesi itulah yang hingga kini masih dijalani oleh pak parman.

"Saya saja cuma tamatan SD mau cari kerja susah dan jadi tukang becak adalah pilihan terakhir" jawab pak Parman , ketika kami tanya mengapa bapak memilih menjadi tukang becak?.

Ketika kami tanya Apakah dengan menjadi tukang becak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari bapak? "Bisa, yang penting itu kalau bekerjaitu ditaati, diyakini, jangan lupa dengan Allah dan selalu disyukuri berapapun hasilnya" jawab beliau. Pak Parman adalah orang yang sederhana dia hidup mandiri makan sendiri, tidur sendiri, dan bekerja sendiri. Beliau tinggal di daerah Mandinor dirumah kontrakan yang harga sewanya Rp.300.000,00/bulan. Bahkan pernah dalam satu hari dia tidak mendapat penumpang tapi itu tidak masalah baginya.

Dengan majunya teknologi sekarang banyak muncul ojek online, bagaimana pendapat bapak merasa tersaingi atau tidak? "Sedikit, rejekikan sudah ada yang ngatur yang penting kita itu harus tetap yakin dan percaya" ujarnya.

Kami juga bertanya apakah bapak mengalami suka duka sepanjang menjalani profesi sebagai tukang becak? "Saya sangat suka menjalani profesi ini karna bagi saya menyenangkan sedangkan kalau duka, saya berduka ketika orangtua saya meninggal pada tahun lalu.

Apakah bapak memiliki rencana untuk berhenti bekerja? "Iya, puasa tahun ini saya akan pulang ke jawa dan tidak kembali lagi kesini, ketika kami tanya alasannya ternyata karna disuruh anaknya untuk beristirahat dirumah dan membantu berjualan di toko istrinya. Anaknya adalah seorang guru. Beliau bercerita kepada kami alasannya merantau selama ini karna dia tidak mau merepotkan anak dan istrinya selagi beliau masih sehat beliau akan terus bekerja.

Karna melihat semangat pak Parman membuat kami penasaran apakah dia mempunyai resep kesehatan? "Saya itu sudah tua jadi harus menjaga pola makan mengurangi makan kacang-kacangan, bayam, dan mengurangi makan minyak-minyakan yang mengandung kolestrol dan asam urat.

Sebenarnya kami ingin bertanya lebih banyak lagi tapi karna beliau mendapat telepon dari pelanggannya yang meminta untuk dijemput jadi, beliau harus pergi. Tapi sebelum pergi beliau sempat berpesan kepada kami "Jangan melanggar aturan pemerintah dan aturan agama, semua agama itu sama, harus tetap yakin dan yang terpenting jangan lupa dengan Allah". Setelah itu kami mengucapkan terimakasih  kepada pak Parman karna mau memberikan waktunya untuk sedikit berbagi dengan kami. Kami juga memberi semangat dan berpesan kepada pak Parman agar dia berhati-hati dalam perjalanan, lalu beliau pergi.                                                                                                                                 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun