SAYA MEMBELA PRABOWO SUBIANTO
Prabowo Subianto atau lebih terkenal dengan Prabowo saat ini menjadi musuh bersama dalam pertarungan wacana. Tuduhan anak emas orde baru, Jendral bertangan besi, Hipokrit kekuasaan, rasanya kurang pas jika tidak dilekatkan kepada dirinya. Saya semakin terkejut ketika sebuah NGO yang bergerak di bidang lingkungan harus kembali mengingatkan tentang siapa, dan peristiwa apa yang sudah Prabowo lakukan. Namun, kali ini saya tidak sepakat dengan orang – orang yang menuduh dan menjadi lawan – lawan politik Prabowo. Setidaknya argumen saya adalah selama ini tuduhan – tuduhan terhadap Prabowo mengarah pada person semata, disini saya mencurigai telah terjadi demokrasi yang tidak sehat dimana pertarungan politik tidak di dasari oleh gagasan melainkan permasalahan personal. Singkat cerita, tidakan – tindakan tersebut adalah sebuah pembunuhan karakter pastinya sangat tidak santun , dan cerdas dalam politik. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa lawan – lawan politik Prabowo menyerang secara personal? Saya punya keyakinan bahwa Prabowo memiliki gagasan yang bernas untuk Indonesia, sehingga seluruh lawan – lawan politiknya harus mengarahkan seranganya kepada dirinya semata. Mari kita teliti secara saksama!
Pertama , Kegagalan Demokrasi Liberal. Demokrasi liberal adalah demokrasi yang mengedepankan nilai individu dengan menghilangkan dimensi kesejahteraan. Artinya, Tujuan demokrasi tidak lagi kepada kesejahteraan melainkan kebebasaan individu semata. Kebebasan individu dalam politik real tidak lain adalah sebuah hasrat untuk berkuasa semata dengan menghilangkan tujuan utama kita bernegara yaitu menciptakan kesejahteraan. Sehingga saya semakin bertanya apakah Ratu Atut memang memiliki niat untuk membuat sejahtera rakyat banten atau sebuah hasrat oligarki semata, kita tidak perlu menjawabnya secara lama kita sudah memiliki jawaban yang sama dengan nilai kebenaran yang sama.
Kedua, Kegagalan Kapitalisme. Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang tunduk pada pasar. Implikasinya adalah Negara harus tunduk kepada pasar. Secara politik kita sudah melaluinya melalui tanda tangan Gita Wirjawan yang menyepakati Impor beras. Kondisi tersebut menyebabkan masalah utama dalam bernegara yaitu kemandirian. Bagaimana kita mau mandiri jika kita harus impor, selain itu kita juga telah melanggar konstitusi kita sendiri yang mengatakan dengan tegas bahwa ekonomi harus dijalankan oleh Negara untuk kepentingan bersama, serta koperasi menjadi soko guru dalam pembangunan ekonomi kita. Hal inilah yang menjadi pembeda Prabowo dengan yang lain, Ia secara tegas akan menjalankan kembali konstitusi kita dengan menjalankan Ekonomi kerakyatan. Saya kembali teringat dengan gagasan Muhammad Hatta bahwa Demokrasi politik saja tidak cukup dan terpenting adalah demokrasi ekonomi, disinilah saya melihat fondasi politik dan fondasi berfikir Prabowo sejalan dengan pesan para pendiri bangsa kita.
Ketiga, Penolakan Hutang. Staff Ahli Ekonomi SBY mengatakan dengan bangga Kenaikan Hutang Negara kita mencerminkan peningkatan ekonomi kita. Logikanya sederhana tidak perlu harus kuliah di luar negri, jika ketika mahasiswa kita punya hutang Rp 5.000 dengan pendapatan 0 sementara disaat kita punya pendapatan Rp 4.000.000 kita punya hutang Rp 400.000 maka hutang tersebut masih sedikit dari pendapatan kita. Sayangnya jika argument tersebut kita gunakan mengapa kita tidak terus saja berhutang tidak perduli berapa pendapatan kita. Prabowo mengatakan ia akan menolak hutang dan melakukan penjadwalan hutang. Terlebih lagi Ia menambahkan akan menjadwalkan hutang yang di korup oleh rezim sebelumnya. Bisa kita bayangkan implikasi politiknya jika hal tersebut dilaksanakan pertama ekonomi kita akan semakin sehat, kedua mereka yang melakukan korupsi dengan atas nama hutang Negara akan ditindak secara hukum. Siapapun orangnya baik itu Politisi , bekas mentri , bekas Presiden, bahkan bekas cukong hitam sekalipun seperti Edi tansil , beserta Lippo Group dapat kita adili!
Keempat, Kepemimpinan yang kuat. Prabowo Subianto ketika dalam satu wawancara dengan Aljazera TV di kritisi dengan sinis tentang Kepemimpinan yang kuat. “Mengapa anda percaya dengan kepemimpinan yang kuat , bukankah Rakyat lebih memilih keterbukaan ketimbang kepemimpinan yang kuat?”. Setidaknya menurut saya makna lain dari pertanyaan tersebut adalah adanya ketakutan bahwa kepimpinan yang kuat akan berujung pada pemerintahan totaliter, hal tersebut sangat jauh dengan nilai demokrasi yang kita anut saat ini. Namun kita juga harus bertanya mengapa tindakan Bush paska terjadi serangan terorisme memberlakukan undang – undang pertahanan yang membolehkan seseorang di hukum karena membahayakan rakyat Amerika tanpa harus melalui proses peradilan, atau Tindakan Amerika yang melakukan Invasi terhadap Negara – Negara Islam atas nama Demokrasi. Hal lain seperti tindakan Margaret Thatcer melakukan invasi terhadap satu pulau yang dalam sengketa namun diakui daerah kedaulatan Inggris. Sikap yang sama juga dilakukan oleh Soekarno dalam kasus sengketa terhadap Malaysia. Mereka mungkin dapat berkilah tetapi tidak dapat membantah bahwa kepemimpinan yang kuat harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Saat ini kita telah melewati kepemimpinan yang tidak tegas dari SBY melalui beberapa kasus seperti dengan Malaysia, Australia dan Amerika. Saya tidak ingin hal tersebut terulang kembali karena dua hal , pertama nama Indonesia semakin tidak dihargai kedua manusia Indonesia juga semakin dipandang rendah.
Kelima,Raja – Raja kecil daerah. Otonomi Daerah yang hadir paska reformasi melahirkan para raja – raja kecil. Raja – raja tersebut hadir melalui pemilihan demokratis semu melalui pemilu. Mereka dapat dengan mudah memenangkan pemilu melalui dukungan finansial , jaringan kekerabatan , bahkan melalui intimidasi dengan para preman. Mereka tidak hanya memenangkannya dan menjadi raja melainkan mereka dapat menggunakan kekuasaan secara massif dan pasti bertindak korup. Fakta terjadi Ratu Atut melakukan korupsi dan masih tetap dibela oleh Gamawan Fauzi. Apa yang akan dilakukan Prabowo? Ia mengatakan akan meninjau ulang tentang undang – undang otonomi daerah yang melahirkan Raja – raja kecil. Bahkan Prabowo akan membuat satu undang – undang yang akan memudahkan rakyat akan menuntut para pejabat yang melakukan tindakan korupsi dan bertindak sebagai Raja – Raja daerah. Saya yakin tidak hanya sampai disitu, Prabowo akan melakukan tindakan hukum yang tegas kepada raja – raja kecil tersebut. Hal yang istimewa jika kita bayangkan beberapa raja – raja kecil tersebut justru dimotori oleh beberapa partai nasionalis, seperti PDIP, Golkar, Demokrat dan PKS. Satu petir di siang hari bolong!
Keenam, Kegagalan Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia adalah prinsip yang menempatakan adanya jaminan dan kesetaraan sesama manusia. Sifatnya memang baik dan memiliki kadar yang radikal yaitu kesamaan kita sebagai rakyat dengan para pejabat. Artinya pejabat tidak dapat melakukan tindakan arogan terhadap rakyat apalagi menggunakan senjata. Namun HAM lahir bukan tanpa kepentingan. Jika saja kita mau jujur siapa yang mendanai LSM di Indonesia untuk gigih memperjuangkan HAM. Kemudian , Negara manakah yang serius melakukan propaganda HAM namun justru melalukan pelanggaran HAM terbesar di dunia. Satu Kata Amerika! Apakah solusinya Prabowo mengatakan masalah utama ada di sistem Hukum. Selama ini sistem hukum kita tumpul terhadap kaum atas sementara tajam kepada kaum bawah. Sistem hukum dengan mengedepankan prinsip semua sama di mata hukum. Hal ini jauh lebih penting ketimbang kita harus menuduh seseorang melakukan tindakan pelangar HAM padahal seluruh proposal gagasanya dibiayai oleh Asing, apakah kita mudah berkata ini demi HAM.
Saya bukan seorang kader partai Gerindra, sekalipun saya pernah mengenyam indahnya ideology wong cilik. Akan tetapi saya melihat Prabowo sebagai sosok pemimpin yang punya visi perubahan yang jelas yaitu membangun pemerintahan yang kuat dengan ekonomi kerakyatan serta dilandasi oleh semangat nasionalisme yang kokoh. Saya yakin hal itu menjadi ketakutan utama lawan – lawan politik Prabowo. Maka menjadi masuk akal serangan terhadap Prabowo sifatnya selalu personal. Bagi saya justru itu bukan tindakan demokratis. Terlepas dari hal itu Saya Membela Prabowo!
Sejak kecil saya membaca pidato Soekarno yang berani menggugat penjajahan dan kekuatan Barat yang menjajah mencengkram Indonesia baik sebelum merdeka maupun sesudah merdeka. Bung Karno mengajarkan saya bahwa sifat penjajahan tidak akan selesai sekalipun kita sudah merdeka. Bung Karno konsisten dengan apa yang ia pilih , ia bahkan menolak Indonesia dilecehkan oleh Malaysia dan Negara lain. Saya merindukan masa – masa itu. Saya yakin Prabowo akan membawa Indonesia kembali bermartabat di mata dunia.
Saya menyerukan siapapun yang merindukan masa itu, Prabowo adalah pilihan yang tepat. Pemilu 2014 kita bukan hanya memilih foto sesorang namun kita akan memilih apakah kita akan tetap menjadi dipandang remeh atau kita akan dipandang secara sejajar di mata dunia. Saya memilih lebih baik kita dipandang secara sejajar di mata dunia ketimbang kita harus tunduk dengan alasan sebuah projek demokrasi. Sekali lagi Saya membela Prabowo!
[Tulisan ini saya tujukan kepada siapapun yang percaya bahwa Indonesia di hargai secara sejajar oleh bangsa lain masih mungkin ketimbang kita harus tunduk kepada mereka dengan alasan demokrasi. Siapun kalian inilah saatnya, kesempatan itu nyata dan ada di depan mata kita, Go To hell with your Aid!]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H