Sebuah Band Hardcore Jakarta yang lahir dari embrio perlawanan Reformasi yaitu Dirty Edgekini menunjukkan taringnya lagi melalui Album baru mereka yang berjudul“Reuniting The Families”. Kini mereka tetap konsisten berada di arus perlawanan politik dalam alunan musik.
Salah satu hits mereka yang berjudul Ibu Kota Kami Punya mengidupkan kembali symbol perlawanan bang Pitung dalam menumpas para kompeni belanda: ” O…. Bang Pitung lihatlah kota kita sekarang, kesewenang-wenangan masih ada dimana-mana, bangkitlah-bangkitlah, berilah pelajaran kepada para penguasa kota yang tak memiliki hati nurani, tekuklah! leher semua pamong yang berperilaku mirip penjajahnya dulu, patahkan! leher semua pamong yang berperilaku mirip penjajahnya dulu”.
Tidak hanya sampai disitu , Dirty Edge dalam lagu Ibu Kota Kami punya menggunakan kata centeng untuk menggambarkan sebuah kekuatan yang sangat besar yang bertujuan untuk menjaga satu daerah dari gangguan belanda: “Kami , kami , Centeng Jakarta, meski dipinggirkan tetap melawan sebab kami ada”.
Pada bait Ketiga Akhir, Dirty Edge mengungkapkan dengan gamblang arti dari centeng yang tidak lain adalah rakyat itu sendiri : “Segenap rakyat pemilik sah kota ini, serukan kepada mereka para penguasa agar berhati-hati dalam mengemban amanat, tegaskan kalau itu bukan hadiah. Berhati-hati dalam mengemban amanat, tegaskan kalau itu bukan hadiah”.
Sehingga kita dapat menyimpulkan perlawanan Politik Dirty Edge bahwa Pemilik Kota adalah rakyat , rakyat pula yang menjadi centeng bahkan Rakyat pula yang dapat menurunkan satu pemerintahan! Perbedaanyaan adalah jika dulu ada centeng melalui bang Pitung kini semua rakyat adalah centeng, Ia adalah si Budi tukang becak, si Tono tukang ojek, si Bunga kupu kupu malam.
Pada Official Youtube mereka, Ibu Kota Kami Punya telah mendapatkan 6.404 orang yang menonton , dan sudah tidak terhitung pula banyak orang yang memposting Hits mereka dalam sosial media seperti Facebook dan Twitter. Bahkan lagu mereka juga di terima oleh kalangan penggila Sepakbola Jakarta. Bukan tidak mungkin satu saat nanti kita menyaksikan demonstrasi – demonstrasi besar di iringi lagu Ibu Kota Kami punya, jika perlu revolusi besar berasal dari lagu tersebut.
Kini mereka bukan hanya kembali tetapi juga telah bangkit, dan kebangkitan mereka sebuah sinyalemen politik perlawanan dari sebuah musik. Hal tersebut terbukti ketika Manager Marketing Movement Record sedikit mendapatkan interograsi (5/5). Pihak kepolisian beranggapan bahwa beberapa lagu Dirty Edge memiliki unsur bahaya Laten. “Ada ancaman dari Lagu Dirty Edge yang dapat menggangu stabilitas Negara, Salah lagu tersebut adalah Ibu Kota Kami Punya”, papar Ferly Manager Marketing Movement Records.
Kebangkitan mereka juga di bantu oleh beberapa pihak seperti Movement Record yang menaungi mereka, Locos Musik sebagai rumah asal mereka, dan OFFHOOL Indonesia sebuah fashion lokal yang sudah lekat dengan supporter sepakbola Jakarta dan Komunitas Musik Jakarta.
Sebagai catatan , 1 Mei 2014 Dirty Edge telah mengeluarkan Album baru mereka “Reuniting the Families”. Peluncuran tersebut bersamaan dengan hari buruh sedunia , dan bertepatan dengan Iklim Politik yang sedang memanas. Sangat tidak mungkin jika kita tidak mengatakan tidak ada nuansa perlawanan Politik dalam Dirty Edge bahkan kita perlu apresiasi Kebangkitan mereka saat ini menandakan Kebangkitan Perlawanan Politik
Anggoro Saragih-- Alumni Filsafat UI, Mantan Penanggung Jawab OFFHOOL, Pengamat Politik level Kabupaten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H