Mohon tunggu...
adityawijaya
adityawijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

Just for learning

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serangan Fajar : Berkah Sehari atau Kutukan 5 Tahun?

5 Desember 2024   06:32 Diperbarui: 5 Desember 2024   06:55 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik uang (sumber : iStock by Getty Images, Pinterest)

Salah satu contoh nyata adalah kasus yang terjadi di Bengkulu, di mana Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan sebuah amplop berisi uang yang diduga akan digunakan oleh Gubernur Rohidin Mersyah dalam praktik serangan fajar. Kasus ini menunjukkan bahwa meskipun sudah banyak dibicarakan, praktik serangan fajar masih berlangsung di berbagai daerah pemilu.

Masyarakat cenderung lebih memilih uang karena insentif finansial memberikan manfaat langsung dan terlihat dalam jangka pendek. Banyak pemilih, terutama dari kalangan ekonomi lemah, melihat uang sebagai jalan keluar sementara untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. 

Dibandingkan dengan kebijakan jangka panjang yang belum tentu memberi hasil langsung, pemberian uang atau barang lebih menarik karena memberikan kenyamanan instan. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan politik menyebabkan banyak pemilih tidak memahami hubungan antara kebijakan politik dan kehidupan mereka. Ketidaktahuan ini memperburuk kerentanannya terhadap godaan politik uang, terutama di daerah dengan akses pendidikan yang terbatas.

Kemiskinan dan rendahnya pendidikan politik memainkan peran penting dalam memburuknya dampak serangan fajar. Masyarakat yang hidup dalam kondisi miskin cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh politik uang karena mereka melihatnya sebagai solusi cepat untuk masalah ekonomi mereka. 

Di sisi lain, rendahnya tingkat pendidikan politik membuat pemilih tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang calon pemimpin dan kebijakan yang mereka tawarkan. 

Hal ini menyebabkan pemilih lebih rentan terhadap solusi instan yang ditawarkan oleh politik uang, tanpa memperhatikan visi jangka panjang yang seharusnya ditawarkan oleh pemimpin. Akibatnya, pemilih yang terpengaruh oleh politik uang berisiko memilih pemimpin yang tidak memiliki kualitas atau integritas, yang pada akhirnya menurunkan kualitas pemerintahan dan mengarah pada pemborosan sumber daya publik.

Politik uang merusak prinsip dasar demokrasi, yaitu bahwa setiap suara pemilih harus memiliki nilai yang setara tanpa dipengaruhi oleh transaksi finansial. Selain itu, politik uang memberikan keuntungan tidak adil bagi calon yang memiliki lebih banyak dana kampanye, menciptakan ketidaksetaraan dalam pemilu. Calon dengan dana kampanye lebih besar dapat lebih mudah menarik suara, sementara calon yang kurang mampu mungkin tertinggal. 

Lebih jauh lagi, politik uang sering kali berhubungan dengan praktik korupsi, di mana politisi yang terpilih merasa berkewajiban untuk mengembalikan dukungan finansial yang mereka terima, dengan membuat kebijakan yang menguntungkan para penyumbang dana mereka. Politik uang juga dapat mengurangi partisipasi pemilih. 

Ketika masyarakat merasa bahwa suara mereka dapat dibeli, mereka kehilangan kepercayaan pada sistem pemilu, yang mengarah pada rendahnya partisipasi pemilih dan merusak legitimasi pemerintah.

Untuk mengatasi masalah politik uang, beberapa solusi dapat diterapkan. Salah satunya adalah melalui peningkatan pendidikan politik kepada masyarakat. Program pendidikan politik yang lebih baik, seperti seminar dan workshop, dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemilu yang bersih dan dampak buruk politik uang. 

Kampanye kesadaran melalui media sosial juga dapat menjadi sarana efektif untuk menyebarkan informasi ini. Selain itu, penegakan hukum yang lebih ketat terhadap politik uang sangat penting. Penerapan sanksi yang tegas, seperti hukuman penjara atau denda berat, dapat memberikan efek jera kepada pelaku. Lembaga independen yang bertugas mengawasi dan melaporkan setiap kasus politik uang juga diperlukan untuk meningkatkan transparansi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun