Tokoh Keenan melakukan perjalanan ke Bali untuk belajar melukis. Ia sangat berdedikasi dengan dunia kesenian. Di Bali, tokoh Keenan menjadi produktif dalam melukis. Inspirasi tokoh Keenan dalam melukis adalah tokoh Kugy.
Dan dirinya hanya bisa diam. Bagaimana bisa ia menjelaskan bahwa semua yang ia lukis adalah karya Kugy di sebuah buku tulis kumal, dan ketika semua kisah dalam buku itu habis ... habislah inspirasinya (Lestari,2012:278).
Hampir semua bab pada novel Perahu Kertas terdapat aksi tokoh Kugy dan Keenan yang menandakan bahwa alur cerita secara keseluruhan novel digerakkan oleh kedua tokoh ini. Alur besar novel ini adalah perjalanan meraih cita-cita dan cinta, digerakkan oleh kedua tokoh yang mempunyai cita-cita yang kuat dibandingkan dengan tokoh lain. Pencarian cinta juga digerakkan oleh kedua tokoh ini. Hampir semua konflik cerita berasal dari aksi tokoh Kugy dan Keenan sehingga kedua tokoh ini menjadi tokoh utama novel Perahu Kertas.
Pada akhir cerita novel, tokoh Kugy dan Keenan akhirnya bersatu dalam pencarian cintanya. mereka dikaitkan oleh sebuah kesatuan yang diciptakan oleh pengarang, yakni radar Neptunus.
- Kritik terhadap penokohan Kugy dan Keenan dalam novel Perahu Kertas
Dewi Lestari menggambarkan tokoh-tokohnya dalam novel Perahu Kertas dengan model deskripsi fisik di awal cerita kemudian di dukung dengan pendapat tokoh lain yang memperkuat karakter sebuah tokoh. Dalam penokohan, Dewi Lestari sangat baik. Ia menggambarkan tokoh dengan jelas dan baik, dengan beberapa metode yakni deskripsi langsung, dialog antar tokoh, aksi yang dilakukan tokoh, dan pandangan tokoh lain. Sama dengan sastra populer lain, Penggambaran tokoh Kugy dan Keenan sangat dekat dengan kehidupan remaja saat ini. Dapat ditelusuri lebih lanjut lagi bahwa ketika menulis novel ini, pengarang (Dewi Lestari) berusia 20 tahun, seumuran dengan mahasiswa, dan menulisnya di Bandung. maka dapat disimpulkan, karakter Kugy dan Keenan merupakan hasil manifestasi dari pengalaman yang dialami Dewi Lestari sehingga memunculkan penggambaran tokoh yang baik.
Konflik-konflik yang diciptakan tokoh dapat diketahui dengan mudah alasannya. Karakter tokoh terlihat stereotip dengan dunia remaja saat ini. Namun, keahlian Dewi Lestari memperkuat tokoh dengan karakter yang jelas membuat novel Perahu Kertas memiliki nilai sastra yang baik dibandingkan dengan karya sastra genre populer lainnya, yang hanya sekedar menghibur saja. Unsur didaktis yang diciptakan oleh aksi tokoh Kugy dan Keenan berhasil disampaikan oleh Dewi Lestari.
Tokoh Kugy dan Keenan yang digambarkan pengarang mempunyai cita-cita dan memiliki kemauan yang besar dalam mewujudkannya dapat menjadi bahan perenungan oleh pembaca, terutama remaja karena sesuai dengan usia tokoh. Dewi Lestari sangat baik pula dalam menggambarkan perjalanan kedua tokoh utama ini dalam menggapai cita-cita dan cintanya. Berbagai konflik, yang sebetulnya ringan dan klise, dapat dibuat menarik dan dapat memainkan emosi pembaca.
Hanya saja yang kurang dalam penokohan di sini adalah kurang bebasnya pembaca menginterpretasikan sebuah tokoh. Pembaca akan dengan mudah menggambarkan tokoh, di sisi lain menguntungkan, sehingga kurang adanya variasi interpretasi tokoh. Contohnya pada tokoh Ajo Sidi pada cerpen “Robohnya Surau Kami”, pembaca cerpen tersebut akan memunculkan banyak interpretasi yang berbeda-beda satu dengan yang lain pada tokoh Ajo Sidi. Namun, melihat dari genrenya, hal itu wajar karena novel Perahu Kertas termasuk dalam sastra populer yang memiliki ciri umum mudah dikenali, mudah ditebak, dan sedikit terjadi multi interpretasi.