Mohon tunggu...
Aditya Wicaksono
Aditya Wicaksono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

SASTRA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Bersemi di Kelas IPS (Part 2)

23 Desember 2013   09:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:35 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Deburan ombak memecah ke tepi pantai, terlihat seorang disana duduk diatas batu karang, melihat tarian ombak, meskipun terik. Pikiranya nampak kosong. Rambutnya terembus angin, yang semakin membuat tampak berantakan. Kacamatanya terbias silau mentari, ia masih berdiam, memikirkan sesuatu...

Januari 2012

“kamu mau es krim?” tanya Landi menawarkan es krim pada Pradipta

“hee...?” jawab Pradipta

“kamu kenapa sih lama-lama makin berubah?”

“endak...justru kamu yang tiap hari makin cuek aja sama aku”

“cuek gimana? Kalau kamu diem terus, mana aku tahu apa maumu?”

“yaudah deh terserahmu”

Kini, entah siapa yang berubah. Entah Landi, entah Pradipta, atau keduanya. Semakin lama waktu, semakin renggang hubungan antar keduanya. Entah.

“plis, kasih tau aku kenapa kamu? Ada masalah apa?” tanya Landi

“aku nggak tahu Lan” air mata Pradipta perlahan membasahi pipinya

Sebenarnya rasa tak nyaman mulai ada di benak Pradipta pada Landi, tapi sebisa mungkin Pradipta menyembunyikan perasaanya saat ini agar Landi tak kecewa, ia tak mau membuatnya kecewa.

***

“kenapa kemarin aku ajak ke Pantai nggak mau?”

“kan udah aku bilang, aku ada urusan penting”

“oh jadi kamu anggap aku gak penting...”

“bukan begitu Vi, kakakku kecelakaan waktu itu, jadi aku harus ke Jakarta dulu”

“kan udah ada papa mama kamu, kamu udah gak sayang sama aku?”

“......”

“jawab Fan, kamu udah gak sayang sama aku?”

“...”

“kamu kok diam aja.. kamu memang gak peka, aku tuh pengen kita berdua ke Pantai, akhir-akhir ini kita udah jarang jalan bareng lho...kamu malah gitu”

Akhirnya Irfan menutup teleponnya.

“halo..halo...dasar...arghhh..!!!”

“sialan lo, harus gue melulu yang ngertiin lo” gumam kesal Vivi.

Mereka berdua pertama bertemu sejak kelas satu, saling dekat dan menjalin hubungan. Tetapi akhir-akhir ini hubungan keduanya tak harmonis. Irfan menganggap sifat Vivi yang semakin kekanak-kanakan kini, Vivi menganggap Irfan semakin tidak perhatian kini. Dan pada akhirnya, kecocokan tak kunjung jua diantara mereka berdua.

***

Di kelas....

Vivi dan Irfan, Landi dan Pradipta tak saling menatap. Entahlah...

“Sal aku bingung, kenapa dia tambah gak perhatian ke aku, padahal udah 1 tahun pacaran, apa dia udah gak cinta sama aku..ha?” tanya Vivi pada Sally

“udah Vi udah, tenang aja...mungkin ini adalah proses pendewasaan kalian”

“pendewasaan gimana? Aku tu maunya kita kayak dulu lagi.. dia selalu nanyain kabarku setiap saat, perhatian aku..”

“dia kan juga punya kepentingan lain Vi..bukan kamu aja”

“kamu kok malah belain Irfan sih!”

“yah, gue salah ngomong lagi..haduhhh pusiiiing gue.....” gumam Sally lirih.

Di perpustakaan...

“di bolak-balikin aja bukunya...” ujar Irfan

“eh kamu...iya nih lagi bete” jawab Pradipta

“kamu kenapa, mukanya kusut gitu? Ada masalah?” tanya Pradipta

“gak tau juga, aku bingung..kenapa harus punya pacar yang sangat kekanak-kanakan sifatnya” jawab Irfan

“oh lagi berantem sama Vivi...kenapa dia?”

“biasa lah, si Vivi ngambek gara-gara aku tolak ajakanya pergi ke pantai, kakakku kecelakaan.. masak iya aku gak jenguk gara-gara ke pantai sama dia..kan lain kali juga bisa, eh malah dia ngambek”

“kamu tenangi gih, emang cewek itu harus butuh ekstra perhatian..apalagi dari cowoknya”

“tapi cowok juga butuh ekstra pengertian...apalagi dari ceweknya”

Pradipta tersenyum...

Mereka berdua ngobrol panjang di sebuah meja dekat pintu perpustakaan, dari kejauhan tampak akrab, dari kejauhan tampak pula sesosok yang mengamati mereka, Landi.

Bila cinta tak lagi untuku, Bila hati tak lagi padaku

Mengapa harus dia yang merebut dirimu

Bila aku tak lagi untukmu, dan bila dia bahagia dirimu

Aku kan pergi meski hati tak akan rela

***

“bukan Lan, aku beneran gak ada hubungan apa-apa sama Irfan.”

“jangan bohong, kamu tadi mesra-mesra di perpustakaan, berdua lagi..pasti kamu ada apa-apanya”

“nggak gitu Lan, kita Cuma ngobrol biasa kok”

“hal itu gak kamu lakuin sekali, udah beberapa kali aku mergokin kalian berdua...alah kalau kamu gak cinta lagi sama aku, bilang! Kita bisa akhiri semua ini”

“Lan...jangan gitu dong..” tetesan air mata mewarnai suasana ini

“aku tahu, kamu aneh belakangan ini..seperti udah bosen sama aku, yakan?!”

Air mata Pradipta kian deras mengalir “aku cinta sama kamu Lan, kamu pacar pertama aku..”

Dengan keegoisan Landi, ia memutuskan...

“kita udahan aja Pra, mungkin dengan ini akan lebih baik”

“jangan gitu dong....kita bisa mulai dari awal..”

Landi pergi meninggalkan Pradipta, meninggalkan air mata Pradipta yang terbuang sia-sia. Entah apa yang harus dilakukan Pradipta, apakah dia harus sedih? Atau bersyukur dengan kejadian ini. Tapi benar, hati kecil Pradipta sudah tidak menemukan kecocokan lagi dengan Landi. Ia pun mengusap air matanya, dan segera berbalik meninggalkan sekolah.

***

"eh kenapa sih lu dari tadi cemberut aja..ada masalah?" tanya Ido
"oh..endak" jawab singkat Pradipta
"jangan boong dong, ada masalah apa sih?"
selang beberapa detik..
"kadang..cinta itu menyakitkan..menyakitkan sekali. yang rasa sakitnya melebihi apapun. kalau ditonjok preman, mungkin rasa sakitnya gak seberapa dibanding putus cinta." ujar Pradipta sambil menahan air matanya
"hah...elu putus Pra? ya ampun, lu sama Landi udah gue nobatin sebagai pasangan termesra sedunia akhirat masa udah putus!? gue gak percaya"
"kenyataanya iya... tapi jujur deh, dia itu egois. aku gak betah."

***

Sabtu Sore, Februari 2012
di Danau Kawah Putih, Lembang

Terlihat sesosok wanita berkacamata nampak sedang berjalan kearah danau. Di Danau tampak seorang pria mengamatinya dari kejauhan.

"Tuhan...betapa indah karunia-Mu" ujar Pradipta mengagumi ciptaan-Nya

sambil memejamkan mata, menghirup udara panjang dan membuangnya perlahan. Pradipta bergumam

Mungkin memang harus begini.
Mungkin memang ini jalanya.
Meskipun semua tampak kelihatan baik-baik saja.
Aku sering merasa tersesat.
Semoga ada petunjuk arah.

"hei Pra, ngapain disini?"
"eh Irfan, kamu juga ngapain di sini?" tanya Pradipta
"aku kalau lagi stres sering ke sini lagi" jelas Irfan

Pradipta hanya tersenyum

"oh jadi itu masalahmu..sama, aku juga udah putus. habis dia egois, tapi ya sudahlah. semuanya sudah lewat." Pradipta mengobrol dengan Irfan ke tepi danau.
"pada akhirnya nasib kita sama juga, Jomblo" ucap Irfan sambil terkekeh
"hehehe...ya dinikmatin ajalah" ucap Pradipta sambil kakinya mengayun-ayun menyentuh permukaan danau.

Setelah seiring mereka mengobrol bersama, curhat, bercanda, Pradipta menemukan labuhan hati baru, Irfan juga begitu. Ia merasakan sesuatu nan indah kala melihat mata Pradipta. Mereka saling jatuh cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun