Mohon tunggu...
Aditya Wardhani
Aditya Wardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Montir Burung Besi Biru

Tulisan adalah bahasa yang mewakili saat mulut tak mampu berkata-kata

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Itulah Sebenarnya Pintar!

3 Mei 2014   20:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(yang merasa Pintar, silahkan mampir...)

Aku tergelitik untuk menulis sepenggal kisah inspiratif dan motivatif yang baru saja aku alami. Hari ini, harusnya aku sudah bermain bersama teman-temanku. Karena sesuatu hal, akhirnya kami batal mendadak. Kecewa, memang tak bisa dipungkiri. Ya sudah lha, apa mau dikata. Perjalanan ke Bungurasih dengan taksi langganan. Gaya bener pke taksi??? Ya daripada gag diijinin pulang sendiri sama ortu. Hehehe...toh gag tiap bulan juga begini.

Taksi dengan nomer lambung QQ ****. Sopirnya humble dan friendly. Enak diajak tukar pikiran. Dan beliau update berita-berita terbaru. Tiba-tiba beliau bercerita tentang salah satu keluarganya. Begini kisahnya.

“mbak saya punya ponakan kuliah di *** dulunya teknik mesin. Sekarang jadi pilot Garuda” kata beliau memulai topik yang baru.

“oia pak, kok bisa? Bukannya klo pilot itu ada sekolahnya sendiri ya pak?” jawabku.

“iya mbak. Ceritanya dulu itu dia ngelamar di Garuda jadi Engineer. Bagian Keseimbangan Pesawat. Trus entah kenapa, dari sekian Engineer, ponakan saya ditawarin untuk tes pilot. Dan itu lolos. Padahal dia itu tidak ada tertulis di tembok kamarnya untuk jadi Pilot Garuda...” sahut bapaknya.

“wah, hebat ya pak ponakannya. Gimana itu pak dulunya. Kok bisa sehebat itu?” tanyaku lagi.

“Dulu dia tamatan SMA * (unggulan) Sidoarjo. Dia itu anaknya sederhana. Memang mbak, dia ganteng, tinggi. Fisiknya tak ada cacat sedikitpun. Dia anaknya orang bengkel. Ibunya cuma ibu rumah tangga. Dulu dia sekolah dianterin trus dijemput. Kalau TELAMBAT nganter sama jemput, dia pasti marah-marah. Karena WAKTU DIA AKAN HILANG. Dia itu DISIPLIN mbak. Dan gag pernah MENYIA-NYIAKAN waktu. Dia selalu BELAJAR, belajar dan terus belajar. Dia tiap hari MENYEMPATKAN waktu 1 jam untuk benar-benar MENDALAMI ISLAM. Dia berlibur hanya minggu aja. Dan itupun pagi-sore. Selanjutnya belajar agama dan belajar kuliahnya. Dia hangout malam-malam hampir tidak pernah. Ngajinya bagus mbak. Dia pandai bahasa Inggris, Arab dan Mandarin. Dia juga organisasi di kampusnya dulu. Sekarang mbak, dia udah punya mobil dan rumah dikawasan elite. Padahal umurnya masih muda. Dia juga bisa milih tidur di hote manapun, tapi gag ada yang dia pingin. Meskipun dia dianter sama dijemput, dia tetep aja gag main kemana-mana. Benar-benar fasilitas itu untuk dia dinas. Tiap datang anak gadis ke rumahnya, dia gag pernah menemuinya langsung. Dia selalu mengajak ibunya. Meminta tolong ibunya untuk menemui. Anehnya mbak, dia belum ada yang tertarik satupun. Padahal yang dateng cantik-cantik mbak. Klo yang dateng laki-laki, dia baru yang menemui sendiri. Ada keunikan dari dia mbak. Jika dia dapet jatah libur terbang, dia berusaha DATANG KE GURUNYA HANYA UNTUK SUNGKEM dan TERIMA KASIH. Itu rata mbak. Dari dia TK sampai di kampusnya sana. Giliran mbak. Dia bilang ke saya, dia gini juga karena kesabaran gurunya. Selain itu dia juga hobi syukuran mbak klo habis terbang. Suka bagi-bagi rezeki ke orang-orang.” Cerita bapak itu panjang lebar.

“memang pantas pak, kalau sekarang dia seperti itu.” Jawabku.

“iya mbak. Low profile dia. Trus gag neko-neko (gag macem-macem, teguh pendirian). Dia juga sekolah itu milih sendiri. Dia mau yang unggulan. Soalnya diapa-apakan yang namanya pendidikan itu mempengaruhi pola pikir. Dan kalau unggulan, pasti pikirannya juga ikut-ikut unggul. Saya salutnya itu, dia itu TAHU BALAS BUDI dan DISIPLIN dan MENGHARGAI WAKTU.” Balas bapaknya.

Waaawww... aku speechless dengernya. Jujur ya, aku masih hobi main. Aku masih hobi bersantai. Dan dari cerita bapak itu aku termenung. Memang dia pantas untuk mendapatkan semua itu. Amat sangat pantas. Memang benar KATA GURU NGAJI dulu, “ORANG PINTAR DAN BERUNTUNG ADALAH ORANG YANG MENGHARGAI APAPUN ITU, TAK TERKECUALI GURUNYA.” Kata-kata itu masih nempel bahkan membekas dikupingku. Dan memang iya, terbukti sudah. Dari beberapa kejadian. Orang-orang yang pintar itu, selalu inget gurunya. Menyapa, memberi salam, mencium tangannya, dan atau sekedar memberi sekedarnya apapun itu. Aku juga ngebandingin, temen-temenku yang pinter dari sekolahku, dan sekolah lain. Sekolah lain yang notabene mereka sudah pintar, memiliki segalanya, dia lebih hormat ke gurunya, lebih santun ke gurunya daripada anak pintar yang dari sekolahku ini. Menang banyak yang pinter juga dari mereka, banyak juga yang punya segalanya, tapi sedikit miris lihatnya. Memang, banyak orang yang tidak sadar, bahwa GURU juga merupakan salah satu faktor penentu ibaratnya. Ya, Bakti terhadap Tuhan, Orang Tua, dan GURU, serta lingkungannya. Dan sekarang aku paham, itulah sebenernya PINTAR!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun