Al-Qur'an, yang merupakan kitab suci Allah, memberikan pahala bagi mereka yang membacanya. Dalam membaca Al-Qur'an, Allah menyuruh kita untuk membacanya dengan perlahan-lahan atau disebut juga tartil, thuma'ninah, dan tadabbur. Untuk membaca dengan tartil, kita harus berlatih untuk melatih lisan kita dengan bacaan yang benar, sesuai dengan makhroj dan tajwidnya. Melatih lisan kita untuk melafalkan huruf-huruf hijaiyyah dengan benar akan membuat bacaan ayat Al-Qur'an terdengar indah dan terhindar dari kesalahan yang dapat mengubah makna dalam ayat, yang sangat berpengaruh dalam interpretasi Al-Qur'an. Oleh karena itu, ilmu tajwid sangat penting dalam mempelajari Al-Qur'an. Al-Qur'an tidak bisa dibaca seperti teks-teks Arab lainnya karena mempunyai aturan dan hukum khusus dalam melafalkannya, seperti hukum mad, qalqalah, isymam, tashil, dan lain-lain. Hukum-hukum ini dipelajari secara khusus dalam ilmu tajwid.
Metode tartil Haqqul Tilawah merupakan salah satu metode dalam ilmu tajwid yang digunakan untuk membaca Al-Qur'an dengan tartil dan merenungkan makna ayat-ayatnya. Metode ini dikembangkan oleh Husni Syaikh Utsman, seorang ulama dan pakar tajwid asal Mesir. Dalam metode tartil Haqqul Tilawah, Husni Syaikh Utsman menekankan pentingnya menghafal Al-Qur'an dan mempelajari tajwid secara mendalam. Ia juga menekankan pentingnya memahami makna ayat-ayat Al-Qur'an untuk memperkaya pemahaman kita tentang agama Islam.
Metode tartil Haqqul Tilawah juga mengajarkan teknik-teknik khusus dalam membaca Al-Qur'an, seperti cara menghentikan napas dengan tepat saat membaca Al-Qur'an dan mengontrol nafas saat membaca ayat-ayat yang panjang. Selain itu, metode ini juga menekankan pentingnya melafalkan huruf-huruf hijaiyah dengan benar, menggunakan makhraj yang tepat, dan memperhatikan tajwid yang dianjurkan.
Dalam praktiknya, metode tartil Haqqul Tilawah biasanya diajarkan dalam kelas-kelas Al-Qur'an, baik secara online maupun offline. Metode ini cocok untuk semua tingkatan pembaca Al-Qur'an, baik pemula maupun yang sudah mahir. Dengan menggunakan metode tartil Haqqul Tilawah, diharapkan pembaca Al-Qur'an dapat membaca dengan tartil, memahami makna ayat-ayatnya, dan menambah kecintaan mereka terhadap Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam.
Menurut Ibnu Katsir, membaca Al-Qur'an dengan perlahan-lahan dapat membantu dalam memahaminya. Rasulullah juga membaca Al-Qur'an dengan cara seperti itu, bahkan Aisyah mengatakan bahwa beliau membacanya dengan tartil sehingga terasa seperti surat yang paling panjang. Beliau selalu membaca ayat-ayatnya secara berurutan, dan cara membaca Al-Qur'an ini juga dianut oleh para sahabat beliau. Dari sini dapat dilihat betapa pentingnya membaca Al-Qur'an dengan perlahan-lahan dan merapikan bacaan agar terdengar indah.
Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahwa membaca Al-Qur'an dengan tartil berarti membaca Al-Qur'an secara perlahan-lahan, dengan menggunakan makhraj dan tajwid yang tepat, dan mampu mempengaruhi hati para pembacanya. Membaca Al-Qur'an dengan tartil dihargai lebih tinggi daripada membacanya dengan tergesa-gesa. Metode tartil adalah sebuah inovasi baru dalam pendidikan Islam, terutama dalam pengajaran dan pembelajaran membaca Al-Qur'an. Pada awalnya, metode ini disebut sebagai metode cepat dan praktis dalam membaca Al-Qur'an. Latar belakang pengenalan metode ini adalah karena terdapat kekurangan dalam metode pengajaran dan pembelajaran Al-Qur'an yang digunakan saat ini yang perlu diperbaiki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H