Nama Anies Baswedan kembali mencuat ke permukaan setelah sebelumnya ramai dibicarakan karena kebijakan yang diambil mengenai mega proyek reklamasi yang sebelumnya telah diberhentikan dan disegel kini dilanjutkan kembali.
Pembongkaran karya seni instalasi getih getah yang terletak di bundaran HI membuat masyarakat DKI Jakarta bereaksi, sebenarnya ketika instalasi bambu itu dibangun juga masyarakat banyak yang mempertanyakan kegunaan dari instalasi bambu tersebut.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beralasan bahwa pembuatan instalasi bambu tersebut dalam rangka menyemarakkan Asian Games yang dihelat tahun 2018 lalu. Anies dan seniman yang membuatnya yang bernama Joko Avianto telah memperkirakan bahwa instalasi tersebut akan bertahan selama enam bulan, dan ketika dibongkar instalasi bambu itu telah berumur sebelas bulan.
Anggaran yang digelontorkan tidak main-main, untuk satu karya seni instalasi bambu getih getah memakan dana sebesar setengah miliar, itu sudah termasuk dana perawatannya. Dana sebesar itu dapat kita gunakan untuk mengembangkan masyarakat melalui balai pelatihan kerja ataupun mendanai UKM-UKM yang ada.
Karya Joko Avianto tersebut diresmikan pada tanggal 16 Agustus 2018, selama ini instalasi bambu getih getah menjadi daya tarik bagi masyarakat yang sedang mengikuti Car Free Day di bundaran HI untuk berfoto. Tapi semua itu kini hanya tinggal kenangan, instalasi bambu telah rubuhkan, uang setengah miliar hilang hanya untuk kesenangan sementara.
Setelah bambu terbitlah lidah mertua, Anies Baswedan seperti tak puas dengan segala eksperimennya diruang publik. Kini ia akan menaruh lidah mertua di ruang publik. Anies berpendapat bahwa tanaman hias seperti lidah mertua dapat mengurangi polusi udara DKI Jakarta.
Bukan tak berdasar, sebab National Aeronautics and Space Administration (NASA) telah melakukan kajian dan menerbitkan studi pada tahun 1989 mengenai lidah mertua yang mampu mengurangi polusi udara.
Nampaknya Anies salah kaprah mengenai penelitian dari NASA tersebut, sebab mereka menemukan, lidah mertua terbukti dapat menghilangkan banyak racun di udara dalam ruangan sehingga bisa menjadi solusi ramah lingkungan.
Namun perlu dicatat dan diketahui ada beberapa pengertian yang keliru. Benar bahwa peneliti NASA mempelajari efek tanaman hias pada kualitas udara.
NASA tidak pernah mengatakan tanaman ini adalah pilihan terbaik untuk menyaring udara. Selain itu, riset NASA ini optimal menyerap polutan di kondisi dalam ruangan. Bukan ruang terbuka.
Anies harus lebih mendalam lagi melihat inti permasalahan yang dihadapi, polusi yang menyelimuti DKI Jakarta paling banyak disumbangkan oleh kendaraan bermotor yang bersliweran di jalanan DKI Jakarta.