Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Politik Praktis Masuk Kampus

10 Februari 2019   11:28 Diperbarui: 10 Februari 2019   12:06 1796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : picluck.net

Kampus sejatinya ialah tempat para akademisi menimba ilmu, ranahnya intelektual muda berinovasi, tempat mahasiswa berdiskusi, namun menjelang pemilihan presiden 2019 kampus nampaknya mulai terusik. Terusik dengan segelintir kelompok yang melakukan deklarasi untuk paslon yang maju di pemilihan presiden nanti mengatas namakan alumni univesitas yang bersangkutan.

Tercatat ada beberapa universitas yang alumninya melakukan deklarasi seperti, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Andalas, Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro dan masih banyak lagi. Disatu sisi hal ini menunjukkan antusias yang begitu tinggi terhadap pemilihan presiden 2019 serta mengajak masyarakat menggunakan hak pilihnya.

Namun di sisi lain, deklrasi yang dilakukan oleh alumni tersebut membawa stigma yang negative, karena kampus sejatinya tempat mahasiswa menimba ilmu, tempat kaum intelektual berproses, kenapa harus membawa nama universitas demi kepentingan segelintir orang. 

Walaupun mereka yang melakukan deklarasi tersebut memiliki hak untuk mendukung kedua paslon yang maju pada pilpres 2019 namun tidak semua alumni dari Universitas yang mereka bawa namanya juga mendukung yang mereka deklarasikan.

Akhirnya akan ada perselisihan di kalangan alumni yang tidak sejalan dengan segelintir orang yang melakukan deklarasi dengan mengatasnamakan alumni dari universitas tersebut. Deklarasi-deklarasi yang dilakukan oleh segelintir alumni dari beberapa universitas tersebut juga sangat sensitif denagn politik praktis. Politik praktis di Indonesia sendiri tidak disambut baik oleh masyarakat.

Politik praktis sendiri dalam prakteknya, paslon atau timses memobilisasi individu maupun kelompok diluar lingkaran paslon tersebut untuk mempengaruhi massa agar turut memilih ke salahsatu paslon. 

Pada umunya politik praktis menyasar individu-individu seperti, tokoh masyarakat, pemuka agama atau ulama dan dosen, intinya yang mempunyai pengaruh di lingkungan bermasyarakatnya. Sedangkan sasaran politik praktis menyasar ke kelompok seperti, paguyuban daerah, organisasi pemuda, serta alumni-alumni perguruan tinggi dan banyak lagi.

Tak jarang beberapa paguyuban membuat acara silaturahmi yang ternyata ada terselip misi politik di dalamnya, bahkan di dalam khutbah jumat ustad mapun ulama pun begitu dengan menggunakan bahasa yang lebih hasul dan hati-hati. Saya kira masyarakat harus lebih cerdas lagi membentengi diri dari politik praktis, harus lebih jeli dalam memfilter informasi yang diterima.

Politik praktis akan sangat dahsyat pengaruhnya bila masyarakat yang dipengaruhi tersebut menelan bulat-bulat informasi yang mereka terima, tanpa memikir panjang. Akhirnya masyarakat mudah di mobilisasi untuk hadir ketika kegiatan kampanye paslon yang menjalankan praktek politik praktis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun