Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Buntut Rangkap Jabatan Edy dan Resolusi Timnas

30 November 2018   09:37 Diperbarui: 30 November 2018   09:57 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: bola.com

Timnas Indonesia menambah catatan buruknya di kompetisi sepakbola bergengsi di Asia Tenggara, setelah harus tersisih di fase grup. Padahal Indonesia merupakan tim yang disegani di Asia Tenggara karena sejarah keikut sertaan Indonesia di piala AFF. Namun kegagalan timnas di ajang AFF 2018 kali ini bisa dibilang yang terburuk sepanjang sejarah keikutsertaan piala AFF.

Sebelum bertarung di piala AFF, Indonesia yang dinahkodai oleh Bima Sakti menggelar enam laga uji coba. Dan hasilnya terbilang cukup baik, Indonesia berhasil mengantongi empat kemenangan dan dua kekalahan. Tapi yang terjadi di AFF 2018 sangat diluar ekspektasi masyarakat Indonesia, banyak masyarakat menyalahkan Edy selaku Ketua Umum PSSI saat ini tidak becus dalam membina persebakbolaan Indonesia.

Penyalahan ini bukan tanpa dasar, Edy yang menjabat Ketua Umum PSSI pada saat yang bersamaan menjabat juga sebagai Gubernur Sumatera Utara. Hal inilah yang menurut masyarakat membuat timnas harus angkat koper di piala AFF 2018.

Yang berlalu biarlah berlalu, jadikan pelajaran untuk masa mendatang. Kini kita tatap kedepan dan mengevaluasi kesalahan. Karena untuk memajukan persepakbolaan Indonesia tidak bisa hanya dari Ketua Umum PSSI saja tapi perlu seluruh elemen masyarakat Indonesia.

Komitmen bersama yang harus dimulai dari klub-klub sepakbola Indonesia untuk mengizinkan pemainnya mengikuti Pelatnas yang telah dijadwalkan oleh PSSI. Karena seringkali pemain tim nasional Indonesia melakukan pemusatan latihan nasioan sebulan atau dua bulan sebelum kompetisi bergulir. Ini tentu membuat para pemain kurang mendapat kemistri dengan rekan setimnya.

Jika kita lihat Negara tetangga seperti Singapura, Thailand, atau Malaysia mereka mengumpulkan pemain dan melakukan pemusatan latihan setahun sebelum piala AFF bergulir, nah ini yang menjadi pembeda dan seharusnya bisa menjadi contoh baik untuk diikuti. Kemistri dalam bermain sepakbola memang harus benar-benar dibangun, jika kita sudah saling mengenal karakter rekan se tim kita bermain tentu pemain akan enjoy dan mengetahui bagaimana harus mengoper maupun mengumpan.

Kemudian modernisasi fasilitas latihan, jika kita bercermin dari Negara tetangga yang telah sukses dalam ajang piala AFF, mereka memang sungguh-sungguh dalam memperbaiki persepakbolaannya dari segi fasilias latihan. Tidak hanya ditingkat timnas namun Ini harus dimulai dari tingkat klub, bisa kita contohkan klub sekelas Persib Bandung kesulitan dalam hal lapangan untuk menggelar latihan. Dan pelatih Mario Gomes sempat protes kepada klub Persib Bandung perihal tersebut.

Kedewasaan supporter, disetiap pertandingan tidak lengkap bila tidak ada supporter atau biasa disebut pemain ke duabelas. Dalam hal ini supporter juga perlu mendewasakan diri, sebab masih kita jumpai dibeberapa pertandingan liga di Indonesia supporter anarkis dan berujung melayangnya nyawa tak berdosa. Tidak hanya itu, sporter kerap melempari ataupun meghadang bus klub lawan dikarenakan klub kebanggannya menelan kekalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun