KKN Kolaboratif merupakan salah satu upaya pengabdian kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan lintas keilmuan tertentu. KKN merupakan bagian daripada Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus dilaksanakan. Dalam periode II tahun 2021/2022 ini, KKN dilaksanakan secara kolaboratif dengan 13 Perguruan Tinggi se Kabupaten Jember.
Pelaksanaan KKN Kolaboratif ini dimulai terhitung tanggal 23 Juli 2022 dan diakhiri pada tanggal 26 Agustus 2022. Kegiatan KKN ini dimaksudkan untuk mengajak kepada masyarakat sekitar untuk menemukan serta menggerakkan potensi desanya masing masing baik itu dari segi ekonomi maupun dari bidang lainnya. Dalam KKN Kelompok 17 ini beranggotakan Agung Rizqi Alhana, Kunni Lailatus Salamah, Sri Wahyuni, Fisabila Aphycenia Marina, Lusita Cempaka Sari, Ghany Nursintya Syabani, Muhammad Fuad Amin, Shely Oktaviane Widiatmoko, Muflihatul Hasanah, dan Aditya Syahrul Ramadhan dengan Dosen Pembimbing Lapang yaitu dr. M. Afiful Jauhani, M.H., Sp. FM. Adapun juga, KKN Kelompok 17 ini ditempatkan di Desa Puger Wetan, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember.
Desa Puger Wetan merupakan salah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember. Berdasarkan Puger Dalam Angka oleh BPS pada tahun 2021, Desa Puger Wetan ini memiliki luas 4,31 km2 yang terbagi menjadi 2 dusun yaitu Dusun Mandaran dan Dusun Krajan dengan 17 RW dan 37 RT. Adapun juga Desa Puger Wetan ini memiliki jumlah penduduk sekitar 10.924 jiwa dengan pembagian 5.339 orang yaitu penduduk perempuan dan 5.585 orang yaitu penduduk laki laki. Desa Puger Wetan ini terbagi menjadi 2 dusun yaitu Dusun Krajan dan Dusun Mandaran dengan jumlah total KK yaitu sebesar 3.633 KK.
Secara letak geografis, Desa Puger Wetan terletak didaerah selatan atau berada di daerah pesisir pantai. Hal ini menjadikan laut sebagai tempat mereka untuk mencari sumber penghasilan. Dapat dikatakan bahwa hampir 80% dari penduduk sekitar Desa Puger Wetan adalah seorang nelayan sedangkan 10% diantaranya berprofesi sebagai petani dan 10% sisanya berprofesi sebgai pedagang atau pelaku UMKM.
Jika dibandingkan dengan desa di Kecamatan Puger lainnya, Desa Puger Wetan termasuk desa yang cukup kecil. Namun jika kita observasi lebih lanjut, desa ini memiliki potensi yang luar biasa dari segi ekonomi. Berdasarkan Puger dalam Angka oleh BPS pada tahun 2021, Desa Puger Wetan memiliki memiliki jumlah Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (Kopinkra) sebanyak 10. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan desa puger lainnya. Dengan adanya Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat ini tentunya pelaku usaha dapat terbantu untuk mengembangkan potensinya.
Desa puger wetan banyak memiliki potensi di bidang perikanan, potensi ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menghidupi kehidupan mereka. Mayoritas mata pencarian masyarakat Desa Puger Wetan yaitu sebagai nelayan. Ikan hasil tangkapan nelayan didistribusikan keseluruh kabupaten jember dan sekitarnya. Hasil melaut nelayan ini berupa berbagai macam ikan, dan hasil laut lainnya.
Ikan dan hasil laut lainnya dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat untuk diolah menjadi bahan jadi yang memiliki nilai jual lebih tinggi, salah satunya yaitu terasi dan petis. Karena pengelolahan hasil laut dilakukan untuk mensiasati kelangkaan tangkapan nelayan di musim-musim tertentu.
Tidak hanya pengolahan petis saja, nelayan juga memanfaatkan hasil tangkapannya dengan membuantnya menjadi produk jadi seperti Kerupuk Manyung. Bapak Hendrik selaku produsen Kerupuk Manyung menyatakan bahwa “Kerupuk ini merupakan makanan khas Desa Puger Wetan, dimana memiliki harga jual yang cukup tinggi, sebelum pandemi harga kerupuk ini mencapai angka Rp.250.000 per kg, namun setelah pandemi harga Kerupuk Manyung turun drastis hingga pada kisaran angka Rp.150.000 – Rp. 170.000 per kg”
Kerupuk manyung sendiri memiliki banyak peminat, baik itu warga lokal Puger Wetan atau dari desa sebelah yaitu Desa Puger Kulon. Namun umumnya produk ini sudah diminati oleh masyarakat luar Kabupaten Jember, hal ini dibuktikan dengan tingginya jumlah permintaan produk dari Bali. Istri dari Bapak Hendrik menyatakan “Benar, sebelum pandemi saudara yang tinggal di Bali ikut mempromosikan produk yang saya pasarkan sehingga banyak masyarakat di Bali yang membeli produk ini”.
Tingginya permintaan konsumen membuat Bapak Hendrik terkadang kewalahan dalam proses produksinya. Hal ini dikarenakan bahan utama dari kerupuk ini adalah Ikan Manyung yang mana ikan ini sangat sulit sekali untuk diperoleh. Adapun juga adanya tenaga kerja sedikit, area produksi terbatas membuat produksi kerupuk Ikan Manyung menjadi kurang maksimal. untuk mensiasati hal tersebut biasanya jika perolehan ikan manyung tinggi maka ikan di produksi seluruhnya, namun tidak langsung dipasarkan keseluruhan melainkan sedikit demi sedikit untuk cadangan di musim berikutnya.