Mohon tunggu...
Aditya Dwi Setiawan
Aditya Dwi Setiawan Mohon Tunggu... -

i'm journalist. Positif Journalism and good news everyday.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Bandeng Badjuri "Perkaya Komoditas Oleh-oleh Khas Sidoarjo"

25 Februari 2014   03:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:30 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Produk makanan olahan berbahan dasar ikan bandeng khas desa Kedungpeluk Sidoarjo ini memang istimewa. Tak ada duri di dalamnya. Menu-menunya beragam, mulai dibakar hingga berupa abon yang nikmat dan sehat.

Bandeng merupakan ikan air payau yang populer di Asia Tenggara. Rasanya gurih dan juga tidak mudah hancur ketika dimasak. Namun kelemahannya, ikan ini memiliki banyak duri hingga membuat sebagian orang enggan mengkonsumsinya.

Duri dalam ikan itu memang sangat mengganggu kenikmatan saat menyantap makanan tersebut. Namun kendala itu tak akan ditemui saat menyantap menu-menu berbahan ikan bandeng yang diproduksi Sumiyati, warga desa Kedungpeluk-Candi Sidoarjo.

Duri sebanyak 124 biji di dalam daging bandeng dicabuti hingga tak bersisa. Selanjutnya bandeng tanpa duri itu disimpan di lemari es sebelum diolah. “Karena itu makanan ini diberi merk Badjuri atau Bandeng Jabut Duri,” ujarnya sambil tersenyum.

Sumiyati yang ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu mengolah bahan dasar ini menjadi berbagai menu. Diantaranya badjuri bakar, badjuri chrispy, otak-otak badjuri, nuget badjuri, Steakroll badjuri dan samosa badjuriyang enak disajikan sebagai lauk pendamping nasi.

Duri bandeng itu dicabuti itu tak dibuang, namun dipresto. Setelah lunak, duri dan daging bandeng yang dicampur dengan bahan lainnya dijadikan abon. Selain nikmat, abon badjuri ini juga menyehatkan tulang karena mengandung kalsium.

Hampir tak ada limbah yang tersisa dari produksi bandeng badjuri ini. Air bekas mem-presto duri yang berasa gurih itu juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan krupuk ikan.

Semua produk makanan khas desa Kedungpeluk itu dibuat tanpa menggunakan bahan kimia pengawet. Karena itu Sumiyati baru akan mengolah bandeng-bandengnya saat ada pesanan demi menjaga citarasa.

Jadi sengaja tidak dititipkan ke toko oleh-oleh karena khawatir citarasanya berubah kalau terlalu lama disimpan. Selama ini penjualan menggunakan sistem promosi dari mulut ke mulut.

“Selain itu kami juga mengenalkan produk ini lewat pameran-pameran kuliner di Sidoarjo, dan pasti pada hari itu juga langsung habis terjual,” tukas Sumiyati tersipu malu.

Ia menjelaskan, semua produk kuliner itu dijual dengan harga rata-rata Rp 15 ribu per kemasan. Sedangkan untuk abon dilego dengan bandrol Rp 135 ribu/kg. Selain itu ia juga menjual bandeng tanpa duri dalam kondisi mentah, harganya Rp 40 ribu per kilo.

Apalagi dengan kemasan yang menarik yang dipopulerkan sejak 2012 lalu, produk makanan olahan ini siap menjadi oleh-oleh khas bagi para wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung ke Sidoarjo.*dit

1393248205395961074
1393248205395961074

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun