[caption id="attachment_169782" align="alignnone" width="597" caption="Busway yang Ikut Macet"][/caption]
Kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia makin lama makin ramai, makin maju, namun juga semakin macet. Ketidakadaan dan ketidaktersediaan angkutan massal yang cepat, dan bebas macet merupakan salah satu penyebab mengapa kendaraan pribadi semakin banyak dan tumbuh bahkan lebih cepat dibandingkan cendawan di musim hujan.
Dengan akan dinaikkannya harga BBM mulai April 2012 ini, akan makin banyaklah para komuter yang beralih ke sepeda motor, maka Jakarta akan menjadi lautan motor yang tampak semerawut, liar, dan sekaligus berbahaya.Disiplin yang rendah dapat diamati dari banyaknya sepeda motor yang berjalan di atas trotoar dan tidak jarang pula pengemudinya mengadu nyawa mengambil resiko dengan melawan arus. Yang penting cepat sampai di tujuan dan murah.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa di Jakarta, biaya transportasi menjadi biaya yang paling mahal dan bisa memakan hampir sepertiga bahka separuh penghasilan rata-rata karyawan tingkat bawahan. Namun, sekali lagi infra struktur kota yang belum memadai ini mengharuskan para komuter mengadu nyawa di atas sepeda motor atau berjejal-jejal di Kereta Komuter Jabodetabek dan bus-bus kota yang tampak kumuh.
Sebenarnya, angkutan massal berbasis rel merupakan salah satu jawaban ampuh untuk mengurangi kemacetan. Seandainya kereta Jabodetabek yang ada sekarang ini dioptimalkan dengan meningkatan jumlah perjalanan menjadi dua atau tiga menit sekali di jam-jam sibuk , sudah akan sedikit membantu. Tetapi , kendala untuk meningkatkan jumlah perjalanan adalah masih banyaknya persimpangan kereta yang sebidang dengan jalan raya. Kalau kereta lewat setiap dua menit, bisa-bisa jalan tidak pernah dibuka atau setiap hari kereta harus menabrak lima ratus mobil.!
Angkutan monorail yang pernah dibangun dan diresmikan peletakkan batu pertama nya oleh Presiden Megawati sebenarnya juga bisa membantu mengurangi sedikit kemacetan di pusat kota Jakarta. Namun, apa mau dikata, sekarang hanya tiang-tiangnya yang dapat kita nikmati di sepanjang Jalan HR Rasuna Said dan sebagian Jalan Asia Afrika.
Ada lagi angkutan yang diimpor dari Bogota, ibukota Kolombia tempat Nazaruddin pernah kabur sambil melanglang buana. Ide busway atau Trans Jakarta sudah cukup baik dan cemerlang, setidaknya untuk alternatif angkutan massal MRT yang lebih lama dan mahal untuk membangunnya. Namun busway menghadapi kendala yang sama. Banyaknya persimpangan dengan angutan non busway dan tidak disiplinnya sebagian besar pengendara menyebabkan untuk naik busway pun kita harus menunggu lama dan tetap harus siap menderita dalam kemacetan.
Lalu, saya pun sedikit befikir . Seandainya saja satu jalur dari jalan tol yang sudah ada ini di ambil untuk busway, maka kita akan mendapatkan jalur busway yang bebas gangguan.Tidak boleh ada kendaraan lain masuk ke jalur ini termasuk kendaraan pejabat sekalipun.Kita bayangkan dari Bekasi ada jalur busway sampai ke Pluit. Kemudian ada jalur bus way yang melingkar dari Cawang Grogol Pluit dan Tanjung Priuk mengikuti Jalan Tol dalam Kota. Dari Bogor juga ada Busway melewati Jagowari sampai Cawang terus ke Priuk. Dan tidak lupa dari Tangerang juga ada Busway sampai Ke Tomang. Pendek kata di seluruh jalan tol yang ada sekarang, satu jalur diubah menjadi jalur Busway.
Seandainya ada, maka kalau kita macet naik mobil di jalur yang sama, tinggal minggir dan naik busway. Maka dijamin sebagian pengguna mobil akan beralih ke busway, dan setidaknya sebagian kemacetan Jakarta bisa diatasi,
Tentu saja sambil menunggu pembangunan MRT yang akan ada puluhan jalur dengan ratusan stasiun di seluruh Jabodetabek, ditambah dengan optimalisasi kereta komuter yang sudah adadan juga moda water way yang dulu pernah digagas oleh Bang Yos , maka dijamin Jakarta yang lebih manusiawi pun akan tercipta. Setelah itu bolehlah kita menaikkan pajak kendaraan, menerapkan 10 in 1, menerapkan angka ganjil-genap, warna mobil atau merek mobel untuk hari yang berbeda dan lain-lain peraturan yang pernah dibahas selama ini.
Dan yang penting, dengan berkembangnya teknologi, semua moda angkutan tadi dapat diintegrasikan pembayarannya menggunakan kartu pintar. Asal mau dan bersungguh-sungguh, .kita pasti bisa, Kota-kota lain di dunia sudah bisa kenapa Jakarta tidak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H