Mohon tunggu...
Aditya Rizki Yudiantika
Aditya Rizki Yudiantika Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saat ini masih menyandang sebagai mahasiswa IT konsentrasi Sistem Informasi di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Banyak tertarik dengan perkembangan dunia teknologi informasi, terutama di bidang pemrograman web, internet, networking (jaringan), dan keamanan komputer (computer security). Motto hidup saya adalah jadilah diri sendiri dan selalu berpikir positif. www.adityarizki.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Negara Overdosis Berita Kriminal

7 Februari 2012   02:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:58 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Jakarta, Jakarta, dan Jakarta lagi. Setiap hari berita-berita selalu saja dipaneni oleh berita-berita kriminal yang datangnya dari ibukota, Jakarta. Berbagai macam masalah yang seringkali mengecewakan banyak pihak diberitakan dengan begitu antusiasnya. Bukan berita baik yang ditunggu oleh masyarakat, justru masyarakat malah terbiasa menantikan berita buruk apalagi yang akan muncul di daftar streaming linimasa dan berita layar kaca.

Ketidakseimbangan berita yang memenuhi sebuah media menandakan peran media yang tidak netral. Di satu sisi, sebuah media hanya memberitakan kriminalitas yang berujung pada hal-hal yang seharusnya tidak perlu diberitakan dan diungkit-ungkit lagi. Di sisi lain, media memberitakan dedikasi orang yang dianggapnya hebat, keren atau apalah dalam istilah masyarakat mainstream dewasa ini.

Kita bisa beberkan beberapa peristiwa dan pemberitaan yang masih hangat dalam telinga. Dari perkosaan dalam angkot, jembatan ambrol Indiana Jones, mobil yang menabrak 9 pejalan kaki tewas di tempat, euforia mobil esemka, demo buruh, kemacetan ibukota, sengketa tanah, kecelakaan bus, dan pemberitaan sosok Dahlan Iskan yang gak pernah bosan. Berbagai macam keteledoran tersebut seakan hanyalah lelucon yang gemar ditampilkan di acara-acara televisi, jejaring sosial, dan obrolan dari mulut ke mulut.

Beberapa hari yang lalu, bahkan saya melihat fenomena yang menakjubkan. Tentang tembakau dan industri rokok. Sebuah video yang telah merambat kemana-mana itu adalah salah satu contoh sebuah pengakuan paling telak. Dalam video itu, seorang lelaki bule memaparkan betapa sakitnya perokok di Indonesia yang tak mengenal umur dan batas-batas kehidupan. Seorang anak balita dalam video tersebut dijadikan sebagai sampel yang paling memprihatinkan, selain anak-anak sekolah yang sebenarnya dilarang menggunakan rokok. Melalui video ini jika boleh saya ambil kesimpulan, yaitu bahwa masyarakat sangat mudah dipengaruhi iklan berbagai media dengan perilakunya yang konsumtif. Kecut.

Coba kita lihat seberapa besar andil pemerintah menyikapi hal-hal semacam itu. Banyak para pemimpin di sana tak kuat menahan beban, dipersalahkan rakyatnya, atau bahkan dengan sukarela mengundurkan diri. Gedung DPR tak pernah berhenti dicibir karena urusan politik dewan terhormat yang cenderung memikirkan peta pemerintahan tahun 2014. Mereka sibuk membereskan partai masing-masing yang dianggap paling benar dan pro rakyat. Akan tetapi, kenyataannya di pemerintahan sekarang ini, sudah banyak yang setuju bahwa kita merasa dibodohi presiden dengan pencitraan yang bertubi-tubi.

Setiap ada berita tentang kebobrokan maupun keburukan negara ini, maka itulah yang sedang ramai dibicarakan masyarakat negeri sendiri, bahkan jagad raya. Saya hanya mengkhawatirkan bila media tak punya bahan lagi untuk memberitakan sesuatu yang optimis, maka masyarakat akan selamanya acuh. Keberadaan media sekarang ini hendaknya berimbang, mana yang perlu diberitakan dalam jangka waktu tertentu dan mana yang perlu dihentikan.

Beberapa media dewasa ini terkesan membesar-besarkan masalah yang ada. Banyak pula yang salah menggunakan bahasa, cara penulisan judul maupun isi berita. Bukan bererti tidak diperbolehkan, tetapi yang namanya berita harus tunduk dengan etika-etika pers dan jurnalistik. Beda halnya dengan citizen journalism, yang lebih mengangkat kebebasan individu. Sebuah berita media massa yang baik harus bisa menjaga image perusahaan tersebut dan bersikap netral terhadap siapa pun yang sedang diliput.

Saya jadi ingat sebuah lagu dari band Superglad yang berjudul "Dunia Semakin Gila". Lagu ini adalah lagu di album Never Die tahun 2009. Saya tertarik dengan liriknya, yang kurang lebih cukup mengkritik keadaan media/pemberitaan Indonesia belakangan ini :


"Setiap hari aku melihat, banyak peristiwa yang terungkap

ada yang membunuh ayahnya, ada yang membuang anaknya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun