Mohon tunggu...
Humaniora

Jatim Fest, wujud cinta budaya anak Indonesia

14 Juni 2015   01:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Sabtu malam kemaren, di  titik 0 kilometer Yogyakarta tepatnya di meseum serangan sebelas maret, telah diselenggarakan Jatim Fest. Acara ini menyuguhkan berbagai seni dan adat di daerah jawa timur. Jatim fest sendiri diprakarsai oleh anak asli Jawa timur yang merantau di kota Yogyakarta ini, yang kebanyakan masih mahasiswa. Festival yang dihadiri oleh kepala disdikbudpora kota ponorogo ini cukup menarik minat penonton, dilihat dari animo yang hadir.

Jatim fest ini dikemas sederhana tapi nampak sedemikian menarik untuk dinikmati. Beberapa tarian di tiap daerah di Jawa timur ditampilkan dalam acara ini. Selain itu juga diperagakan oleh model cantik berbagai batik khas jawa timur.

Hal ini adalah sebagai salah satu wujud apresiasi cinta tanah air, mencintai budaya bangsanya sendiri. Meskipun di zaman yang maju ini, ternyata masih ada anak-anak muda yang mencintai dan mencoba melestarikan budaya daerah masing-masing. Kita tau sendiri banyak budaya negeri kita ini yang diakui oleh pihak lain. Ha lsepertib itu salah satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri warga Indonesia untuk melestarikan budayanya. Bahkan banyak kawula muda yang lebih tertarik hal-hal baru yang dating dari luar.

Oleh karena itu, pemerintah seharusnnya lebih mendukung acara semacaam ini. Kesadaran diri untuk mencintai budayanya sendiri harus segera ditumbuhkan.Misalnya saja pemerintah membuat kurikulum dimana di setiap sekolah megadakan kegiatan belajar tentang budaya masing-masing daerah dan kesenian wajib daerah masing-masing. Secara tidak langsung cara ini mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air.  Semoga selanjutnya diharapkan ada festival dari dari daerah masing masing, yang mampu mengangkat budaya bangsa.

Kita sebagai generasi penerus bangsa hendaknya lebih mencintai budaya sendiri daripada budaya baru yang masuk dari luar. Boleh kita menyukai budaya asing tapi jangan sampe melupakan kebudayaan bangsa. Intinya kita harus mampu memfilter budaya baru yang masuk. Jangan sampe kejadian pemgambilan budaya Indonesia oleh bangsa asing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun